Konsorsium Ilmu Interdisipliner Inggris-Indonesia atau UKICIS menggelar program pendanaan riset antara institusi Indonesia dan Inggris senilai 3 juta dollar AS.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
KOMPAS/ HENDRA A SETYAWAN
Pemulia dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) menguji kopi di laboratorium uji kopi Puslitkoka, Jember, Jawa Timur, Kamis (11/1/2018). Kopi dari seluruh Nusantara diujikan di laboratorium ini.
JAKARTA, KOMPAS — Konsorsium Ilmu Interdisipliner Inggris-Indonesia atau UKICIS menyediakan program pendanaan untuk riset kolaboratif di antara dua negara. Program ini diharapkan mendorong pengembangan ekosistem riset di Indonesia.
Program pendanaan bertajuk Riset Inovatif Produktif UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (Rispro UKICIS) ini digagas UKICIS, sebuah konsorsium keilmuan yang dibentuk pada 2020. Anggota UKICIS terdiri dari IPB University, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Indonesia (UI). Ada pula University of Nottingham, University of Warwick, dan Coventry University di Inggris.
Rispro UKICIS terbuka untuk universitas dan institusi lain di Indonesia. Syaratnya, institusi yang hendak mengajukan proposal mesti berkolaborasi dengan minimal dua anggota UKICIS di Indonesia dan satu anggota di Inggris.
KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN
Teknisi laboratorium pada Pusat Penelitian Bioteknologi Universitas Indonesia sedang menyetel peralatan laboratorium, Jumat (6/4). Laboratorium bioteknologi ini merupakan hasil kolaborasi UI dan Daewoong Pharmaceutical, Korea Selatan.
Rektor IPB University Arif Satria pada Rabu (16/3/2022) mengatakan, Rispro UKICIS memprioritaskan riset yang membahas lima isu utama, yaitu ekonomi biru, ekonomi hijau, teknologi digital, pariwisata, dan kesehatan. ”Ini sesuai Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045. Prioritas pendanaan juga akan diberikan ke riset dengan perspektif kesetaraan jender dan inklusi sosial. Lalu, riset yang berlokasi atau bermanfaat bagi daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) juga diprioritaskan,” kata Arif pada pertemuan daring.
Adapun pendanaan bersumber dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Direktur Utama LPDP Andin Hadiyanto mengatakan, LPDP akan menyediakan pendanaan untuk riset selama empat tahun dengan dana senilai 3 juta dollar AS.
Rispro UKICIS memprioritaskan riset yang membahas lima isu utama, yaitu ekonomi biru, ekonomi hijau, teknologi digital, pariwisata, dan kesehatan.
Proposal riset yang masuk akan ditelaah terlebih dulu, kemudian pelaksanaan riset akan dipantau dan dievaluasi. Riset yang didanai mesti menghasilkan sejumlah produk, seperti artikel ilmiah internasional, artikel populer, hak kekayaan intelektual atau paten, kebijakan, dan produk relevan lainnya.
”Kami berkomitmen menyediakan dukungan untuk membuat ekosistem riset di Indonesia lebih baik serta untuk meningkatkan inovasi dari riset,” ucap Andin.
KOMPAS/ HENDRA A SETYAWAN
Kopi-kopi yang diuji di laboratorium uji kopi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka), Jember, Jawa Timur, Kamis (11/1/2018). Kopi dari seluruh Nusantara diujikan di laboratorium ini.
Menurut Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nizam, lima isu yang jadi tema prioritas riset program ini penting. Sebab, kelimanya merupakan penggerak ekonomi Indonesia ke depan. Ia berharap agar riset menghasilkan teknologi yang berdampak ke masyarakat.
Rispro UKICIS diharapkan jadi inisiatif yang bisa direplikasi akademisi dan diaspora Indonesia di negara lain. Selain itu, Nizam berharap agar program ini juga mendapat dukungan dana dari pihak Inggris.
Ekosistem riset
Menurut Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, ekosistem riset di perguruan tinggi masih perlu dibenahi. Bahkan, belum semua perguruan tinggi memiliki ekosistem riset yang memadai. Padahal, ekosistem ini mendasari produksi pengetahuan.
”Ekosistem yang hidup akan melahirkan karya-karya penelitian yang berkualitas dan inovatif. Hasilnya tidak akan hanya bermanfaat di lingkungan perguruan tinggi, tetapi juga berkontribusi buat masyarakat,” ujar Nadiem. ”Dengan program pendanaan ini, saya optimistis kampus-kampus di Indonesia akan bertransformasi dengan ekosistem riset yang inovatif,” ujarnya.