Gotong Royong Hidup Bebas Sampah Plastik, dari Gerakan Anak Muda sampai Inovasi
Sampah plastik kian jadi masalah serius di dunia, termasuk Indonesia. Semangat gotong royong bangsa ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi darurat sampah plastik di Indonesia dengan berbagai cara dan kolaborasi.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
Sampah plastik jadi masalah dunia, termasuk Indonesia yang disebut-sebut menjadi salah satu negara penghasil sampah terbesar ke lautan. Setiap hari sampah plastik muncul dalam keseharian hidup manusia, mulai dari rumah tangga hingga industri. Semangat gotong royong dibutuhkan untuk membuat komitmen Indonesia menangani sampah plastik di hingga 70 persen pada 2025 bisa terwujud.
Gotong royong untuk mengatasi masalah sampah plastik dari darat yang sudah mencemari laut muncul dalam berbagai cara. Anak-anak muda bergabung dalam komunitas tidak hanya untuk mengedukasi diri dan publik, tetapi juga terjun langsung menggelar aksi bersih sampah. Dunia usaha mencoba memakai plastik ramah lingkungan dalam proses produksinya. Sementara perguruan tinggi membangun kolaborasi untuk mengembangkan riset yang menghasilkan inovasi-inovasi untuk membentuk ekosistem yang secara berkesinambungan.
Bersih pantai
Gerakan anak-anak muda dari daerah-daerah di Indonesia itu di antaranya dalam Marine Debris Rangers yang digagas komunitas Divers Clean Action (DCA) sejak tahun 2020 dengan dukungan KFC Indonesia. Para anak muda yang menjadi penjaga sampah laut mengajak masyarakat, khususnya di daerah pesisir dalam mengatasi permasalahan sampah yang ada di Indonesia.
Yang terpenting memberikan dampak yang signifikan dalam mengurangi sampah plastik. Kita ingin membuat planet kita menjadi tempat tinggal yang lebih baik. Perguruan tinggi yang terlibat dapat memanfaatkan platform Matching Fund Kedaireka untuk mempercepat kerja sama.
Pada Hari Peduli Sampah Nasional 2022 pada 21 Februari 2022, DCA bersama KFC Indonesia mengadakan bersih pantai dan laut di 10 provinsi di Indonesia secara serempak, yakni di Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Maluku dan Maluku Utara.
Para anak muda bukan sekadar mengambil sampah yang ditemui di pantai. Kegiatan bersih pantai dan laut dilakukan dengan metode yang dikembangkan oleh DCA bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan didukung oleh Universitas Padjadjaran. Tujuannya untuk mengumpulkan data sampah laut sehingga dapat mengetahui karakteristik sampah di suatu daerah dan menciptakan metode penanggulangan serta pencegahan sampah yang tepat dan efisien. Sebab, berdasarkan data yang dirilis World Bank pada tahun 2015, Indonesia masuk dalam lima besar negara dengan pengelolaan sampah terburuk dan tercatat sebagai negara penyumbang sampah ke laut terbesar kedua di dunia.
Sejak awal dilaksanakan pada Maret 2020, program Marine Debris Ranger telah melakukan bersih pantai dan laut sebanyak 49 kali, melakukan edukasi dan workshop sekolah sebanyak 13 kali yang melibatkan lebih dari 1.000 murid mulai dari tingkat SD-SMA, juga edukasi dari rumah ke rumah dengan menemui lebih dari 1.300 kepala keluarga. Sebanyak 883 orang telah mengikuti workshop atau pelatihan untuk warga.
Kerja sama riset
Pemerintah Indonesia, berdasarkan Peraturan Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut, memiliki target untuk menangani sampah plastik di laut sebesar 70 persen sampai dengan tahun 2025. Salah satu upaya dilakukan dengan menggerakkan perguruan tinggi menjadi solusi bagi berbagai permasalahan lingkungan hidup, khususnya pengolahan limbah plastik di Tanah Air.
Guna mempertemukan para peneliti, investor, pelaku bisnis, komunitas, dan pemimpin pemerintahan dari berbagai penjuru kawasan Indo Pasifik dan menemukan solusi penanggulangan sampah plastik yang diharapkan dapat diimplementasikan di Indonesia, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) melalui Kedaireka bersama Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) menggelar peresmian Indonesia Plastics Hub pada Selasa (1/3/2022).
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Diktiristek Nizam mengharapkan kerja sama riset dan inovasi lewat Innovation Hub di Indonesia dapat mengakselerasi ekosistem inovasi di Tanah Air serta menggerakkan perguruan tinggi menjadi solusi bagi berbagai permasalahan lingkungan hidup, khususnya pengolahan limbah plastik di Indonesia. Saat ini plastik menjadi masalah di seluruh dunia dan Indonesia menjadi salah satu negara dengan produksi sampah plastik yang sangat tinggi.
”Melalui kerja sama CSIRO dan Universitas Indonesia, mudah-mudahan juga universitas Australia, akan lebih banyak lagi hasil penelitian yang akan keluar, yang tidak hanya akan dipublikasikan sebagai karya ilmiah,” kata dia.
Ia menekankan, hal yang terpenting adalah dapat memberikan dampak yang signifikan dalam mengurangi sampah plastik. Ia pun menyebutkan perguruan tinggi yang terlibat dapat memanfaatkan platform Matching Fund Kedaireka untuk mempercepat kerja sama denganAustralia, khususnya melalui CSIRO.
Sementara itu, Chief Executive CSIRO Larry Marshall mengatakan, dengan pendekatan inovatif dan kolaboratif bersama berbagai pemangku kepentingan, sampah plastik di lautan yang menjadi tantangan global dapat juga menjadi manfaat ekonomis dan lingkungan. Merujuk pada data dari CSIRO, sebanyak 90 miliar ton bahan utama diekstraksi dan digunakan secara global untuk memproduksi plastik, tetapi hanya sembilan persen yang didaur ulang. Di perairan Indo-Pasifik sendiri diperkirakan terdapat 5-10 miliar potongan plastik yang telah memenuhi garis pantai.
”Sebagai bagian dari pengembangan misi CSIRO untuk mengakhiri sampah plastik, Hub Indonesia ini akan memanfaatkan kemajuan teknologi terbaru, seperti menggunakan artificial intelligence (kecerdasan buatan) untuk mengidentifikasi dan melacak polusi di saluran air dan memanfaatkan enzim untuk mendegradasi plastik PET dan mikroplastik, dan membawanya dari proses pengujian hingga implementasi untuk menghasilkan perubahan yang nyata,” papar Larry.
Kerja sama CSIRO dan Kemdikbudristek khususnya dalam isu-isu lingkungan dan pengolahan sampah plastik yang merupakan fokus utama dari Indonesia Plastics Hub, selaras dengan salah satu isu prioritas dari program Kedaireka Matching Fund 2022 yaitu ekonomi hijau. Selain dalam hal scale up inovasi, Kedaireka juga akan mendukung CSIRO dalam hal kolaborasi dengan Kemdikbudristek seperti dalam menyediakan kebutuhan pembicara, mendorong publik dalam menciptakan inovasi terkait pengolahan sampah sampah plastik, dan yang lainnya melalui program Matching Fund.
Kemasan inovatif
Gotong royong mengatasi sampah plastik secara berkelanjutan juga ditunjukkan dunia usaha/industri. Salah satunya mengembangkan pengemasan produk yang semakin ramah lingkungan.
Head of Sustainability PT Nestlé Indonesia Prawitya Soemadijo mengatakan, sejalan dengan ambisi Nestlé untuk menjadikan 100 persen kemasan dapat didaur ulang atau digunakan kembali pada 2025 serta mengurangi sepertiga penggunaan plastik baru, perusahaan ini telah mengambil inisiatif untuk mengembangkan kemasan inovatif yang bisa didaur ulang dengan mengurangi material plastik untuk produk makanan dan. ”Kami sadar bahwa selain menggunakan kemasan yang bisa didaur ulang, kami juga harus mendukung dan meningkatkan upaya penanganan sampah untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan. Maka dari itu, Nestlé juga terus berkomitmen untuk mendukung peningkatan sistem penanganan sampah guna membuat masa depan yang bebas dari sampah,” ujar Prawitya.
Pengembangan kemasan inovatif kini terus dikembangkan di industri, Sebagai contoh, Nestlé mengembangkan inovasi kemasan dengan mengurangi material plastik agar lebih mudah untuk didaur ulang. Sejak 2020, seluruh kemasan siap konsumsi Nestlé telah menggunakan 100 persen sedotan kertas. Ada juga mangkuk kertas untuk kemasan produk sereal siap konsumsi dan menggunakan 100 persen paper cup yang dapat didaur ulang pada proses sampling.
Selain itu, Nestlé juga telah mulai mengurangi penggunaan kemasan multilayer dan menggantinya dengan mono-material sehingga mudah didaur ulang. Pada 2021, Nestlé bekerja sama dengan Siklus untuk melakukan studi guna melihat dampak lingkungan dan penerimaan konsumen terhadap produk dalam kemasan isi ulang.
Komitmen untuk mengatasi sampah plastik juga dilakukan PT Fast Food Indonesia, pemegang waralaba KFC Indonesia. Pada tahun 2017, KFC Indonesia merilis kampanye #NoStrawMovement yaitu pengurangan pemakaian sedotan plastik di seluruh gerai KFC di Indonesia.
”Kami sangat senang karena kampanye #NoStrawMovement memberi dampak positif kepada masyarakat khususnya konsumen KFC dalam penggunaan sedotan plastik sekali pakai. Hal itu yang mendorong KFC Indonesia untuk mendukung program lanjutan yang diinisiasi oleh Divers Clean Action, yaitu Marine Debris Ranger, yang berusaha menjangkau masyarakat dengan lebih luas dalam penanggulangan sampah terutama di daerah pesisir,” ujar Chief Executive Officer PT Fast Food Indonesia Tbk Eric Leong.