Wapres Amin Dorong Universitas Jadi Lokomotif dan Akselerator Inovasi
Pendidikan tinggi mesti lekas menyesuaikan diri dengan tantangan transformasi ekonomi dan sosial sebagai imbas disrupsi teknologi. Universitas digadang mampu menjadi lokomotif dan akselerator inovasi tersebut.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dunia saat ini telah memasuki babak tech-driven economy atau perekonomian yang digerakkan oleh teknologi. Revolusi digital telah mengubah seluruh sektor kehidupan, termasuk pelayanan publik, perbankan, kesehatan, dan transportasi. Perubahan ini akan terus berlangsung di masa depan.
Berdasarkan studi McKinsey, sejumlah teknologi disruptif akan memicu transformasi besar-besaran di bidang ekonomi dan sosial pada tahun 2025 dengan potensi dampak ekonomi per tahun mencapai 33 triliun dollar AS. Di titik ini, pendidikan tinggi harus segera menyesuaikan diri untuk memenuhi tantangan tersebut.
”Universitas harus mampu menjadi lokomotif inovasi, sebagai katalisator pembangunan ekonomi di masa depan. Selain itu, tantangan sosial di dunia modern juga menuntut penemuan-penemuan baru yang melibatkan berbagai disiplin keilmuan. Universitas harus bertindak sebagai akseleratornya,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat memberikan orasi ilmiah pada acara Wisuda Virtual Program Vokasi dan Sarjana Universitas Indonesia Semester Gasal Tahun Akademik 2021/2022 di Jakarta, Sabtu (26/2/2022).
Universitas harus mampu menjadi lokomotif inovasi, sebagai katalisator pembangunan ekonomi di masa depan. Selain itu, tantangan sosial di dunia modern juga menuntut penemuan-penemuan baru yang melibatkan berbagai disiplin keilmuan. Universitas harus bertindak sebagai akseleratornya.
Pada kesempatan tersebut, Wapres Amin menuturkan, ke depan, permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia kian kompleks. Agenda-agenda besar pembangunan memerlukan keahlian dan keterampilan untuk mewujudkan transformasi ekonomi dan memberikan nilai tambah. Pendidikan tinggi memiliki peran yang sangat penting dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM).
SDM tersebut diharapkan mampu dan siap berpartisipasi dengan kemampuan memecahkan masalah atas berbagai tantangan yang dihadapi setiap generasi. ”Terkait hal tersebut, saya sangat mendorong UI untuk membekali mahasiswanya dengan ilmu kewirausahaan. Kewirausahaan sejatinya adalah tentang problem solving. Selain itu, kewirausahaan akan menjadi medium inovasi untuk memproduksi komoditas dan membuka lapangan kerja. Keduanya adalah bahan baku utama kesejahteraan,” ujar Wapres Amin.
Dalam orasi ilmiahnya, Wapres Amin menyampaikan, dalil sejarah mencatat bahwa kemandirian sebuah bangsa ditopang oleh SDM dan sumber daya alam. Namun, dalil sejarah pula yang membuktikan bahwa kekuatan sumber daya alam dalam menyangga kemandirian bangsa hanya bersifat sementara, sedangkan SDM yang berkualitas selalu relevan di setiap zaman.
Kompetisi global menuntut bangsa Indonesia memiliki kemandirian. Kemandirian bukan berarti terisolasi dari hubungan antarbangsa, melainkan merupakan kemampuan untuk berdikari dalam interdependensi antarbangsa. ”Untuk mencapainya, kita harus memiliki daya saing yang tinggi dan mampu memenangkan akses terhadap berbagai peluang yang tercipta dari globalisasi. Dalam hal ini, lembaga pendidikan tinggi memiliki peran yang sangat signifikan,” kata Wapres Amin.
Menurut Wapres Amin, tidak keliru apabila ada pandangan bahwa pendidikan sebagai tiket bagi individu untuk memasuki pasar kerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar pula kemungkinan baginya untuk memperoleh pekerjaan baik dan penghasilan tinggi. Hal ini terutama karena saat ini adalah era di mana pengetahuan adalah sentra kehidupan.
Namun, fungsi pendidikan tinggi bukan sekadar menyiapkan modal manusia secara individual. ”Lebih dari itu, pendidikan tinggi memiliki peran yang krusial bagi kemakmuran masyarakat dan bangsa. (Hal ini) karena pendidikan tinggi adalah faktor penentu pertumbuhan ekonomi jangka panjang, kemajuan teknologi, dan peningkatan keahlian praktis,” kata Wapres Amin.
Wapres Amin menambahkan, pendidikan tinggi menyediakan stok keahlian dan kompetensi yang akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi. UNESCO atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa setiap 1 dollar AS yang diinvestasikan untuk pendidikan akan menghasilkan 10-14 dollar AS terhadap perekonomian.
Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro dalam pidatonya menyampaikan, UI senantiasa berkomitmen dan terus merealisasikan visi serta misi sebagai kampus terkemuka yang toleran, inklusif, unggul, dan nyaman bagi seluruh warganya. ”Kita masih memiliki banyak tantangan dan peluang untuk membenahi diri guna meningkatkan posisi UI termasuk dalam lima terbaik di Asia Tenggara. Selain itu, UI juga dituntut untuk memberi sumbangsih dan solusi atas berbagai masalah yang terjadi di tingkat lokal, nasional, ataupun global,” katanya.
Menurut Ari, UI selalu melakukan berbagai terobosan untuk menjawab tantangan zaman. UI selalu beradaptasi dengan cepat terhadap berbagai perubahan. Dinamika tersebut membawa perubahan bagi UI yang tengah bertransformasi dari traditional university menuju entrepreneurial university.
”Entrepreneurial university menjadi semakin populer bagi universitas di dunia yang berorientasi pada riset. Ia tidak hanya membutuhkan unit penelitian, tetapi juga technology transfer office, technology licensing office, business development, dan perusahaan yang dikembangkan berdasarkan hasil riset dan inovasi, baik spin-off maupun startup,” tutur Ari.
Bersamaan dengan model entrepreneurial university diperlukan pula pengembangan kampus cerdas. Sebagai universitas yang inovatif, UI menyadari arti penting transformasi teknologi yang memungkinkan ekosistem terhubung secara digital. ”Entrepreneurial university dan smart campus menjadi model transformasi UI yang lebih inovatif dan agile (lincah),” katanya.
Entrepreneurial universitydan smart campus menjadi model transformasi UI yang lebih inovatif dan agile.
UI telah mulai melakukan perubahan dalam pengembangan inovasi unggul dengan penataan manajemen kekayaan intelektual yang bertumpu pada modal intelektual. Pengetahuan digunakan untuk menciptakan nilai aset intelektual. Pengetahuan dikemas untuk menciptakan nilai dan kekayaan intelektual yang melindungi modal intelektual.
”Kesemuanya terhubung secara holistik dalam konsep ilmiah, teknologi riset pengembangan, inovasi, dan HKI (hak kekayaan intelektual). Sampai saat ini lebih kurang 500 paten dan 4.500 hak cipta serta kekayaan intelektual lainnya dihasilkan oleh UI dan masih menempati posisi tertinggi perolehan HKI dalam pemeringkatan perguruan tinggi di Indonesia,” kata Ari.