Galeri Nasional Indonesia kembali mengadakan pameran seni rupa kontemporer MANIFESTO VIII. Pameran, menurut rencana, berlangsung pada Juli-Agustus 2022.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Kompas/Hendra A Setyawan
Seniman Evy Yonathan dari Jakarta menampilkan “Tolong Gusti I Frustasi“ dalam pameran daring MANIFESTO VII PANDEMI yang diselenggarakan Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Jumat (28/8/2020)
JAKARTA, KOMPAS — Galeri Nasional Indonesia kembali menggelar pameran MANIFESTO VIII yang akan diselenggarakan pada 25 Juli-25 Agustus 2022. Para seniman diundang untuk menyampaikan gagasannya tentang Indonesia di masa depan dan soal kebangsaan.
MANIFESTO VIII adalah pameran seni rupa kontemporer Indonesia yang digelar pertama kali pada 2008. Pameran MANIFESTO pertama merupakan refleksi dari 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional. Pameran ini diadakan dua tahun sekali.
“Jika pada 2008 MANIFESTO melakukan refleksi atas perjalanan seabad Kebangkitan Nasional Indonesia, maka 2022 adalah tentang visi dan proyeksi kemajuan Indonesia di masa depan,“ kata kurator pameran MANIFESTO VIII, Rizki A Zaelani, pada pertemuan daring, Rabu (23/2/2022).
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Galeri Nasional Indonesia menggelar pertemuan daring pada Rabu (23/2/2022). Pertemuan daring itu membahas persiapan pameran seni rupa kontemporer MANIFESTO VIII. Pameran MANIFESTO diadakan dua tahun sekali sejak 2008. MANIFESTO pertama merupakan hasil refleksi terhadap 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional.
Menurut dia, berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia pada saat ini merupakan bagian dari arus perubahan global. Kemajuan teknologi dan sains pun berperan besar untuk memicu perubahan. Adapun pandemi Covid-19 mempercepat perubahan tersebut.
Perubahan itu menentukan kehidupan manusia di masa kini dan masa depan. Perubahan tersebut juga membentuk pengalaman ataupun cara hidup manusia saat ini. Sebagai contoh, teknologi memungkinkan realitas di dunia nyata dan dunia maya bergabung.
Para seniman pun diundang untuk menyampaikan gagasan mereka mengenai Indonesia di masa depan. Gagasan itu juga mesti memuat pemikiran kebangsaan. Undangan terbuka ini dirilis sejak 1 Februari 2022. Seniman dapat menyampaikan gagasan mereka melalui formulir daring hingga 15 Maret 2022.
”Jika dulu Indonesia selalu dikaitkan dengan nasionalisme dan lokalitas, mungkin saat ini ide keindonesiaan sudah berubah. Kali ini keindonesiaan bisa saja mengenai pergaulan internasional dan pengaruh global, ” ucap Rizki.
Kompas/Hendra A Setyawan
Seniman Evy Yonathan dari Jakarta menampilkan 'Tolong Gusti I Frustasi' dalam pameran daring MANIFESTO VII "PANDEMI" yang diselenggarakan Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Jumat (28/8/2020).
Selain itu, seniman juga didorong menyampaikan contoh atau rencana karya yang akan dibuat dari gagasan tersebut. Proposal yang masuk akan dikurasi. Seniman yang terpilih akan diberi tempat untuk memamerkan karyanya saat pameran MANIFESTO VIII pada Juli-Agustus 2022. Pameran, menurut rencana, diadakan secara hibrida, yaitu campuran luring dan daring.
Pada MANIFESTO VII yang berlangsung pada 2020, tim kurator mencatat ada lebih kurang 200 karya yang ditampilkan. Pameran dengan tema ”Pandemi” tersebut dilakukan secara daring. Adapun MANIFESTO pertama pada 2008 memamerkan 350 karya di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.
Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto mengatakan, MANIFESTO rutin diadakan setiap dua tahun sekali selama 14 tahun. Pameran ini merupakan bentuk respons dan adaptasi dengan kondisi Indonesia terkini.
Kompas/Hendra A Setyawan
Seniman Evy Yonathan dari Jakarta menampilkan 'Tolong Gusti I Frustasi' dalam pameran daring MANIFESTO VII "PANDEMI" yang diselenggarakan Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Jumat (28/8/2020).
Kurator pameran Citra Smara Dewi mengatakan, gagasan para seniman akan dikumpulkan menjadi manifes. Manifes tersebut bakal dirumuskan dan dijadikan referensi untuk membaca perkembangan Indonesia dan dunia seni rupa. Manifes ini juga mencatat tantangan dunia kesenian saat ini.
”Dengan dinamika sosial yang begitu luar biasa, saya harap kita bisa mengkritisi perkembangan seni melalui sikap para seniman (pada manifes),” kata Citra. ”Ini penting untuk membentuk keindonesiaan dan karya seni rupa kontemporer di masa depan.”
Kurator Suwarno Wisetrotomo menambahkan, manifes ini merupakan inventarisasi bagi para seniman. Dengan data tersebut, seniman diharapkan bisa berperan strategis untuk merespons berbagai isu di masyarakat.