Penggunaan Toilet Portabel pada Zaman Romawi Kuno Teridentifikasi
Pot keramik teridentifikasi dipakai sebagai toilet portabel pada zaman Romawi kuno. Hal ini terungkap melalui analisis parasit usus yang diteliti oleh arkeolog di University of Cambridge.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di era modern, toilet portabel jamak digunakan untuk mendukung aktivitas manusia. Namun, para arkeolog di University of Cambridge mengidentifikasi penggunaan toilet portabel pada zaman Romawi kuno setelah menganalisis parasit usus yang ditemukan dalam pot keramik.
Temuan yang dipublikasikan di Journal of Archaeological Science ini menjelaskan bagaimana pot dipakai oleh orang Romawi menjadi toilet portabel atau dikenal sebagai pispot. Laporan penelitian tersebut bisa diakses di Sciencedirect.com, Senin (14/2/2022).
Arkeolog menganalisis material berkerak yang terbentuk di permukaan bagian dalam pot keramik yang berasal dari abad kelima pada situs vila Romawi di Sisilia, Italia. Dengan memakai mikroskop untuk mengidentifikasi parasit usus, peneliti menemukan telur cacing cambuk. Hal itu membuktikan pot tersebut pernah berisi kotoran manusia.
”Pot berbentuk kerucut jenis ini telah dikenal cukup luas di kekaisaran Romawi. Karena tidak adanya bukti lain, sering disebut stoples penyimpanan,” kata Roger Wilson, salah seorang penulis laporan tersebut.
Wilson memaparkan, penemuan banyak jamban di dalam atau dekat jamban umum telah memunculkan dugaan bahwa benda itu mungkin digunakan sebagai pispot. Namun, hingga sekarang, buktinya masih belum cukup.
Cacing cambuk merupakan parasit manusia yang panjangnya sekitar 5 sentimeter dan hidup di lapisan usus. Telurnya bercampur dengan kotoran manusia dan dengan demikian akan tersimpan di pispot saat digunakan.
Mineral dari urine dan feses tersebut menumpuk berlapis-lapis di permukaan bagian dalam pot. Penggunaan berulang-ulang menciptakan lapisan padat.
”Sangat menarik untuk menemukan telur cacing parasit ini 1.500 tahun setelah disimpan,” kata Tianyi Wang, penulis lain yang mengambil bagian dalam pekerjaan mikroskop.
Penemuan itu adalah untuk pertama kalinya telur parasit diidentifikasi dari beton padat di dalam wadah keramik Romawi. Hal ini menegaskan pot tersebut digunakan untuk menampung kotoran manusia.
”Kami menemukan telur parasit terperangkap di dalam lapisan mineral yang terbentuk di permukaan pot sehingga menyimpannya selama berabad-abad,” kata Sophie Rabinow dari tim arkeolog University of Cambridge.
Pispot itu mempunyai tinggi 31,8 sentimeter dengan diameter 34 cm sehingga bisa dipakai untuk duduk. Kemungkinan besar penggunaannya bersamaan dengan anyaman atau kursi kayu di mana pispot dipasangkan.
Keramik merupakan salah satu bentuk artefak arkeologi yang paling umum ditemukan dari situs Romawi. Teknik penggunaannya memungkinkan peneliti mengidentifikasi pot yang memiliki tujuan khusus sebagai pispot, membedakannya dari yang digunakan sebagai stoples untuk makanan atau bahan lain.
”Temuan menunjukkan bahwa analisis parasit dapat memberikan petunjuk penting untuk penelitian keramik,” kata Rabinow.
Piers Mitchell, ahli parasit yang memimpin penelitian di laboratorium, menuturkan, pot tersebut berasal dari kompleks pemandian di sebuah vila Romawi. Pengunjung akan memakai pispot ketika ingin ke toilet. Sebab, pemandian tersebut tidak memiliki jamban sendiri.
”Pot Romawi di museum diketahui memiliki beton yang termineralisasi ini di dalam dasarnya. Pot tersebut sekarang dapat diambil sampelnya menggunakan teknik kami untuk melihat apakah pot tersebut juga digunakan sebagai pispot,” ujarnya.
Penelitian tersebut tidak sekadar mengidentifikasi toilet portabel sejak ribuan tahun lalu. Riset itu juga memberikan pemahaman tentang sanitasi, pola makan, dan kesehatan usus orang-orang di masa lalu.