Naskah China-Jawa tersebar di sejumlah daerah di Indonesia dan negara lain. Belum semuanya dialihkan menjadi aksara Latin sehingga pembaca naskah masih terbatas.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Naskah China-Jawa merupakan warisan budaya sekaligus bukti peradaban Nusantara di masa lampau. Namun, potensi naskah ini belum tergali dengan optimal karena sejumlah kendala, seperti keterbatasan sumber daya manusia untuk melakukan alih aksara dari aksara China ke Latin.
Hal ini mengemuka pada Seri Diskusi Naskah Nusantara ke-28 berjudul Khazanah Manuskrip China-Jawa di Indonesia. Diskusi ini diselenggarakan secara daring oleh Perpustakaan Nasional dan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) pada Kamis (10/2/2022).
Menurut Ketua Manassa Munawar Holil, Nusantara di masa lalu mengalami sejumlah gelombang asimilasi kebudayaan dengan bangsa lain, salah satunya bangsa China. Hal tersebut bisa ditelusuri dari naskah kuno. Naskah ini penting dipelajari agar publik memahami toleransi dan interaksi budaya.
”Nenek moyang kita mampu menyaring dan memadukan hal positif dari (budaya) luar dengan kebudayaan lokal sehingga menghasilkan kebaruan,” kata Munawar. ”Semoga yang diwariskan nenek moyang dari naskah kuno bisa diketahui banyak orang, khususnya generasi muda,” tambahnya.
Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Dwi Woro Retno Mastuti mengatakan, dari penelitiannya, ia mendata 150 naskah China-Jawa yang tersebar di banyak tempat. Beberapa berada di Pulau Jawa. Ada pula yang berada di Belanda, Jerman, dan Perancis.
Naskah-naskah tersebut belum termasuk naskah yang menjadi koleksi pribadi individu. Menurut dia, masih banyak naskah koleksi pribadi yang belum tercatat. Ada pula yang sudah rusak.
”Dari 150 naskah, belum semua diolah. Karakter naskah China-Jawa itu halamannya banyak, bisa sampai ribuan sehingga tidak mudah dilakukan alih aksara. Saya harap generasi muda ada yang tertarik mengolahnya,” kata Woro.
Salah satu hambatan dalam mengalihkan aksara China ke Latin pada naskah kuno adalah keterbatasan sumber daya manusia.
Hambatan lain dalam mengalihkan aksara China ke Latin pada naskah kuno adalah keterbatasan sumber daya manusia. Tidak semua orang di masa kini yang masih mengerti aksara atau bahasa China zaman dulu. Selain itu, penyelamatan manuskrip China-Jawa juga terhambat mahalnya harga jual naskah di pasar.
Dibaca publik
Alih aksara naskah kuno China-Jawa, dari aksara China ke Latin, penting agar naskah bisa dibaca masyarakat secara luas. Hal ini juga mempermudah akses publik terhadap naskah kuno. Ini sekaligus membuka kesempatan publik untuk belajar sejarah dan budaya.
Naskah tersebut juga dapat dijadikan inspirasi untuk membuat karya kreatif, seperti pertunjukan, buku, hingga film. Sebelumnya, manuskrip China-Jawa diangkat menjadi pertunjukan wayang kulit China-Jawa. Ada pula yang diangkat ke pertunjukan wayang potehi.
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah Universitas Bantara Sukoharjo R Adi Deswijaya menambahkan, naskah itu ditulis dengan tujuan agar pembaca bisa tahu sejarah bangsa China. Tujuan lainnya agar pembaca mendapat berkah dari leluhur.