Seleksi Masuk PTN Tanpa Tes Tuntut Integritas Sekolah dan Siswa
Seleksi masuk perguruan tinggi negeri tiap tahun diminati. Seleksi masuk jalur prestasi tetap jadi salah satu andalan untuk menjaring calon mahasiswa potensial.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seleksi masuk perguruan tinggi tanpa tes bagi anak-anak berprestasi masih menjadi salah satu andalan bagi perguruan tinggi negeri untuk mendapatkan calon mahasiswa potensial. Penerimaan siswa di jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi dengan mempertimbangkan nilai rapor dan prestasi nonakademik lainnya selama di SMA/SMK sederajat ini menuntut integritas dari sekolah dan siswa agar memanfaatkan peluang ini dengan jujur dan pertimbangan yang baik.
Hingga Jumat (4/2/2022), seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN) program sarjana di 124 perguruan tinggi negeri akademik, politeknik, dan perguruan tinggi keagamaan Islam negeri, masih dibuka untuk jalur tanpa tes atau SNMPTN. Adapun jalur tes atau SBMPTN dibuka seusai penguman penerimaan jalur prestasi pada 29 Maret.
Di jalur undangan atau SNMPTN, sekolah mengajukan siswa yang dinilai berprestasi berdasarkan pertimbangan akademik dan nonakademik dengan kuota siswa sesuai akreditasi sekolah. Berdasarkan statistik registrasi akun lembaga tes masuk perguruan tinggi (LTMPT) bagi sekolah dan siswa hingga 3 Februari pukul 22.00, terdata sekitar 1,2 juta siswa baru terdaftar yang berasal dari 30.198 SMA/SMK/MA sederajat. Siswa yang eligible (berhak/memenuhi syarat) terdata sebanyak 707.421 orang.
Jika siswa dinyatakan diterima oleh suatu PTN, tetapi tidak mendaftar ulang, siswa tersebut tidak bisa ikut ujian tulis berbasis komputer (UTBK).
Dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar bertajuk Sukses Masuk Perguruan Tinggi Negeri Bersama LTMPT, Ketua LTMPT Mochamad Ashari mengatakan LTMPT memfasilitasi pimpinan PTN untuk mendapatkan calon mahasiswa potensial yang memiliki prestasi akademik dan nonakademik di SMA/SMK sederajat. Namun, tiap PTN berhak menetapkan kriteria lain untuk menambah lagi data yang sudah diolah LTMPT.
Menurut Ashari, untuk jalur prestasi ini ada indeks pribadi calon mahasiswa yang dilhat dari nilai rapor dan prestasi nonakademik lainnya yang sudah diunggah sekolah di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Lalu, ada indeks sekolah berdasarkan pemetaan sekolah dari data yang ada.
”Pemetaan sekolah yang nantinya jadi indeks sekolah ini dilihat dari data seperti rata-rata nilai UTBK peserta dari suatu sekolah dalam tiga tahun. Bisa juga dari prestasi alumni dan nilai rapor. Hal ini agar penilaian bisa lebih fair,” kata Ashari yang juga Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).
”Ada berbagai kriteria penilaian akademik dan nonakademik yang kami rasa fair atau adil dalam menyeleksi calon mahasiswa di jalur berprestasi. Untuk seleksi masuk PTN ini bukan hanya tentang siswa, tapi juga sekolah. Jika sekolah berkomitmen pada kualitas, hasilnya juga terlihat di hasil tes ujian tulis calon mahasiswa yang ikut seleksi,” kata Ashari.
Ada sanksiSementara itu, Direktur Eksekutif LTMPT Budi P Widyobroto mengatakan SNMPTN atau jalur undangan terbatas untuk siswa kelas XII saat ini dan mendapat undangan. LTMPT mengundang berdasarkan unggahan sekolah di PDSS untuk siswa berprestasi yang kuotanya sesuai akreditasi sekolah. Sekolah dengan akreditasi A memiliki kuota 40 persen, B sebanyak 25 persen, serta dan C dan lainnya 5 persen.
”Dari 1,175 juta akun yang terdaftar, biasanya yang memenuhi syarat di kisaran 600.000- 700.000-an siswa,” ujar Budi.
Menurut Budi, bisa saja tindakan siswa yang tidak mendaftar ulang ke PTN yang menerima lewat jalur prestasi berdampak pada sekolah. ”Ada PTN yang memberi sanksi sekolah yang siswanya tidak daftar ulang di jalur prestasi, dicoret atau dikurangi jatahnya. Ini bisa berpengaruh ke indeks sekolah di mata tiap PTN,” kata Budi.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemdikbudristek Nizam mengatakan, persaingan untuk kuliah di PTN memang ketat, terutama di program studi maupun PTN favorit. Untuk jalur prestasi, tentunya titik berat penilaian pada prestasi selama di SMA/SMK sederajat. Adapun yang lewat jalur tes dari skor ujian tertulis atau UTBK.
Menurut Nizam, PTN tidak menerima mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonomi orangtua, tetapi berdasarkan penilaian yang obyektif. Informasi tentang kondisi ekonomi orangtua dibutuhkan untuk menentukan biaya kuliah yang sesuai kemampuan orangtua mahasiswa.
Nizam mengatakan, penting bagi guru dan orangtua membimbing calon mahasiswa mengetahui minat, kemampuan, dan cita-cita dirinya sehingga memilih program studi yang tepat. ”Jangan ikut-ikutan, tapi perluas wawasan untuk mencari tahu tentang minat dan cita-cita. Tidak dimungkiri masih banyak mahasiswa yang merasa salah ambil jurusan kuliah,” kata Nizam.
Guna menjawab masalah mahasiswa yang merasa salah pilih jurusan, ujar Nizam, perguruan tinggi diminta serius mengimplementasikan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program Kampus Merdeka memberi ruang bagi mahasiswa untuk bisa mengambil mata kuliah lintas program studi maupun terjun ke dunia nyata di industri, penelitian, kewirusahaan, hingga kegiatan sosial untuk menambah wawasan dan pengalaman selama di menjadi mahasiswa.
Saat ini baru berkisar 2.000 PT dari lebih 3.000 PT di bawah Kemdikbudristek yang memiliki program MBKM seacara mandiri. Program tersebut dinikmati sekitar satu juta mahasiswa di tahun 2021. Tersedia pula program Kampus Merdeka di tingkat nasional yang difasilitasi Kemdikbudristek, di tahun lalu diikuti sekitar 80.000 mahasiswa.
Industri kreatif
Seleksi masuk PTN di jalur undangan maupun tertulis, beberapa tahun ini juga menggandeng politeknik. Tes masuk bersama dibuka untuk program D-IV/sarjana terapan di 39 politeknik negeri.
Salah satunya Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) di Jakarta. Direktur PoliMedia Tipri Rose Kartika menjelaskan, Polimedia merupakan satu-satunya perguruan tinggi vokasi negeri yang bergerak di pengembangan industrI kreatif. Polimedia saat ini sudah memiliki tiga kampus, yakni Jakarta, Medan, dan Makassar.
Di Kampus Jakarta terdapat 15 program studi yang terbagi dalam empat jurusan, di antaranya Teknik Grafika, Penerbitan, Desain, dan Pariwisata. Adapun program studi di luar kampus utama Medan dan Makassar terdapat masing-masing lima prodi.
Pada tahun 2022, Polimedia membuka peluang sebanyak 2.080 mahasiswa baru sarjana terapan/D-IV dari berbagai wilayah di Indonesia. Untuk jenjang D-3 melalui seleksi bersama politkenik negeri di laman www.politeknik.or.id.
Hingga saat ini, Polimedia telah menciptakan 5.000 lulusan yang tersebar di industri kreatif dan menciptakan start up. ”Kami ingin ikut meningkatkan lebih banyak calon-calon mahasiswa baru yang siap terjun ke industri kreatif pada penerimaan tahun ini,” kata Tipri.