Kata ”apalagi” bisa dikategorikan sebagai kata penghubung yang luwes. ”Apalagi” dapat dianggap ”kata sambung” juga meskipun sebenarnya ia adalah ”frasa sambung” yang terdiri dari dua kata, yakni ”apa” dan ”lagi”.
Oleh
L WILARDJO
·3 menit baca
Di rubrik Bahasa ini Darmawati Majid (peneliti di BRIN) mempersoalkan status apalagi, apakah ia kata penghubung antarklausa atau antarkalimat (Kompas, 18/1/2022).
Menurut saya, ihwal tersebut tidak perlu dipusingkan, sebab, menurut Darmawati sendiri, ahli bahasa Indonesia, Prof Dr Harimurti Kridalaksana, menyatakan bahwa apalagi ialah konjungsi intertekstual. Apalagi adalah kata penghubung yang luwes, yang bisa dipakai antarkalimat, antarklausa, atau, bahkan, antarparagraf, asalkan unsur-unsur yang dihubungkan itu maknanya berkelindan.
”Klausa” itu sejatinya juga ”kalimat”. Strukturnya terdiri dari subyek dan predikat meskipun, dalam kalimat majemuk, subyek klausa kedua tidak disebutkan lagi kalau sama dengan subyek klausa pertama.
Kalau klausa kedua mempunyai kedudukan yang setara dengan klausa pertama—dengan kata lain, ia bukan subordinatnya klausa pertama—kata penghubungnya dan, dan subyek klausa kedua, yang tidak sama dengan subyek klausa pertama, harus disebutkan. Misalnya: Dalam sidaknya di kantor kecamatan Ibu Mensos marah-marah, dan Pak Camat tunduk terdiam, tampak ketakutan.
Kalau kedua klausa dalam sebuah kalimat majemuk mempunyai hubungan sebab-akibat (kausal), maka subyek klausa kedua sama dengan subyek klausa pertama, dan tidak disebutkan lagi. Misalnya: Galur (strain) Omicron harus kita waspadai sungguh-sungguh, sebab menular dengan cepat. Ada hubungan sebab-akibat atau relasi kausal di sini, dan kata penghubungnya: sebab.
Apalagi itu padanan dari kata penghubung dalam bahasa Inggris, let alone. Kata Kridalaksana, apalagi itu konjungsi intertekstual.
Begitu pula, pada hemat saya, kata sedangkan yang berpadanan dengan kata-kata while, whilst, atau whereas dalam bahasa Inggris. Kedua klausa yang dihubungkannya kontras, artinya berbeda secara mencolok. Misalnya: Harimurti Kridalaksana adalah pakar BI, sedangkan saya hanya pencinta bahasa persatuan kita itu.
Di belakang kata penghubung sedangkan dapat disisipkan frasa di lain pihak sehingga seluruhnya menjadi ”frasa penghubung”. Misalnya: Di sini kata ”chairman” (Ing) diterjemahkan menjadi ”ketua”, sedangkan, di lain pihak, di Malaysia diterjemahkan secara harfiah menjadi ”pengerusi” [chair = kerusi (Mal.)].
Ada frasa yang lazim dipakai jika kita hendak menyisipkan hal lain dalam sebuah narasi. Kata penghubung, yang lebih tepat disebut frasa penghubung, itu ialah by the way (dalam bahasa Inggris). Ada yang suka menyingkatnya menjadi ”Btw”, yang dilafazkan secara bahasa Indonesia: betewe (dengan bunyi e taling). Dalam kaitan ini saya pernah ikut-ikutan memadankannya dengan omong-omong.
Dalam artikelnya, Darmawati memakai ”kata penghubung” sebagai padanan (sinonim) ”konjungsi”. Agar lebih singkat, izinkan saya mengajak Anda semua, untuk memakai ”kata sambung” saja daripada ”kata penghubung”. Kebanyakan nama kata (parts of speech) lainnya juga singkat, seperti ”kata benda” (nomina), ”kata kerja” (verba), dan ”kata sifat” (adjektiva).
Karena dan oleh karena berturut-turut adalah ”kata sambung” dan ”frasa sambung” dalam kalimat majemuk dengan relasi kausal. Meskipun nama katanya ”kata sambung”, letaknya tidak harus selalu di antara kedua klausa yang disambungnya. Kalau sebabnya disebutkan lebih dulu, kata sambung karena itu posisinya justru di awal kalimat majemuk. Misalnya: Karena mengantuk, ia menepikan mobilnya lalu berhenti di bahu jalan untuk tidur sebentar.
Apalagi dapat kita anggap ”kata sambung” juga meskipun sebenarnya ia adalah ”frasa sambung” yang terdiri atas dua kata, yakni apa dan lagi.
Kata pertama pada judul artikel singkat ini ialah tahana. Kata Prof Dr Mien A Rifai, seorang taksonom botanis yang mencintai bahasa Indonesia, tahana itu sinonimnya status. Dari kata tahana itulah, saya kira, wartawan-cum-editor Kompas, Salomo Simanungkalit, mereka-cipta kata petahana yang sekarang sudah mantap sebagai padanan dari incumbent (Ing).