Keringat Guru Ciptakan Beragam Konten Pembelajaran Digital demi Siswa
Pendampingan perlu terus dilakukan bagi para guru di daerah yang selama ini masih relatif rendah literasinya dalam teknologi dan informatika.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·5 menit baca
Beragam cara dilakukan guru untuk membuat konten pembelajarannya menarik bagi siswa, mulai dari lembaran paparan, buku cerita, hingga aplikasi pelajaran interaktif serba digital. Meskipun berada di wilayah pelosok daerah, saluran kreativitas tak lekang oleh keadaan.
Dedi Hendriyanto, guru SMPN 21, Batanghari, Jambi, kini lebih banyak berkutat di depan laptopnya. Berbagai ide berseliweran di tengah proses produksi aplikasi buatan sendiri yang dimulai sejak September 2021. Setelah berhasil diluncurkan, aplikasi bernama Smart Application Creator (SAC) itu menjadi pilihan menarik metode pembelajaran bahasa Inggris bagi para siswanya di SMPN 21 Batanghari.
Masuk ke dalam aplikasi yang dapat diunduh lewat sistem android, siswa bebas memilih konten pembelajaran yang ingin diserapnya. ”Setelah di-install, aplikasi bisa mereka manfaatkan kapan saja dan di mana saja. Jadi, lebih mudah untuk siswa,” katanya, Kamis (13/1/2022).
Sesaat memasuki teras aplikasi, beragam pilihan konten materi tersedia. Seluruhnya merupakan materi pembelajaran bahasa Inggris, mulai dari dialog berkenalan, membangun cerita dan percakapan, hingga menyerap kosakata baru. Setiap konten juga disisipkan kuis.
Selama masa pandemi, lanjut Dedi, para guru memutar otak mencari cara menyiapkan materi pembelajaran menarik. Selepas mendapatkan pelatihan kreativitas pembelajaran jarak jauh yang digelar Tanoto Foundation, ia pun segera memproduksi sejumlah konten.
Awalnya, ia manfaatkan paket internet untuk mengolah bahan-bahan konten. Ternyata kuota yang terpakai terbilang boros. ”Dalam sepekan habis 17 gigabyte,” katanya. Ia pun memasang jaringan WiFi tak terbatas di rumah. Memang biaya memproduksi konten jadi semakin mahal, tetapi hasilnya cukup memuaskan.
Untuk menyiapkan konten dialog bergambar dan animasi, ia manfaatkan sejumlah aplikasi yang tersedia, di antaranya Plotagon dan Benime. Setelah menjadi bahan-bahan visual, audio, dan narasi, semuanya lalu diolah untuk menjadi satu konten dalam SAC.
”Meskipun berproses dengan memakan waktu dan biaya untuk menghadirkan materi pembelajaran, Dedi merasa gembira. Sebab, tidak hanya siswanya yang dapat memanfaatkan. ”Kontennya dapat diunduh siswa lain dimana pun,” lanjutnya.
Selama masa pandemi Covid-19, pilihan pembelajaran dalam jaringan kian sulit dihindari. Di Kabupaten Batanghari, misalnya, kegiatan belajar mengajar belum bisa tatap muka penuh. Separuh waktu pembelajaran masih berlangsung jarak jauh.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi belakangan dimanfaatkan para guru. Mereka pun dituntut beradaptasi dengan memanfaatkannya dalam kegiatan belajar mengajar. Menjadi tantangan untuk memilih aplikasi yang tepat sesuai kebutuhan.
Mereka pun dituntut beradaptasi dengan memanfaatkannya dalam kegiatan belajar mengajar.
Pelatihan membangun pembelajaran jarak jauh pun digelar bagi guru-guru SD dan SMP di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat, Tebo, Batanghari, dan sejumlah sekolah yang ada di Muaro Jambi dan Kota Jambi.
”Memang, belum semua siswa dapat memanfaatkan maksimal pengembangan konten buatan para guru karena tempat tinggalnya yang jauh dari pusat kota dengan kondisi jaringan internet lemah. Soalnya masih ada beberapa siswa belum mempunyai HP (telepon seluler). Sebagian siswa juga tinggal di wilayah yang lemah jaringan (internet),” katanya.
Di SMPN 21 Batanghari, selain bahasa Inggris, para guru juga telah memproduksi aplikasi pembelajaran untuk sains, matematika, bahasa Indonesia, dan pendidikan agama Islam. Mereka juga memproduksi buku bacaan digital (e-book), buku besar digital (bigbook), paparan digital (flipchart), hingga konten video Tiktok.
Dentri Yangsi, guru SDN 61/X Talang Babat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, juga mulai membuat konten pembelajaran digital. Ia membuat media pembelajaran bahan bacaan agar siswa betah membaca buku.
Sebelum pembelajaran dimulai, ia membuat skenario pembelajaran terlebih dahulu. ”Biasanya dibuat outline-nya dulu agar tidak ke mana-mana ceritanya,” ujar Dentri. Sebagai guru, Dentri juga mencari referensi terkait materi yang akan disampaikan kepada siswanya.
Ia telah memproduksi buku bacaan virtual berjudul ”Bermain Sepeda di Minggu Pagi”. ”Kebetulan saya dan keluarga suka bersepeda, kenapa tidak dijadikan tulisan saja,” ujarnya.
Begitu pula Erni Yanti, guru SDN 111 Muara Bulian, membuat buku bacaan digital berjudul ”Bima Pergi ke Taman Rimba”. Untuk membuka kembali wawasan anak-anak, Erni Yanti (36) menampilkan hasil belajar minggu lalu sambil menggali kembali pengalaman mereka.
Para siswanya lalu diajak membuat karangan sendiri. Selanjutnya pada akhir subtema dibuatlah tugas proyek siswa, yaitu membuat buku cerita. Buku cerita ini terkait dengan kegiatan selama belajar di rumah. ”Pembuatan buku cerita sebagai penerapan dari materi ide pokok dan kalimat pengembang,” tambahnya.
Adapun, Titien Suprihatien (42), guru SMPN 11 Batanghari, kerap mengajak siswanya berdiskusi tentang materi pembelajaran sains lewat podcast. Hasil diskusi kerap mereka cemplungkan di media sosial. Sebuah ruang kelas yang tak lagi terpakai dimanfaatkan sebagai studio podcast bertema monokrom.
Provincial Coordinator Tanoto Foundation Jambi Medi Yusva mengatakan, setelah tiga tahun Program PINTAR Tanoto Foundation berjalan di Jambi, makin banyak guru memproduksi konten-konten pembelajaran. ”Produk-produknya menarik, misalnya buku besar yang dibuat digital. Isinya bisa menginspirasi banyak guru,” ujarnya.
Namun, karena awalnya produk tersebut hanya diunggah di media sosial Facebook, Medi berharap agar cakupannya lebih luas lagi dengan mendorong guru melakukan digitalisasi produk, seperti layanan penyedia bookcase, membuat aplikasi belajar bahasa Inggris, hingga buletin daring.
Medi menambahkan, tantangannya adalah sebagian besar guru literasi teknologi informasinya masih rendah sehingga perlu pendampingan lebih pada mereka. Selain mendukung pengembangan produk pendidikan berbasis digital, pihaknya juga mendorong pemerintah daerah memanfaatkannya untuk berbagi praktik, baik seperti pembelajaran, budaya baca, maupun manajemen sekolah.
Saat ini, dukungan itu telah dijalankan Dinas Pendidikan Kabupaten Tebo. Harapannya, dukungan itu dapat semakin meluas.