Ragam Perspektif Sejarah Revolusi Indonesia Ditampilkan dalam Pameran
Lebih dari 200 obyek seni dan sejarah akan ditampilkan dalam pameran ”Revolusi! Indonesia Independent” di Belanda. Obyek tersebut menceritakan sejarah revolusi dari berbagai perspektif.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dan Belanda bekerja sama menampilkan beragam perspektif sejarah revolusi Indonesia dalam sebuah pameran bertajuk ”Revolusi! Indonesia Independent”. Pameran ini akan digelar pada 11 Februari hingga 5 Juni 2022 di Rijksmuseum, museum seni dan sejarah Belanda, di Amsterdam.
Direktur Umum Rijksmuseum Taco Dibbits, pada Selasa (11/1/2022), mengatakan, ada dua kurator dari Indonesia dan dua kurator dari Belanda yang terlibat dalam pameran. Pameran ini menceritakan sejarah revolusi Indonesia dari sudut pandang para saksi mata yang terlibat revolusi. Mereka, antara lain, para pejuang, politisi, diplomat, dan jurnalis.
”Pameran ini tidak fokus ke rasa bersalah maupun malu (terhadap sejarah). Pameran ini tentang orang-orang yang terlibat dalam konflik internasional. Pameran ini juga menunjukkan kompleksitas sejarah. Dengan memperkaya wawasan dari kompleksitas sejarah bersama, kita akan dapat menatap masa depan,” kata Dibbits pada konferensi pers daring.
Menurut sejarawan Bonnie Triyana, sejarah memiliki berbagai sudut pandang. Hal ini ibarat lukisan tentang penangkapan Pangeran Diponegoro, pahlawan nasional Indonesia, yang digambar dua pelukis berbeda, yaitu Raden Saleh dan Nicolaas Pieneman.
Salah satu perbedaan lukisan itu ada di pemberian judul. Pieneman menamai lukisan itu ”Penyerahan Diri Diponegoro”, sementara Raden Saleh memberi judul ”Penangkapan Diponegoro”. Selain itu, Pieneman juga menggambarkan Diponegoro dengan raut wajah lesu dan pasrah, sedangkan Raden Saleh menggambarkannya dengan raut tegas dan menahan amarah.
”Narasi besar revolusi selama ini dilihat dari dua sudut pandang (Belanda dan Indonesia). Di pameran ini, kami melihat ini secara lebih luas,” ucap Bonnie yang juga kurator pameran.
”Revolusi bukan hanya peristiwa kekerasan. Pameran ini menunjukkan bahwa revolusi lebih dari kekerasan. Ada ikhtiar dari bangsa yang merdeka, bangsa yang mau menciptakan kebudayaan baru, peradaban baru yang merdeka, dan keinginan bebas dari kolonialisme Belanda maupun bangsa lain,” tambahnya.
200 obyek
Pameran ”Revolusi! Indonesia Independent” akan menampilkan sejumlah lukisan, foto, dokumen, poster, hingga pamflet pada masa revolusi Indonesia, yakni tahun 1945-1949. Ada lebih dari 200 obyek yang akan dipamerkan. Obyek-obyek tersebut merupakan pinjaman dari Indonesia, Belanda, Australia, Belgia, dan Inggris.
Kurator sejarah dari Rijksmuseum Harm Stevens mengatakan, pameran ”Revolusi! Indonesia Independent” menampilkan sejumlah foto jelang proklamasi kemerdekaan Indonesia karya fotografer Frans Mendur.
Frans berhasil menyelundupkan sebuah rol film dari koleganya yang orang Jepang, lalu memasangnya di kamera Leica miliknya. Ia juga berhasil menghindari pemeriksaan Jepang, kemudian mencuci dan mencetak rol film tersebut. Foto-foto masa revolusi juga terekam dalam foto karya fotografer Perancis yang menikah dengan perempuan Indonesia, Henri Cartier-Bresson.
”Ada pula pamflet dan poster buatan orang Indonesia yang disimpan Belanda. Ini karena intelijen dan militer Belanda merampasnya dulu,” kata Stevens.
Pameran ini tidak fokus ke rasa bersalah maupun malu (terhadap sejarah). Pameran ini tentang orang-orang yang terlibat dalam konflik internasional. Pameran ini juga menunjukkan kompleksitas sejarah.
Kurator sejarah yunior dari Rijksmuseum Marion Anker mengatakan, ada pula lukisan-lukisan Mohammad Toha yang akan ditampilkan. Ia harap pameran ini bisa meningkatkan kesadaran dan pengetahuan publik terhadap sejarah.
Sementara itu, kurator sekaligus Direktur Museum Lippo/Museum Universitas Pelita Harapan Amir Sidharta menambahkan, pameran ini juga menampilkan karya pelukis Affandi, pelukis Agus Djaya, hingga pelukis S Sudjojono. Seniman asal Yogyakarta, Timoteus Anggawan Kusno, juga akan menampilkan instalasi seni berjudul Wounds and Venom I Carry as I Run (Luka dan Bisa Kubawa Berlari).