SMA di NTB Simulasikan Pembelajaran Tatap Muka Penuh
SMA, SMK, dan SLB di NTB mulai menyelenggarakan simulasi pembelajaran tatap muka penuh selama satu bulan ke depan. Protokol kesehatan tetap dijalankan secara ketat guna mencegah penyebaran Covid-19.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan sekolah luar biasa di Nusa Tenggara Barat mulai melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka penuh, Senin (3/1/2022). Penerapan protokol kesehatan menjadi prioritas sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB Aidy Furqan dalam surat edaran yang diterima Kompas, Senin (3/1/2022), mengatakan, simulasi tatap muka penuh tahun pelajaran 2021/2022 dilakukan berdasarkan sejumlah alasan atau pertimbangan.
Menurut Aidy, berdasarkan hasil evaluasi terakhir, pelaksanaan simulasi tatap muka terbatas untuk SMA, SMK, dan SLB di NTB tidak berdampak terhadap kesehatan warga sekolah.
Selain itu, vaksinasi terhadap pendidikan tenaga kependidikan dan peserta didik telah melewati 80 persen, baik dosis pertama maupun kedua. Data primer, seperti laporan pengawas sekolah, hasil survei, dan observasi langsung, menunjukkan sebagian besar SMA, SMK, dan SLB sangat siap melaksanakan layanan tatap muka penuh.
”Kesiapan itu didukung dengan sarana pendukung yang dibutuhkan, seperti masker, tempat cuci tangan, ruang isolasi, dan tingkat kedisiplinan guru dan peserta didik dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19, memperlihatkan tren yang makin positif,” kata Aidy.
Pertimbangan lainnya adalah masukan dari orangtua siswa yang berharap agar putra putrinya mereka tetap bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka. Hal itu semata-mata untuk mengurangi potensi ketidakmaksimalan orangtua dalam mendampingi putra-putrinya saat belajar di rumah.
Selain itu, simulasi PTM penuh juga dilakukan karena harapan yang sangat tinggi dari peserta didik agar sekolah segera dibuka untuk pembelajaran tatap muka mengingat belajar dari rumah dirasakan kurang optimal.
Alasan lainnya adalah kekhawatiran terjadinya learning loss atau situasi di mana tidak adanya proses belajar dalam waktu lama. Hal itu akan menyebabkan hilangnya motivasi dan orientasi belajar peserta didik.
”Pembelajaran tatap muka terbatas dinilai kurang efektif dari segi waktu, manajemen, maupun hasil sehingga pola belajar sif atau block cukup memberatkan satuan pendidikan,” kata Aidy.
Menurut Aidy, simulasi PTM penuh dilaksanakan pada Januari 2022. Selama pelaksanaan akan dilakukan evaluasi minimal dua minggu sekali.
Pantauan Kompas pada Senin, SMA di Kota Mataram telah simulasi pembelajaran tatap muka penuh sesuai prosedur dalam surat edaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB.
Kepala SMAN 5 Mataram Siti Nurhani mengatakan, pada hari pertama pelaksanaan simulasi PTM penuh, 94,5 persen dari total 1100 siswa masuk. Mereka berani melaksanakan simulasi PTM penuh salah satunya karena 96 persen guru dan tenaga kependidikan serta siswa telah divaksinasi.
”Memang masih ada 4 persen yang belum divaksinasi, tetapi itu ada alasan khususnya, seperti memiliki penyakit bawaan,” kata Nurhani.
Pembelajaran tatap muka terbatas dinilai kurang efektif dari segi waktu, manajemen, dan hasil sehingga pola belajar sif atau block cukup memberatkan satuan pendidikan. (Aidy Furqan)
Nurhani menjelaskan, meski sebagian besar warga sekolahnya telah divaksinasi, simulasi PTM penuh diselenggarakan dengan protokol kesehatan ketat, mulai dari kedatangan siswa hingga kegiatan belajar mengajar di kelas.
”Di pintu masuk, kami sudah menyiapkan alat khusus untuk pendeteksi suhu dan penyanitasi tangan otomatis, lalu saat masuk kelas, sudah ada guru yang menunggu untuk mengatur mereka,” ujarnya.
Nurhani menjelaskan, meski PTM penuh, sesuai aturan, lama belajar adalah enam jam pelajaran dengan masing-masing pelajaran 30 menit. Sementara normalnya 8 jam pelajaran dengan waktu masing-masing 45 menit.
”Sejauh ini tidak ada kendala. Kecuali saat pulang yang memang masih menumpuk. Kami akan carikan solusi dengan mengatur sistem kepulangan siswa,” katanya.
Saat pulang, memang terjadi penumpukan karena hanya ada satu pintu keluar. Hal itu terjadi karena banyak siswa yang tidak langsung pulang karena menunggu jemputan orangtua.
Para siswa juga antusias mengikuti pembelajaran tatap muka. Selain karena bisa berkumpul lagi dengan seluruh teman, juga karena bisa bertemu langsung dengan guru mereka.
”Pelajaran lebih masuk. Kalau ada yang tidak dimengerti, bisa langsung ditanyakan ke guru. Kalau daring, pas nanya, lama balasnya,” kata Ayu Dealova, siswa kelas X SMAN 5 Mataram.
Menurut Ayu, mereka tidak khawatir dengan penularan Covid-19. Apalagi sebagian besar warga sekolahnya sudah divaksinasi. Selain itu, penerapan protokol kesehatan juga dilakukan secara ketat di sekolahnya.
Akan tetapi, tidak semua SMA melaksanakan PTM penuh. SMAN 1 Mataram, misalnya, membatasi simulasi PTM penuh hanya untuk kelas XII saja. Sementara kelas X dan XI masih menggunakan sistem sif atau blok.
Wakil Kepala SMAN 1 Mataram Bidang Kesiswaan Mas’ud mengatakan, secara keseluruhan, vaksinasi siswa telah mencapai 96 persen untuk dosis pertama dan 95 persen untuk dosis kedua. Adapun untuk guru dan tenaga kependidikan telah 100 persen.
Meski demikian, menurut Mas’ud, sistem sif masih digunakan karena SMAN 1 Mataram berada dekat dengan sekolah-sekolah lain. Jika seluruh siswa masuk, dikhawatirkan akan terjadi penumpukan.
”Selama PTM penuh, prokes ketat tetap dijalankan. Ada satuan tugas Covid-19 yang bertugas saat siswa datang. Fasilitas-fasilitas prokes juga kami siapkan, baik di luar maupun di dalam kelas,” kata Mas’ud.