UNESCO Tetapkan Gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Gamelan resmi ditetapkan menjadi warisan budaya Indonesia ke-12 yang diakui UNESCO.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO menetapkan gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda atau Intangible Cultural Heritage. Penetapan ini menjadi langkah awal untuk mengeksplorasi pengaruh gamelan terhadap perkembangan musik dunia.
Hal ini ditetapkan pada sidang UNESCO di Paris, Perancis, Rabu (15/12/2021). Gamelan menjadi warisan budaya Indonesia ke-12 yang diakui UNESCO. Sebelumnya ada wayang, keris, batik, pendidikan membatik, angklung, tari saman, tiga genre tari Bali, noken, pinisi, pencak silat, dan pantun.
Gamelan kerap ditemui di beberapa daerah di Indonesia, antara lain Bali, Jawa, Madura, dan Lombok. Alat tradisional ini diperkirakan sudah ada di Jawa sejak 404 Masehi. Perkiraan ini berdasarkan relief yang ada di Candi Borobudur dan Prambanan.
Gamelan dimainkan untuk mengiringi pertunjukan seni, kegiatan tradisional, dan ritual keagamaan. UNESCO mencatat, gamelan sebagai salah satu sarana ekspresi budaya serta sarana membangun relasi antara manusia dan semesta. UNESCO pun mengakui gamelan yang dimainkan dalam orkestra memuat nilai saling menghormati, mengasihi, dan peduli dengan sesama manusia.
Presiden Joko Widodo dalam unggahannya di Instagram menyambut baik penetapan gamelan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) yang diakui UNESCO. Ia menyebut bahwa gamelan sudah lama jadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia yang terus dipelajari, dikembangkan, dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
”Indonesia akan terus melestarikan gamelan melalui pendidikan dan pelatihan, secara formal dan nonformal, melalui festival, pawai, pertunjukan, dan pertukaran budaya,” ucap Presiden.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim menyatakan bangga dengan penetapan WBTB dari UNESCO. Menurut dia, gamelan merupakan identitas dan kebanggaan bagi masyarakat Indonesia. Gamelan juga memengaruhi perkembangan musik Indonesia dan dunia.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, penetapan ini akan meningkatkan citra bangsa Indonesia di mata dunia. ”Ini berarti semakin dituntut untuk melestarikan warisan budaya gamelan. Ini juga menjadi tantangan kita semua untuk menunjukkan ke dunia tentang upaya Indonesia memajukan kebudayaan,” ucapnya.
Pengaruhi musik dunia
Saat dihubungi terpisah, etnomusikolog Franki Raden mengatakan bahwa gamelan tidak sekadar WBTB. Gamelan punya pengaruh besar dalam perkembangan musik di dunia, khususnya musik pada abad ke-20.
Ia menjelaskan, mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Thomas Raffles membawa gamelan ke Barat pada abad ke-19. Di sana, gamelan diteliti dan dijadikan alat ukur tangga nada instrumen yang tidak berasal dari dunia Barat. Setelahnya, teori nada non-Barat berkembang dan menjadi disiplin ilmu etnomusikologi.
Etnomusikolog Belanda, Jaap Kunst, pun menulis buku Music in Java yang disebut buku klasik musik gamelan. Buku itu memengaruhi etnomusikologi di seluruh dunia. Adapun komposer Perancis, Claude Debussy, disebut sangat terpengaruh oleh musik gamelan.
Menurut Franki, hal ini belum pernah diklaim Indonesia. Penetapan gamelan sebagai WBTB UNESCO pun dinilai sebagai langkah awal untuk mengklaim pengaruh gamelan ke perkembangan musik dunia.
”Klaim ini akan berpengaruh secara politis ataupun budaya,” katanya. ”Klaim ini dapat membuat Indonesia sebagai pusat musik gamelan, bahkan pusat world music karena ada ratusan jenis musik lain di Indonesia. Posisi kita bisa sejajar dengan Vienna sebagai pusat musik klasik dan AS sebagai pusat jazz,” ucapnya.
Budayawan Sardono W Kusumo mengatakan, gamelan juga berpengaruh ke perkembangan seni teater dunia. Hal ini berkaca dari seniman teater Antonin Artaud yang terpengaruh tarian Bali dengan iringan gamelan pada masa lalu.
Di sisi lain, ia menyayangkan bahwa sistem pendidikan gamelan masa kini tidak bertumpu ke penciptaan karya. Padahal, inti dari musik gamelan adalah penciptaan. Adapun penciptaan dan praktik jadi tulang punggung Konservatori Karawitan dan akademi gamelan pada masa lampau.
”Yang diperlukan adalah praktik dan penciptaan. Jadi, bagaimana kita mengembalikan sistem pendidikan seperti zaman konservatori dan akademi dulu,” kata Sardono.