Pembelajaran Daring di Perguruan Tinggi Berkembang dan Didukung
Dalam rangka mengapresiasi perguruan tinggi dan dosen dalam menyelenggarakan pembelajaran daring, pemerintah menggelar SPADA Award. Ada tiga kategori dalam pemberian apresiasi tersebut.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sistem pembelajaran daring Indonesia atau SPADA di perguruan tinggi mulai berkembang. Hingga saat ini ada sekitar 6.000 modul di dalam SPADA untuk saling berbagi satu dengan yang lain.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Nizam, Rabu (15/12/2021), mengungkapkan dukungan kepada perguruan tinggi dalam memberikan layanan learning management system melalui SPADA. Ia pun mengapresiasi respons perguruan tinggi terhadap SPADA sangat baik.
Ia juga berharap, adanya semangat gotong royong dapat mendorong kolaborasi di berbagai institusi. ”Semoga melalui gotong royong bersama-sama ini kita akan semakin mempercepat untuk pendidikan tinggi kita mendorong kolaborasi di berbagai institusi,” ujarnya.
Dalam rangka mengapresiasi perguruan tinggi dan dosen dalam menyelenggarakan pembelajaran daring, khususnya kepada perguruan tinggi dan dosen yang sudah terdaftar di SPADA Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi menggelar SPADA Award. Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Aris Junaidi mengatakan, rangkaian SPADA Award sudah dilakukan sejak Agustus.
Sempat satu tahun pengiriman buku gratis tiap tanggal 17. Sayang kebijakan itu tidak dilanjutkan.
Ada tiga kategori dalam Apresiasi SPADA Award, yaitu Perguruan Tinggi Terbaik dengan Dukungan Institusi terhadap Pembelajaran Daring, Perguruan Tinggi Terbaik Pelaksanaan Pembelajaran Daring, dan Learning Design Terbaik.
Dari penilaian dengan kriteria tersebut ditetapkan 10 nomine dari 580 perguruan tinggi untuk kategori Perguruan Tinggi Terbaik dengan Dukungan Institusi terhadap Pembelajaran Daring, 10 nomine dari 580 perguruan tinggi untuk kategori Perguruan Tinggi Terbaik Pelaksanaan Pembelajaran Daring, dan 20 nomine dari 2.669 mata kuliah untuk kategori Learning Design Terbaik.
Dari hasil nominasi tersebut ditetapkan 5 pemenang Perguruan Tinggi Terbaik dengan Dukungan Institusi terhadap Pembelajaran Daring, 5 pemenang Perguruan Tinggi Terbaik Pelaksanaan Pembelajaran Daring, dan 10 pemenang Learning Design Terbaik.
Pemenang program Apresiasi SPADA Award tahun 2021 untuk kategori Perguruan Tinggi Terbaik Dukungan Institusi terhadap Pembelajaran Daring adalah Universitas Indonesia, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Telkom. Kategori Perguruan Tinggi Terbaik terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Daring diraih Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Malang, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Telkom.
Adapun Learning Design Terbaik diberikan kepada Andian Ari Anggraeni (Universitas Negeri Yogyakarta), Cepi Riyana (Universitas Pendidikan Indonesia), Hartoto (Universitas Negeri Makassar), Helga Liliani Cakra Dewi (Universitas Multimedia Nusantara), I Gede Putra Kusuma Negara (Universitas Bina Nusantara), Ishaq (Universitas Muhammadiyah Makassar), Rizqi Ilyasa Aghni (Universitas Negeri Yogyakarta), Siti Raihan (Universitas Negeri Makassar), Sri Harti (Institut Seni Indonesia Surakarta), dan Tri Nopiani Damayanti (Universitas Telkom).
ASN Inspiratif
Secara terpisah, dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, Firman Hadiansyah, meraih tiga besar Aparatur Sipil Negara (ASN) Inspiratif 2021 yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Ia satu-satunya ASN yang mewakili Kemendikbudristek dalam kategori tersebut.
Dari 1.621 pengusul Anugerah ASN dari empat kategori, kategori ASN Inspiratif tahun ini paling banyak diikuti dengan jumlah 1.029 pengusul yang berlatar belakang dari berbagai kementerian.
Firman masuk tiga besar ASN Inspiratif 2021 dengan mengusung tema inovatif tentang gerakan literasi. Ia tidak hanya konsisten terlibat sebagai sukarelawan di Rumah Dunia, Motor Literasi, dan Forum Taman Bacaan Masyarakat. Ia juga sering memberikan kontribusi pemikiran bagi komunitas, Perpustakaan Nasional, dan beberapa kementerian terkait literasi.
Baru-baru ini Firman memberikan masukan tentang peta jalan pembudayaan literasi yang sedang digagas Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Pada tahun 2017, Firman diundang ke Istana oleh Presiden mewakili Forum TBM dan memberikan delapan bulir literasi yang salah satu poinnya adalah agar ada regulasi khusus untuk menggratiskan pengiriman buku dan merekomendasikan agar buku menjadi lebih merata melalui peraturan presiden.
”Sempat satu tahun pengiriman buku gratis tiap tanggal 17. Sayang kebijakan itu tidak dilanjutkan, padahal itu adalah program yang sangat mendukung peradaban ke depan sehingga buku bisa lebih merata dan mudah diakses,” ungkap Firman.
Firman menyampaikan, sebetulnya itulah salah satu alasan dirinya terlibat dalam anugerah ASN tahun ini. ”Semoga saya dapat menyuarakan kembali harapan para sukarelawan literasi di Indonesia,” katanya.