Pelatihan Teknologi Informasi Terbuka untuk 3.000 Mahasiswa
Kemendikbudristek dan Google Indonesia mengadakan Program Bangkit 2022. Program ini akan menyediakan pendidikan dan pelatihan teknologi informasi ke 3.000 mahasiswa di Indonesia.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 3.000 mahasiswa berbagai program studi di Indonesia diberi kesempatan untuk menerima pendidikan dan pelatihan gratis mengenai teknologi informasi. Mereka diharapkan menjadi talenta digital yang siap masuk ke dunia kerja.
Pendidikan dan pelatihan itu merupakan bagian dari Program Bangun Kualitas Manusia Indonesia (Bangkit) 2022. Program ini digagas oleh Google Indonesia bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sejumlah perusahaan unicorn pun terlibat, yaitu GoTo dan Traveloka.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam, Senin (6/12/2021), mengatakan, mahasiswa yang mengikuti program ini tidak hanya akan belajar teori. Mereka juga akan dibimbing sejumlah mentor, kemudian mendesain suatu proyek untuk tugas akhir.
Adapun program ini adalah bagian dari Kampus Merdeka. Pelatihan dan pendidikan berdurasi rata-rata 908 jam ini dapat dikonversi menjadi satuan kredit semester (SKS) di kampus, maksimal hingga 20 SKS.
”Pada 2020, program ini diikuti 300 peserta. Kami membuat jumlahnya 10 kali lipat lebih banyak di 2021 menjadi 3.000 orang,” ucap Nizam pada konferensi pers secara daring.
Head of Brand Marketing Google Indonesia Muriel Makarim mengatakan, Program Bangkit telah menghasilkan sedikitnya 2.500 lulusan sejak 2019. Sekitar 490 lulusan di antaranya telah mendapat pekerjaan atau tempat magang di bidang teknologi.
Program ini terbuka untuk mahasiswa dari program studi apa pun. Syaratnya, mahasiswa tersebut harus warga negara Indonesia, aktif menempuh studi D-4 atau S-1 di perguruan tinggi negeri ataupun swasta, sedang menempuh semester V, serta belum dinyatakan lulus per Juli 2022. Peserta akan diseleksi oleh tim kurasi.
Program Bangkit akan berlangsung pada bulan Februari-Juli 2022 atau 18 minggu. Peserta terpilih akan belajar tiga hal, yaitu machine learning (mesin pembelajar), mobile programming (pemrograman aplikasi untuk gawai), dan cloud computing (komputasi awan).
Program Bangkit akan berlangsung pada bulan Februari-Juli 2022 atau 18 minggu. Peserta terpilih akan belajar tiga hal, yaitu machine learning (mesin pembelajar), mobile programming (pemrograman aplikasi untuk gawai), dan cloud computing (komputasi awan).
Peserta juga akan diajarkan keterampilan lain yang dibutuhkan di dunia kerja, seperti bahasa Inggris, kemampuan berpikir kritis, manajemen waktu, komunikasi profesional, hingga personal branding. Modul pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan industri di dunia kerja.
”Studi akan berlangsung secara daring. Peserta nanti bisa merefleksikan dan mendiskusikan apa yang sudah dipelajari ke dosen atau alumni. Ada proyek akhir di pengujung program. Peserta bisa membuat bisnis baru secara berkelompok, kemudian ide bisnisnya bisa di-pitch (dipaparkan) ke mentor,” ucap Muriel.
Di Program Bangkit 2021, ada 15 kelompok yang dinyatakan memiliki ide terbaik. Kelompok terpilih diberi dukungan dana dan pendampingan dari Google Indonesia dan Kemendikbudristek. Tiap-tiap kelompok bisa memperoleh dana hingga Rp 140 juta. Proyek mereka diharapkan menjadi cikal bakal perusahaan rintisan di Indonesia.
Pendaftaran program dibuka sejak minggu lalu hingga 31 Desember 2021. Hingga kini, sudah ada sekitar 20.000 orang yang mendaftar,” kata Muriel.
Program ini dinilai penting untuk membangun talenta digital Indonesia. Pemerintah memperkirakan bahwa Indonesia membutuhkan sembilan juta talenta digital pada 2030. Artinya, Indonesia perlu mencetak 600.000 talenta digital per tahun dari sekarang.
Menurut Nizam, angka ini bakal sulit dicapai dengan cara konvensional seperti membuat program studi yang khusus menghasilkan talenta digital. Hal ini membutuhkan waktu lama. Dengan Program Bangkit, ia harap talenta digital yang siap kerja bisa dibentuk dalam waktu lebih singkat dibandingkan dengan cara konvensional.
”Kita juga bekerja sama dengan perusahaan teknologi global lain agar bisa menghasilkan ribuan talenta digital yang dibutuhkan dunia kerja. Ini agar mahasiswa dari latar belakang apa pun mempunyai kesempatan menguasai kompetensi di masa kini dan masa depan,” ujar Nizam.
”The Future of Jobs Report 2020” oleh Forum Ekonomi Dunia atau WEF menyatakan, ada 15 keterampilan paling dicari di 2025. Sebanyak dua di antaranya adalah keterampilan teknis. Pertama, menggunakan, memantau, dan mengontrol teknologi. Kedua, melakukan desain teknologi dan pemrograman.
Sebanyak 13 kemampuan lain bersifat non-teknis. Beberapa di antaranya adalah berpikir kritis dan analitis, aktif belajar, penyelesaian masalah, inovasi, kreativitas, kepemimpinan, ketahanan, penalaran, kecerdasan emosi, serta persuasi dan negosiasi.
”Inovasi teknologi yang mendefinisikan era kita saat ini dapat dimanfaatkan untuk mengeluarkan potensi manusia. Kita mempunyai sarana untuk melatih kembali atau meningkatkan keterampilan seseorang. Ini untuk melindungi pekerja dari kemelaratan dan mengarahkan mereka ke pekerjaan di mana mereka bisa berkembang,” ucap Executive Chairman WEF Klaus Schwab.