Ragam Perspektif Islam dalam Madani International Film Festival
Madani International Film Festival 2021 menampilkan 13 film dari dalam dan luar negeri. Semuanya menawarkan narasi keislaman dari berbagai sudut pandang.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Madani International Film Festival 2021 berakhir pada Sabtu (4/12/2021) malam. Ada 13 film dari dalam dan luar negeri yang ditayangkan selama festival berlangsung sejak 27 November 2021. Semua film yang ditayangkan menyuguhkan beragam perspektif keislaman.
Apa jadinya jika Anda perempuan yang suka nge-rap atau menari hiphop, tapi tinggal di kawasan yang konservatif? Keluarga adalah penganut Islam tradisional, begitu pula sebagian besar masyarakat di kota. Ada batas tegas tentang apa yang pantas buat perempuan dan yang tak pantas. Menari dan nge-rap masuk dalam daftar merah kepantasan perempuan.
Adapun lelaki gundah karena nge-rap dinilai tidak sesuai dengan ajaran agama. Di sisi lain, mereka gundah karena agamanya kerap diasosiasikan dengan aksi terorisme. Pembicaraan soal agama pun sering menimbulkan friksi. Masing-masing orang merasa pemahamannya benar.
Kelas kecil di sebuah sanggar seni kota Casablanca, Maroko, menjadi tempat aman para perempuan dan lelaki muda yang gemar hiphop. Di sana mereka bebas berlatih rap, menari, serta diskusi soal rap, politik, dan agama.
Di bawah bimbingan guru, mereka belajar membangun kepercayaan diri. Mereka juga dididik bahwa rap bukan hanya kalimat berima, melainkan juga ekspresi seni dan media kritik. Pertentangan antara agama, norma sosial, dan hiphop pada akhirnya menjadi jalan pedang yang harus dijalani.
Kisah ini dikemas menjadi film berjudul Casablanca Beats (2021), film dari Maroko, negara yang agama resminya adalah Islam. Film arahan sutradara Nabil Ayouch ini ikut dalam kompetisi untuk memenangi Palme d’Or di Festival Film Cannes. Film ini juga menjadi penutup Madani International Film Festival 2021 di Jakarta.
Masih ada 12 film lain yang ditayangkan selama Madani International Film Festival 2021 berlangsung secara hibrida, yaitu campuran daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan). Film-film tersebut menyuguhkan narasi keislaman dari berbagai sudut pandang. Festival ini diharapkan menjadi media untuk memahami Islam secara luas.
Adapun Madani International Film Festival 2021 mengusung tema ”Light: Sufism and Humor”. Tema ini dipilih karena kata light dapat berarti ”cahaya” atau ”hal yang ringan”, seperti humor. Penyelenggara berharap sufisme dapat disampaikan dengan cara yang ringan nan jenaka.
Narasi alternatif
Menurut anggota Dewan Madani International Film Festival 2021, Inayah Wahid, tujuan utama festival ini adalah menyajikan keragaman narasi keislaman. Ini bertujuan agar publik dapat memahami Islam dan dinamikanya di masyarakat secara menyeluruh. Pemahaman itu akan bermuara pada toleransi.
”Minimal kita tidak terjebak di pemikiran bahwa hanya ada satu narasi (keislaman). Akhirnya, kita tidak mengatakan bahwa narasi kita yang paling benar, sedangkan narasi orang lain salah,” kata Inayah pada penutupan Madani International Film Festival 2021 di Jakarta, Sabtu (4/12/2021).
Memahami beragam narasi keislaman dinilai penting. Dengan demikian, satu narasi keagamaan tidak dipaksakan ke masyarakat yang plural. Narasi keagamaan yang tunggal, kata Inayah, akan menafikan keberagaman di masyarakat.
Minimal kita tidak terjebak di pemikiran bahwa hanya ada satu narasi (keislaman). Akhirnya, kita tidak mengatakan bahwa narasi kita yang paling benar, sedangkan narasi orang lain salah.
Festival film ini diharapkan mampu menyediakan narasi alternatif tentang agama. Lebih jauh, festival film diharapkan menjadi ruang publik untuk berdiskusi.
Direktur Madani International Film Festival 2021 Sugar Nadia mengutarakan, festival yang berlangsung pada 27 November hingga 4 Desember 2021 ini diperkirakan menjangkau 1.400-2.000 audiens di ruang daring dan luring. Ia berharap agar festival ini menjangkau lebih banyak orang tahun depan. Kerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk pemerintah, diharapkan menguat.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengapresiasi penyelenggaraan festival film ini. Festival tersebut dinilai penting karena mengangkat banyak isu penting di masyarakat. Ia berharap bisa bekerja sama dengan penyelenggara untuk festival tahun depan.