Anak muda berusia 18-25 tahun dikumpulkan dalam ajang Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) 2021. Di KBKM, mereka dapat berinovasi dengan mengombinasikan kebudayaan dengan teknologi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Generasi muda mampu menerjemahkan kearifan lokal masyarakat menjadi pengetahuan baru yang ilmiah. Pengetahuan itu diharapkan bisa menjawab isu-isu masa kini, seperti energi terbarukan, kesehatan, dan kebudayaan.
Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Judi Wahjudin, Jumat (3/12/2021), mengatakan, sebagian anak muda memiliki minat terhadap kebudayaan. Namun, belum ada cukup wadah untuk menyalurkan minat tersebut. Padahal, minat menjadi modal pengembangan kebudayaan.
KBKM mengumpulkan anak muda berusia 18-25 tahun di Indonesia untuk berinovasi dengan mempertemukan teknologi dan kebudayaan daerah.
Menyikapi hal ini, Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan pun menggelar Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) 2021. KBKM mengumpulkan anak muda berusia 18-25 tahun di Indonesia untuk berinovasi dengan mempertemukan teknologi dan kebudayaan daerah. Adapun KBKM 2021 mengusung tema ”Inovasi Desa untuk Pemajuan Kebudayaan”.
KBKM telah berjalan selama tiga tahun terakhir. Tahun ini, KBKM diikuti 2.856 orang muda yang terbagi dalam 774 tim. Setiap tim mengajukan ide inovasi, diuji, dan disaring. Ada 21 tim yang berhasil masuk ke tahap nasional.
Tim terpilih diberi pendampingan oleh sejumlah mentor untuk mematangkan ide. Karya mereka selanjutnya dilombakan dan akan ditawarkan ke sejumlah mitra untuk direalisasikan.
”Ke depan, (karya inovasi peserta) akan ditawarkan ke mitra-mitra, entah itu dunia usaha ataupun kementerian/lembaga lain agar bisa ditindaklanjuti. Jadi, (inovasi mereka) ada wujudnya dan bisa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Judi.
Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Fitra Arda, generasi muda menguasai kemajuan teknologi dan informasi. Itu sebabnya mereka perlu dilibatkan dalam pengembangan dan pemajuan kebudayaan. Adapun memajukan kebudayaan dapat memanfaatkan kekayaan wawasan di bidang STEAM (science, technology, engineering, arts, dan mathematics).
Selain itu, pelibatan generasi muda penting karena mereka yang mendominasi jumlah penduduk saat ini. Menurut Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik, 64,69 persen penduduk Indonesia berusia di bawah 40 tahun. Dari angka itu, jumlah generasi Z dan generasi Y atau milenial mendominasi.
Adapun KBKM menjadi tempat bagi anak muda untuk menggali inspirasi dari kebudayaan. Mereka diharapkan mampu mengolah kearifan lokal nenek moyang melalui penelitian ilmiah, kemudian membaruinya menjadi informasi atau pengetahuan masa kini.
”Saat pandemi kita bicara soal daya tahan tubuh. Naskah-naskah (kuno) kita pun membahas menjaga daya tahan tubuh (melalui ramuan atau jamu). Warisan kekayaan alam dan budaya itu agar diterjemahkan secara ilmiah melalui penelitian sehingga bisa digunakan untuk mengatasi kondisi saat ini,” kata Fitra.
Salah satu inovasi anak muda pada KBKM 2021 adalah aplikasi Sirel. Aplikasi ini dikembangkan oleh sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Aplikasi itu dapat digunakan untuk memindai relief di Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Sojiwan.
Setelah memindai relief, aplikasi akan menampilkan informasi terkait relief tersebut dalam bentuk teks, audio, dan animasi grafis. Aplikasi itu juga menyediakan fitur Soal dan Evaluasi untuk menguji pengetahuan pengguna usai melihat relief. Ada juga fitur Sewa Pemandu, hasil bekerja sama dengan pemandu wisata lokal. Hingga kini, ada sepuluh pemandu wisata yang terintegrasi di aplikasi. Adapun Sirel menang sebagai juara KBKM 2021 di kategori Aplikasi.
”Sejauh ini, Sirel bisa memindai 50 relief di Candi Borobudur, tepatnya candi di lantai dua bagian barat. Aplikasi juga bisa memindai relief di Candi Siwa di Prambanan, serta semua relief di Candi Sojiwan,” kata Rachmat Krismono (23), anggota tim Sirel.
Sementara itu, Ika Adelia Tanjung (22) mengatakan, timnya membuat reed difuser atau pewangi ruangan dari kemenyan toba, tanaman endemik di Sumatera Utara. Kemenyan toba (Styrax paralleloneurum) banyak tumbuh di Desa Sipitu Huta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Kemenyan di desa itu disebut sebagai kemenyan toba berkualitas terbaik secara turun-temurun. Kemenyan toba bernama Haminjon ini berhasil menjadi juara di kategori Purwarupa.
Adapun Ferianto (21), anggota tim Enjoyneering, mengatakan, timnya membuat pembangkit listrik tenaga surya dan angin untuk Desa Cisoka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yang belum dialiri listrik. Ia menyebut bahwa sebagian besar penduduk desa punya panel surya, tetapi penggunaannya kurang optimal karena matahari rata-rata bersinar selama lima jam di desa.
”Desa itu ada di pegunungan. Saat mendung, ada angin yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Jika panel surya dikombinasikan dengan pembangkit listrik tenaga angin, penduduk bisa mengisi baterai (untuk listrik) selama 24 jam,” kata Ferianto.