Sampai Jumpa Empat Tahun Lagi Tugu Jam Thamrin...
Pemindahan Tugu Jam Thamrin bertahap mulai Senin (29/11/2021) dan akan dikembalikan saat konstruksi Stasiun MRT selesai tahun 2025.
Ada seruan lega saat kerangka baja pelindung potongan ujung atas Tugu Jam Thamrin mendarat mulus di bed tractor, bagian atas truk berbadan lebar, Selasa (30/11/2021). Proses pemindahan belum separo jalan.
”Akhirnya pengangkatan berjalan lancar. Tapi, masih ada proses pengangkutan dari perempatan Kebon Sirih ke Monas,” kata ahli arkeologi Junus Satrio Atmodjo di lokasi jam berada di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat.
Junus bagian dari tim ahli arkeologi yang menjadi mitra PT MRT Jakarta (Perseroda) dalam pembangunan MRT koridor utara-selatan fase 2A. Terbentang dari Bundaran HI di sisi selatan menuju Kota di sisi utara sejauh 5,8 km, fase itu terdiri atas sejumlah paket kontrak (CP).
Ini pemindahan tahap pertama. Targetnya, pemindahan keseluruhan selesai pertengahan Desember 2021 (Silvia Halim).
Dalam Forum Jurnalis MRT Jakarta, Juli 2020, Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar sudah menjelaskan, salah satu tantangan dalam pembangunan fase 2A adalah koridor mengarah ke kawasan Kota Tua Jakarta. Artinya, pembangunan akan bertemu bangunan/struktur atau kawasan cagar budaya, termasuk kemungkinan benda-benda cagar budaya saat penggalian. Peran dan keahlian ahli arkeologi pun diperlukan.
Baca Juga: Terimbas Proyek MRT, Tugu Jam Thamrin Direlokasi Sementara
Salah satu paket kontrak dalam fase 2A adalah CP 201 (Bundaran HI-Harmoni). Di rute itu bukan hanya ada Monas yang adalah kawasan cagar budaya, tetapi juga ada Tugu Jam Thamrin atau Menara Jam Thamrin.
”Ini yang saya apresiasi dari MRT Jakarta. Dia membangun, tetapi juga memperhatikan aspek pelestarian cagar budaya. Salah satunya Tugu Jam Thamrin ini,” kata Junus.
Baca Juga: Rute Fase 2a Bakal Lewati Kawasan Cagar Budaya, MRT Bentuk Tim Khusus
Sebagai obyek diduga cagar budaya (ODCG) berbentuk struktur, tidak ada data atau catatan resmi tugu jam atau menara jam itu. ”Kapan dia dibangun, bagaimana dibangun, tidak ada data,” ujarnya.
Dari foto lama tahun 1969, di sekitar perempatan Kebon Sirih saat ini, dulunya taman dengan pertigaan. Tugu jam itu ada di taman itu. Dari sebuah foto lama Sarinah, tugu jam itu juga terlihat. ”Sekira 50 tahunan umur tugu itu dan merupakan menara jam pertama yang dibangun Pemerintah DKI Jakarta,” jelas Junus.
Dengan konstruksi fase 2A di bawah tanah, upaya pemindahan dilakukan menerapkan cara-cara perlakuan, seperti terhadap cagar budaya. Pemindahan tugu jam terbagi dalam tiga bagian.
”Kenapa harus dipindahkan, karena terletak tepat di atas struktur dari Stasiun Thamrin. Saat membangun stasiun, kita harus menggali, kita pindahkan dulu,” jelas Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda) Silvia Halim.
Dari webinar MRT Jakarta tentang Tugu Jam Thamrin pada 5 November 2020, diketahui menara atau tugu jam itu tepat 3 meter di atas atap terowongan MRT. Sementara, fondasi tugu jam itu sedalam 6–8 meter untuk menopang tugu setinggi 15 meter. Melihat desain, pondasi itu tepat masuk ke bagian terowongan.
Baca Juga: Mesin Bor Tiba, Terowongan Fase 2A MRT Jakarta Siap Dikerjakan 17 Bulan
Pembahasan pemindahan itu berlangsung lama, setahun lebih mulai dari wacana hingga metode pemindahan. Pemindahan sementara tugu jam akhirnya jadi pilihan teraman.
Penanda kota
Dalam usia setengah abad, tugu jam itu diketahui dalam kondisi relatif baik. Sejak berdiri sekitar tahun 60-an, tugu jam itu tak banyak mendapat efek getaran. Pada saat taman dihilangkan, diubah jadi Jalan Thamrin, tugu jam yang semula jauh dari kendaraan menjadi lebih dekat dan menerima getaran intens.
Silvia menambahkan, pemindahan menghadapi tantangan karena bobot struktur. Total bobotnya mencapai 42,49 ton.
Demi keamanan, pemindahan dilakukan bertahap. Tahap pertama adalah bagian puncak, mulai bagian dudukan jam hingga sedikit di bagian struktur. Tahap kedua, struktur bagian tengah atau badan dan kanopi, sedangkan tahap ketiga bagian kaki hingga fondasi.
Senin (29/11/2021) malam itu, pemindahan tahap pertama berlangsung. Tepat pukul 22.00, mobil derek (crane) datang dari arah Monas, kemudian ditempatkan di sisi tugu yang dekat ke arah gedung Mandiri.
Baca Juga: Menguak Takdir Misteri Relief Orde Lama di Gedung Sarinah
Puluhan petugas dari kontraktor MRT Jakarta langsung sigap bertugas. Ada yang mengatur lalu lintas, ada yang bekerja di kerangka baja bagian atas menyiapkan pemindahan, juga ada yang berjaga-jaga. Mobil ambulans pun terlihat siaga di ujung Jalan Kebon Sirih.
Tak lama, satu trailer yang membawa balok besi berbobot belasan ton datang dan dipasang sebagai pemberat derek. Tujuannya, saat derek mengangkat bagian atas tugu yang sudah diikat dengan kerangka baja, tidak ikut goyah. Itu karena bagian atas tugu jam yang dipindahkan dan diikat kerangka baja itu begitu berat.
Baca juga: Penunjukan Langsung Kontraktor Pembangunan Fase 2a MRT Segera Diwujudkan
Begitu derek tiba, pekerja-pekerja yang sudah bersiaga di pijakan kerangka besi paling atas memasang besi pengumban (sling) untuk pengangkatan. Tak lama, para pekerja terlihat melepas baut-baut yang mengunci kerangka besi itu.
Tahapan persiapan pengangkatan itu terasa begitu lama. Suara-suara rantai ditarik, diulur, jelas terdengar. Suasana kian sibuk saat satu truk berbadan rendah dan lebar atau low bed tractor trailer tiba dan ditempatkan di sisi selatan tugu.
Persiapan pengangkatan itu terasa tenang hingga salah satu dari tim arkeologi yang memantau di ujung trotoar depan Wisma Mandiri berteriak, ”Sudah mulai diangkat.” Sontak mata memandang ke atas, melihat derek yang pelan dan hati-hati memindahkan kerangka baja bersama bagian atas tugu jam.
Napas tertahan saat melihat kerangka baja dengan begitu pelan turun ke atas trailer hingga mendarat sempurna. Kembali kesibukan bagian dari proses persiapan pengangkutan menuju lokasi sementara, di kawasan Monas, terjadi.
Menengok ke penanda waktu, proses pengangkatan dimulai pukul 23.54 dan kerangka besi sempurna ada di atas trailer pukul 00.10. ”Pemindahan hati-hati supaya tidak goyang dan membuat struktur goyah. Pengangkatan dan pemindahan harus severtikal mungkin agar tidak ada kerusakan,” kata Junus.
Ada beragam makna kota, selain kota berkelanjutan, yakni kota indah yang ditopang seni, arsitektur, dan percikan imajinasi. Tentu saja erat kaitannya dengan sejarah.
Pengangkutan dari Simpang Kebon Sirih menuju Monas tetap harus hati-hati. Begitu persiapan pengangkutan selesai, trailer dijalankan dengan amat pelan, sehingga petugas yang berjalan kaki, berjaga di kanan dan kiri dan belakang trailer, serta mengatur lalu lintas, bisa mengimbangi laju trailer.
Dua pekan terakhir, manakala melewati tugu jam itu, di sekelilingnya sudah dipasang jaring-jaring mengelilingi kerangka baja. Keempat muka jam dilepas dan disimpan untuk dijaga dan dirawat. Sementara, tugu sudah dipotong tiga bagian, ditopang dan diikat dengan kerangka baja sehingga tak akan goyah.
Baca Juga: Polemik Grafiti hingga Ruang Publik yang Terkunci
Selasa dini hari, pucuk tugu jam tiba di Monas, di lokasi sementara. Mendekati pukul 03.00, puncak tugu jam sudah duduk sempurna di lokasi sementara di dekat Visitor Center di Monas.
”Ini pemindahan tahap pertama. Targetnya, pemindahan keseluruhan selesai pertengahan Desember 2021,” kata Silvia. Perawatan mekanikal jam dilakukan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, supaya tetap berfungsi. Sementara, struktur jam akan dirawat kontraktor.
Arti tugu jam itu sendiri sebagai penanda dan keindahan kota. Seperti ujaran arsitek Italia-Inggris, Richard Rogers, ada beragam makna kota, selain kota berkelanjutan, yakni kota indah yang ditopang seni, arsitektur, dan percikan imajinasi. Tentu saja erat kaitannya dengan sejarah.
Baca Juga: Ahli Arkeologi Teliti Tinggalan Cagar Budaya di Jalur MRT
Sesuai permintaan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) DKI, begitu konstruksi Stasiun Thamrin selesai tahun 2025, tugu jam harus dikembalikan lagi ke tempat semula. Rencana MRT, saat membangun Stasiun Thamrin khususnya di bagian atap, struktur tugu jam akan diperkuat sebagai fondasi tugu jam ini.
Tarikan napas lega Selasa dini hari lalu adalah awal dari empat tahun ke depan, demi mewujudkan kota masa depan tanpa meninggalkan masa lalu yang indah. Sampai jumpa lagi di perempatan Kebon Sirih tahun 2025.
Baca juga : Menolak Terhanyut dalam Pemeringkatan Kota-kota Dunia