Magang Kampus Merdeka Diminati, tetapi Pencairan Uang Saku Masih Terkendala
Pemerintah mengakui, program Magang dan Studi Independen Bersertifikat tahun 2021 masih terdapat beberapa kendala yang terjadi. Kemendikbudristek berjanji untuk terus melakukan improvisasi MSIB di tahun 2022.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat yang merupakan salah satu program Kampus Merdeka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi masih mengalami sejumlah kendala. Keluhan soal pencairan uang saku hingga kebingungan soal pembiayaan yang ditanggung dalam program ini mencuat di kalangan peserta hingga Selasa (30/11/2021).
Pencairan uang saku peserta Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) yang tidak mulus tiap bulannya terus diutarakan lewat media sosial, seperti Twitter dengan akun Aspirasi Mahasiswa Magang Kampus Merdeka Angkatan 1. Mahasiswa membuat petisi Tolong Realisasikan Uang Saku Peserta MSIB Kampus Merdeka Angkatan 1 yang sudah ditandatangani 10.195 orang di change.org.
Sebelumnya, salah satu peserta Studi Independen di Taman Nasional Manusela, Maluku Tengah, Hendri F Sibarani, yang juga mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno Jakarta, menyampaikan kebingungan mahasiswa peserta Studi Independen terkait pembiayaan akomodasi dan transportasi selama menjalankan proyek studi independen ecotourism. Awalnya, ada ketidakjelasan siapa yang membiayai, sehingga mahasiswa sempat mengeluarkan biaya sendiri, padahal tidak semua mahasiswa memiliki dana. Setelah diperjelas, kemudian mitra Kemendikbudristek di Taman Nasional Manusela meminta peserta mereimburse pengeluaran peserta.
Menurut Hendri, ada 100 mahasiswa studi independen angkatan I yang tersebar di beberapa tempat strategis, seperti Gorontalo, Sumatera Utara (Danau Toba), Maluku Tengah (Taman Nasional Manusela), Maluku Utara (Taman Nasional Aketajawe Lolobata), dan Nusa Tenggara Timur (Alor).
Di sekitar Taman Nasional Manusela, beberapa tim peserta ditempatkan di lokasi seperti di Manusela Selatan di Desa Piliana dan Yaputih, Kecamatan Tehoru. Terdapat juga penempatan di Manusela Utara, Desa Saleman, Kecamatan Seram Utara Barat; dan Desa Sawai, Kecamatan Seram Utara. Peserta mendapat pendampingan dari mentor daring dan lapangan mitra AMATI Indonesia bersama Kemendikbudristek.
Janji perbaikan
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim pada acara sosialisasi MSIB secara daring, pekan lalu, mengatakan, untuk program MSIB tahun 2021, diakui masih terdapat beberapa kendala yang terjadi. Kemendikbudristek berjanji untuk terus melakukan improvisasi MSIB di tahun 2022.
”Kendala yang sering dijumpai pada tahap ini seperti insidensi keterlambatan pencairan uang saku serta kendala perizinan yang tidak diberikan oleh pihak perguruan tinggi kepada mahasiswa yang telah dinyatakan lolos untuk mengikuti program MSIB,” ujar Nadiem.
Nadiem mengatakan, program MSIB ini dapat menjadi peluang yang baik bagi perguruan tinggi ataupun bagi perusahaan, ataupun organisasi yang tergabung menjadi mitra dalam program MSIB. ”Ini adalah win-win solution untuk melahirkan talenta terbaik. Saat ini, kita memasuki suatu periode yang begitu dramatis sebenarnya. Untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia, semua perusahaan Indonesia bisa menjadi mini universitas selama enam bulan dengan full akreditasi 20 SKS dan juga bantuan anggaran dari pemerintah,” tutur Nadiem.
Ini adalah win-win solution untuk melahirkan talenta terbaik. Saat ini, kita memasuki suatu periode yang begitu dramatis sebenarnya. Untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia, semua perusahaan Indonesia bisa menjadi mini universitas selama enam bulan dengan full akreditasi 20 SKS dan juga bantuan anggaran dari pemerintah.
Nadiem mengatakan, beberapa perguruan tinggi belum memberikan izin kepada mahasiswa untuk berpartisipasi. ”Kami akan memberikan bimbingan bahkan sanksi kepada perguruan tinggi yang melarang mahasiswanya yang sudah diterima dalam program MSIB ini,” kata Nadiem.
Tercatat lebih dari 13.000 mahasiswa dari 1.300 perguruan tinggi mengikuti program MSIB tahap I. Pada tahap ini, 110 mitra magang dan 33 mitra MSIB yang mencakup total 1.898 proyek yang dijalankan memperoleh pendampingan dari kurang lebih 3.000 mentor profesional yang berdedikasi.
Pada pelaksanaan MSIB tahap II, ada 12.209 mahasiswa aktif berkegiatan di perusahaan. Jumlah tersebut merupakan hasil seleksi dari 104.370 mahasiswa yang mendaftar. Kemudian, sebanyak 121 mitra lolos dengan rancangan program magang dan studi independen berkualitas tinggi dari 400 lebih perusahaan yang mengumpulkan proposal.
Sementara itu, 3.000 lebih mentor aktif membimbing mahasiswa di perusahaan dari 7.000 lebih mentor perusahaan yang mendaftar. Kemudian terdapat 842 perguruan tinggi aktif mengirim mahasiswa untuk berkegiatan di perusahaan mitra dari 1.343 perguruan tinggi dengan mahasiswa yang mendaftar kepada lowongan yang dibuka mitra.
Paling diminati
Secara terpisah, Sekretaris Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Paristiyanti Nurwardani mengatakan, program MSIB paling diminati mahasiswa. Program MSIB yang baru ini tetap menjadi pilihan utama mahasiswa untuk program tahapan 2022 walaupun masih ada sedikit masalah.
Selama melaksanakan program MSIB, terdapat silabus kerja sama perguruan tinggi dengan dunia usaha dan industri yang telah disepakati. Proses belajar diselenggarakan untuk mencapai capaian program lulusan (CPL) yang dikonversi 20 SKS.
Menurut Paristiyanti, selama melaksanakan kegiatan, transportasi dan akomodasi—yang termasuk dalam komponen biaya hidup—ditanggung oleh kementerian yang bekerja sama dengan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP).
Mentor yang mendampingi mahasiswa ditanggung juga oleh dana dari kerja sama Kemendikbudristek dengan LPDP. Pada pencairan bulan 1, sekitar 11.000 komponen biaya hidup lancar.
Sebanyak 700-an mahasiswa dan mentor datanya tidak valid, misalnya nomor rekening bank, nomor induk kependudukan, nama ibu kandung, hingga izin dari perguruan tinggi . ”Hal tersebut menyebabkan keterlambatan transfer dana dari LPDP,” kata Paristiyanti.
Tahapan bagi perusahaan atau organisasi yang ingin menjadi mitra dalam program MSIB ini ada enam, yakni menetapkan mahasiswa yang terlibat dan kualifikasi, pra magang, orientasi, kerangka proyek, bimbingan belajar, serta bimbingan pengawasan. Untuk itu, melalui sosialisasi program MSIB, Kemendikbudristek ingin meluaskan jejaring kemitraan antara perguruan tinggi dan industri-industri yang membuka peluang bagi mahasiswa untuk melakukan magang ataupun studi independen bersertifikat.
Millen Halim, mahasiswa Teknik Kimia dari Universitas Sumatera Utara (USU), telah diterima magang di salah satu perusahaan mitra dari Kampus Merdeka, yakni Unilever Oleochemical Indonesia (UOI). Dirinya harus bersaing dengan ribuan peserta lain yang juga mendaftar program ini. Akan tetapi, kondisi tersebut tidak mematahkan semangatnya untuk berusaha melewati setiap tahapan seleksi hingga akhirnya diterima. Ia berharap melalui program magang ini dapat membantu mengembangkan dirinya untuk bisa berguna di masyarakat.
”Saya sangat berharap mampu mengembangkan ini dan mampu memberikan hasil bagi masyarakat,” kata Millen.