Banyak Siswa SMA di Daerah 3T Tak Lancar Membaca dan Berhitung
Banyak siswa SMA di daerah 3T di NTT belum bisa membaca dan berhitung dengan lancar. Hal ini sebagai akibat dari minimnya ketersediaan guru dan fasilitas pendidikan di sana.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Layanan pendidikan di sejumlah daerah tertinggal, terdepan, dan terluar atau 3T di Nusa Tenggara Timur masih jauh dari standar minimum. Ketersediaan fasilitas serta tenaga pengajar menjadi masalah utama. Kondisi ini menyebabkan kualitas lulusan di daerah itu sangat rendah.
Menurut informasi yang dihimpun Kompas hingga Selasa (30/11/2021), banyak siswa yang duduk di bangku sekolah menengah atas, belum bisa menguasai kemampuan dasar seperti membaca dan berhitung dengan lancar. Akibatnya, mereka sangat kesulitan mengikuti pembelajaran di kelas.
”Saya coba tulis angka ribuan terus minta mereka baca, tapi tidak bisa. Juga membaca kalimat panjang masih susah. Ini sangat fatal sekali,” kata Donatus Bria Seran, Kepala SMA Negeri Bolan, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka.
Saya coba tulis angka ribuan terus minta mereka baca, tapi tidak bisa. Juga membaca kalimat panjang masih susah. Ini sangat fatal sekali.
Sekolah tersebut berada di tepian Laut Timor, salah satu daerah terluar di Indonesia yang berbatasan dengan Australia dan Timor Leste. Siswa di sekolah itu berasal dari desa-desa sekitar dan juga dari desa terpencil lainnya di Malaka. Daerah itu masuk kategori 3T.
Menurut Donatus, ada yang salah dengan metode pembelajaran di jenjang pendidikan sebelumnya. Untuk urusan membaca, menulis, dan berhitung, itu sudah harus tuntas sejak seorang anak di kelas bawah sekolah dasar. ”Pertanyaannya, mengapa siswa ini naik kelas dan lulus ke jenjang berikutnya? Kompetensi dan profesionalisme guru sangat menentukan,” ujarnya.
Untuk menyelamatkan siswa ini, di SMA Negeri Bolan, Donatus membuka kelas khusus bagi mereka. Kelas dimaksud untuk mengulang kembali pelajaran di sekolah dasar. Dengan begitu, pada saat mengikuti materi sekolah menengah atas, mereka bisa terbantu memahami pelajaran yang tingkat kerumitannya semakin tinggi.
Kondisi yang sama juga disampaikan Simon Seffi, guru SMA Negeri 2 Fatuleu Barat. Ia menuturkan, banyak siswa tidak memahami materi pelajaran matematika yang dia ajarkan lantaran tak bisa membaca. Ia kemudian melakukan survei ke beberapa sekolah dasar dan hasilnya sangat mencengangkan.
Lebih dari 50 persen siswa memiliki kemampuan membaca pada ketegori sangat rendah. ”Bahkan, mengeja suku kata pun sangat kesulitan. Ketahuan bahwa dasar mereka tidak kuat. Mereka belum tuntas baca tulis di tingkat sekolah dasar,” tuturnya.
Simon kemudian mendirikan taman baca untuk membantu anak-anak di pedalaman itu. Setelah pulang mengajar di sekolah, ia mengajar dengan metode bermain. Untuk memudahkan siswa agar bisa membaca, mereka terlebih dahulu menyanyikan abjad dari A hingga Z. Abjad digunting dari kertas berwarna agar menarik.
Menurut Simon, peran guru sangat menentukan kualitas lulusan. Banyak guru yang bertugas di daerah 3T, terutama yang berstatus aparatur sipil negara (ASN), lebih sering meninggalkan tempat tugas. Mereka memilih tinggal di kota, dan sesekali datang menengok anak didik mereka.
Ada guru yang bahkan tidak pernah bertugas sejak penempatan oleh pihak dinas. Kondisi ini diperparah dengan lemahnya kontrol dari pemerintah. ”Makanya, para guru ini tidak berani membuat anak didik mereka tahan kelas atau tidak lulus. Pasti akan berhadapan dengan orang tua,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi juga mengakui rendahnya kualitas lulusan di daerah 3T. Menurut dia, banyak sekolah di sana belum memanuhi standar minimun pendidikan. Secara perlahan, pemerintah membantu sekolah di sana agar menghasilkan lulusan berkualitas.
Satu hal yang biasa dilakukan Linus adalah mendatangi SMA dan SMK di daerah 3T sekali dalam sepekan. ”Saya melakukan kunjungan dadakan untuk melihat kondisi sekolah yang sesungguhnya. Masukan dari pihak sekolah ditampung kemudian kami tindaklanjuti seperti penambahan guru dan pembangunan fasilitas sekolah,” ucap Linus.