Universitas Airlangga Kukuhkan Doktor Kehormatan Ignasius Jonan
Universitas Airlangga menganugerahkan doktor kehormatan kepada Ignasius Jonan atas capaian dan keberhasilan memimpin PT KAI, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian ESDM. Jonan disebut pemimpin tangguh dan berani.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Universitas Airlangga Surabaya mengukuhkan gelar doktor kehormatan kepada Ignasius Jonan yang pernah menjabat menteri perhubungan dan juga menteri energi dan sumber daya mineral, Selasa (23/11/2021). Penganugerahan itu mempertimbangkan kepemimpinan, kemampuan manajerial, dan berbagai prestasi Jonan saat memimpin PT Kereta Api Indonesia, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian ESDM.
Jonan saat ini menjabat anggota Majelis Wali Amanat Unair, Ketua Umum Yayasan Widya Mandala Surabaya, dan Komisaris Utama PT Anabatic Technologies Tbk. Jonan, yang juga alumnus Jurusan Akuntansi Unair, awalnya dikenal karena keberhasilan memimpin PT Kereta Api Indonesia. Dari sana karier politiknya melesat sehingga dipercaya menjabat menteri dalam kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Jonan juga pernah menjabat Direktur Utama Bahana Pembinaan Usaha Indonesia dan Citibank.
Rektor Unair Mohammad Nasih mengatakan, penganugerahan doktor kehormatan itu telah mempertimbangkan kepemimpinan, kemampuan manajerial, dan berbagai prestasi Jonan yang dianggap luar biasa saat memimpin KAI, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian ESDM. Kampus kemudian membentuk tim adhoc termasuk menunjuk promotor, yakni Prof Bambang Tjahjadi dan co-promotor Prof Badri Munir Sukoco, yang merupakan direktur Sekolah Pascasarjana Unair. ”Rekam jejak beliau baik dan luar biasa,” ujar Nasih.
Selaku promotor, Bambang mengatakan, pengusulan doktor kehormatan kepada Jonan telah sesuai Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan Peraturan Rektor Unair. Jonan dianggap layak menerima doktor kehormatan karena sejumlah capaian dan berdampak positif terhadap perjalanan bangsa. Misalnya, memodernkan perkeretaapian nasional (Dirut KAI dan Menhub), peningkatan rasio elektrifikasi, BBM 1 harga, kebijakan B20, pengambilalihan 51 persen saham Freeport Indonesia, dan inisiasi kendaraan listrik (menteri ESDM).
Saat menjabat menhub pada 2016, Jonan juga dianugerahi lencana bintang jasa Chevalier de la Legion d’Honneur dari Presiden Perancis Francois Hollande. Anugerah ini bintang jasa tinggi negara Perancis yang diciptaka Napoleon Bonaparte pada 1802 sebagai penghormatan jasa-jasa pekerja sipil dan militer yang mengabdikan diri bagi kemajuan kehidupan masyarakat dunia.
Dalam orasi kehormatan berjudul ”Peran Kepemimpinan Transformasional dalam Mewujudkan Good Corporate Governance di BUMN”, Jonan menekankan, keberhasilan suatu kepemimpinan bukan semata terkait popularitas, melainkan lebih mengacu pada hasil. ”Strategi penting, tetapi eksekusi adalah segalanya,” kata Jonan, alumnus Pascasarjana Universitas Tufts, Massachusetts, AS.
Mengutip sejumlah pakar dunia, lanjut Jonan, kepemimpinan harus mampu menciptakan prioritas dan mendapat dukungan luas. Selain itu, mesti menciptakan dan mengomunikasikan visi, mendelegasikan kewenangan, memenuhi target, hingga memberi contoh. Kepemimpinan bukan sekadar kreatif, melainkan juga inovatif, serta berorientasi kepada konsumen. Dalam transformasi digital, bukan teknologi yang didahulukan, melainkan menangani kultur organisasi sehingga perubahan berjalan dengan baik.
”Saat ini, good governance tidak cukup, tetapi ESG atau harus memperhatikan aspek environmental (lingkungan), social (sosial), dan governance (organisasi),” kata Jonan.
Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan mantan Menteri ESDM Arcandra Tahar saat diberi kepercayaan memberikan testimoni mengatakan, Jonan merupakan sosok yang komplet. Ketika Jonan menjabat menteri ESDM, Arcandra adalah wakil menteri ESDM. Jonan termasuk tipe langka karena bukan sekadar memahami persoalan, tetapi juga mau mengeksekusi dan punya keberanian mewujudkan kebijakan meski berkebalikan dengan atasan atau presiden.
”Ada suatu masa dari atasan adalah opsi atau perintah. Jika merupakan opsi, bisakah dimaksimalkan menjadi kebijakan meski bertentangan dengan atasan?” kata Arcandra.
Mantan Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri juga memuji Jonan sebagai tipe man of action atau berani bertindak. ”Kalau sekadar berpikir, bisa bayar, banyak konsultan. Namun, untuk mengeksekusi kebijakan, perlu sosok yang luar biasa tangguh dan itulah Pak Jonan,” ujarnya.
Pujian senada juga diutarakan Inspektur Jenderal Kementerian ESDM Akmad Syakhroza; mantan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo; mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur, dan Rektor Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kuncoro Foe yang turut memberikan pidato testimoni.