Nadiem Makarim: Pendidikan Vokasi Bukan Sekolah Pilihan Kedua
Pendidikan vokasi menyiapkan lulusan pendidikan menengah dan tinggi yang siap terjun langsung ke dunia kerja, ahli dalam pengetahuan, keterampilan praktis, dan memiliki karakter tangguh.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah dan dunia industri terus mendorong pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia agar semakin berdaya saing, menjadi pilihan publik, sekaligus menjadi landasan pengembangan industri Tanah Air. Untuk itu, pengembangan kualitas pendidikan vokasi di jenjang sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi harus menjadi fokus dengan menguatkan kemitraan atau link and match antara pendidikan vokasi dan dunia industri.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, apabila pendidikan vokasi masih dianggap sebagai sekolah pilihan kedua, dirinya berani maju untuk menyatakan bahwa anggapan tersebut tidak benar. Kini, banyak inovasi bermanfaat dari pendidikan vokasi untuk menguatkan Indonesia.
Selain itu, pendidikan vokasi juga membantu penyiapan lulusan pendidikan menengah dan tinggi yang siap terjun langsung ke dunia kerja, ahli dalam pengetahuan, keterampilan praktis, dan memiliki karakter tangguh untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Menurut Nadiem, lewat kebijakan Merdeka Belajar episode kedelapan: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pusat Keunggulan, peningkatan kualitas SMK ditingkatkan agar siswa mendapatkan pelajaran relevan dan membantu SMK lain meningkatkan kualitasnya hingga berkelas dunia.
”Skema kolaborasi link and match juga didorong, tidak boleh lagi ada MoU atau nota kesepahaman yang di atas kertas saja. Harus jelas siapa mengajar dan seberapa besar partisipasi industri. Link and match yang dalam ini menjadi peluang bagi industri memimpin kurikulum dan proses pelajaran yang relevan dengan perkembangan,” kata Nadiem dalam webinar bertajuk ”Keren Itu Vokasi” dalam rangkaian 83 Tahun Sinar Mas Bersama untuk Indonesia, Kamis (18/11/2021).
Franky O Widjaja, Board Member of Sinar Mas, menyambut baik komitmen pemerintah untuk menguatkan pendidikan vokasi, salah satunya lewat SMK Pusat Keunggulan. Fokus peningkatan pendidikan vokasi yang berkualitas sudah tepat untuk menyiapkan generasi emas 2045.
”Namun, komitmen untuk menguatkan pendidikan vokasi ini harus dalam jangka panjang supaya dampaknya terus bergulir untuk menyiapkan SDM yang dapat mendukung kebutuhan dunia kerja dan industri,” kata Franky.
Sinar Mas Board Member Fuganto Widjaja mengatakan, SMK atau pendidikan vokasi harus memahami kebutuhan dunia kerja/industri terkini dan siap menjadi sekolah dinamis. Salah satunya dengan perkembangan internet, tenaga marketing yang menguasai digital marketing dibutuhkan.
Generasi milenial dan generasi Z yang paham media sosial berpotensi untuk memanfaatkan potensi ekonomi yang besar di internet. Pemasaran atau iklan tidak lagi mengandalkan televisi/media massa konvensional, tetapi dinamis, salah satunya media sosial.
”Saya bertugas di bidang energi dan pertambangan, menyerap lulusan dari SMK, terutama untuk tenaga digital. Ada software developer, digital marketing, website. Meskipun lulusan SMK, peran kerjanya serius. Dengan menyediakan lulusan SMK yang berkualitas dan mampu beradaptasi dengan perkembangan terkini di industri, lulusan SMK sangat membantu pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dari industri,” kata Fuganto.
Menurut Fuganto, lulusan SMK atau pendidikan vokasi tidak bisa lagi menunggu lulus baru beradaptasi dengan dunia kerja. Sebab, banyak hal yang dipelajari cepat berubah dalam waktu cepat. Kerja sama SMK dan industri membuat ada koordinasi langsung. Apa yang diperlukan perusahaan jadi pelajaran dan pelatihan pada peserta didik. ”Kita yakin cara ini jadi tren yang bagus untuk meningkatkan kualitas lulusan pendidikan vokasi,” jelas Fuganto.
Praktisi vokasi yang juga Program Director Djarum Foundation, Primadi Serad, berpendapat, peningkatan kualitas SMK juga membutuhkan ekosistem yang mendukung, salah satunya input SMK juga diharapkan berkualitas.
”Sebab, pendidikan di SMK bukan hanya tentang pelatihan dan keterampilan. Dunia berubah cepat dan kompleks, butuh kemampuan berpikir kritis, komputasi dan berkomunikasi, berkolaborasi, menjadi pembelajar mandiri, karena apa yang dipelajari sekarang belum tentu relevan sehingga harus selalu mau belajar yang baru. Kemampuan ini sudah harus diperkuat dari pendidikan anak usia dini hingga SMP sehingga di SMK sudah baik,” papar Primadi.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka yang juga Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Surakarta mengatakan, kualitas SDM dari lulusan vokasi penting untuk daerah. Apalagi jika investasi di daerah semakin meningkat, kebutuhan tenaga kerja siap pakai yang berkualitas dibutuhkan.
”Pemda tentu mendukung kolaborasi dunia usaha dan pendidikan untuk menghasilkan SDM vokasi berkualitas,” kata Gibran.
Managing Director Sinar Mas Saleh menyebutkan, pendidikan vokasi dengan keragaman kompetensi yang ditawarkan akan mempertajam potensi dan minat peserta didik untuk bekal keberhasilan di masa depan. ”Pemerintah mengusahakan semakin kuat terhubung vokasi-industri,” kata Saleh.