Pendidikan Lingkungan Segera Masuk dalam Muatan Lokal di Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, menargetkan tahun depan pendidikan lingkungan, khususnya pengelolaan gambut dan mangrove, segera diterapkan. Pendidikan lingkungan perlu dilakukan sejak dini.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·5 menit baca
KUBU RAYA, KOMPAS — Upaya perlindungan lingkungan, khususnya gambut, perlu ditanamkan sejak dini. Untuk itu, pemangku kebijakan di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, tengah menyusun kurikulum pendidikan lingkungan masuk sebagai muatan lokal yang ditargetkan mulai diterapkan tahun depan.
Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan seusai membuka lokakarya Peningkatan Kapasitas dan Pengarusutamaan Kurikulum Pendidikan Lingkungan (Gambut) sebagai Muatan Lokal di Kabupaten Kubu Raya, Senin (8/11/2021), mengatakan, aspek ekologis perlu dilihat dengan komprehensif. Oleh sebab itulah pendidikan lingkungan, khususnya gambut, sangat penting dimasukkan ke dalam muatan lokal.
Generasi muda hendaknya mengenal dan memahami dengan benar terkait lingkungan. Ketika sudah menjadi muatan lokal, peserta didik didorong memahami pentingnya lingkungan, khususnya pengelolaan gambut menjadi kebutuhan masa depan.
”Setidaknya dengan muatan lokal berisi literasi tata ruang bagi siswa. Misalnya di sekitar siswa ada peluang ekowisata atau ada hal yang harus diperbaiki. Bagaimana siswa melihat hal itu,” ujar Muda.
Penelitian terkait lingkungan dan gambut banyak dilakukan. Namun, belum tentu kaum muda atau siswa mengakses hal itu. Dengan masuknya pendidikan lingkungan dalam muatan lokal, mereka meningkatkan literasi terkait gambut dan lingkungan.
Muatan lokal tersebut diharapkan dilaksanakan di semua jenjang. Materinya bisa disesuaikan di setiap jenjang sekolah. Di jenjang taman kanak-kanak, misalnya, materi bisa menggunakan cerita terkait lingkungan.
”Pemerintah Kabupaten Kubu Raya menargetkan muatan lokal dilaksanakan tahun 2022. Nanti akan dikeluarkan peraturan bupati. Muatan lokal ini juga diharapkan mencegah agar tidak terjadi bencana ekologis ke depan,” papar Muda.
Setidaknya dengan muatan lokal berisi literasi tata ruang bagi siswa. Misalnya di sekitar siswa ada peluang ekowisata atau ada hal yang harus diperbaiki. Bagaimana siswa melihat hal itu. (Muda Mahendrawan)
Lokakarya tersebut dilaksanakan World Agroforestry (ICRAF) Indonesia bekerja sama, antara lain, dengan Pemkab Kubu Raya serta Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). ICRAF merupakan lembaga yang fokus pada penelitian agroforesti, pertanian, dan ketahanan pangan.
Koordinator ICRAF Indonesia Kalbar Happy Hendrawan menjelaskan, ICRAF merupakan lembaga penelitian. Dari sejumlah penelitian ICRAF, pihaknya melihat ada kesenjangan antara produsen informasi dan konsumen informasi, dalam hal ini generasi muda. Di ICRAF sendiri terdapat program edukasi generasi muda dalam bentuk muatan lokal.
”Antara keinginan Pemkab Kubu Raya dan yang ada di ICRAF tersebut nyambung,” kata Happy.
Hal itu diawali dengan program peneliti muda gambut yang terdiri atas sekitar 60 sarjana yang baru lulus. Mereka dilatih dan disebar ke 31 desa untuk melakukan penelitian pada Maret-Mei lalu di kawasan hidrologis gambut Kapuas dan Terentang. Bupati Kubu Raya meminta jangan hanya penelitian, tetapi juga diimplementasikan. Oleh sebab itulah pendidikan lingkungan (gambut) dimasukkan dalam muatan lokal.
Lokakarya pada Senin dan Selasa (8-9/11/2021) membentuk pemahaman bersama tentang pentingnya muatan lokal tersebut. Kemudian, materi seperti apa yang sesuai untuk disampaikan dalam muatan lokal.
Lalu, kesepakatan menyusun tata waktu kerja sehingga enam bulan ke depan ditargetkan tersusun silabus dan kurikulum. Enam bulan berikutnya, disahkan menjadi muatan lokal di sekolah.
Tenaga pengajar
Oleh karena itu, lokakarya tersebut melibatkan psikolog pendidikan dan para pihak lainnya. Guna mengantisipasi kekurangan jumlah tenaga pengajar, akan dilakukan kerja sama dengan Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak serta dalam proses bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Luas gambut di Kalbar sekitar 1,5 juta hektar. Dari luas tersebut, sekitar 500 hektar berada di Kabupaten Kubu Raya. Luas gambut di Kubu Raya tersebut sekitar 60,4 persen dari luas keseluruhan Kubu Raya. Catatan Kompas, dengan gambut yang luas tersebut, Kubu Raya menjadi salah satu daerah yang sangat rawan kebakaran lahan gambut saat musim panas.
Direktur ICRAF Indonesia Sonya Dewi menuturkan, pihaknya mengetengahkan adanya peningkatan kapasitas bagi para pemangku kepentingan yang mengelola kawasan hidrologis gambut dan mangrove, khususnya di Kubu Raya. Dalam mengelola suatu kawasan diperlukan adanya pemahaman bersama.
”Kawasan hidrologis gambut itu apa, bagaimana proses ekologisnya, dan fungsinya seperti apa. Dari situ muncul keinginan mengelola secara baik karena kalau tidak, ada risikonya ke depan,” ungkap Sonya.
Ketika sudah memiliki keinginan mengelola dengan lebih baik, diharapkan ada pengetahuan yang bisa dibangun. Pengetahuan ini membangun kemampuan pemangku kepentingan untuk bisa mengelola dengan lebih baik.
Ekosistem gambut
Generasi muda merupakan bagian yang penting. Maka, muatan lokal penting untuk menyasar pengelolaan ekosistem gambut dan mangrove secara berkelanjutan. Muatan lokal sangat diperlukan dan ada beberapa komponen yang penting untuk dimasukkan di dalamnya.
Komponen tersebut antara lain pengetahuan tentang ilmu murni mengenai gambut. Kemudian pengetahuan mengenai teknologi maupun praktik terbaik yang sudah dilakukan di beberapa tempat yang bisa diadopsi di tingkat lokal Kalbar.
Selain itu, dinamika, baik nasional maupun global, yang memengaruhi kesempatan-kesempatan ekonomi. Ini akan menjadi bagian apa yang perlu diserap generasi muda agar mereka siap mengisi kesempatan tenaga kerja yang baru dalam kaitannya dengan green jobs.
Perubahan iklim sangat memengaruhi cuaca yang berubah setiap saat. Hal ini perlu juga dimasukkan sehingga mereka peduli dan bisa mempersiapkan diri menghadapi hal tersebut. Yang perlu dimasukkan juga dalam muatan lokal terkait program-program nasional ataupun lokal sehingga partisipasi kaum muda bisa optimal. Muatan lokal tersebut juga diharapkan bisa direplikasi di kabupaten-kabupaten lainnya.
Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRGM Suwignya menjelaskan, pada 2017-2019 BRGM telah melatih guru dan siswa SD terkait edukasi perlindungan gambut, termasuk alat peraga. BRGM dan ICRAF tahun ini berkolaborasi mendorong aspek edukasi perlindungan gambut bisa masuk ke dalam aspek pendidikan di Kabupaten Kubu Raya.
Aspek pendidikan dan edukasi terkait restorasi gambut pada prinsipnya bagaimana meningkatkan kesadaran dengan ilmu dan informasi. Hal itu untuk membangun sikap positif generasi muda menjaga lingkungan. Pengetahuan yang ada dan sikap yang positif tersebut memberikan kesadaran menjaga lingkungan bagi generasi muda.