Pemuliaan Air Sumber Peradaban Menjadi Tema FSBJ 2022
Festival Seni Bali Jani III ditutup secara resmi, Sabtu (6/11/2021). FSBJ IV digelar 2022 dengan mengangkat tema ”Jaladhara Sasmita, Danu Kerthi” yang bermakna pemuliaan air sebagai sumber peradaban.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Perhelatan seni modern di Bali, Festival Seni Bali Jani III, ditutup secara resmi, Sabtu (6/11/2021). Tahun depan, FSBJ IV digelar dengan mengangkat tema ”Jaladhara Sasmita, Danu Kerthi” yang bermakna pemuliaan air sebagai sumber peradaban.
Festival Seni Bali Jani (FSBJ) merupakan festival kesenian tahunan yang menjadi wadah aktivitas dan kreativitas para seniman dalam menggali, melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai seni budaya Bali modern. Kegiatan diprakarsai dan diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali sejak tahun 2019.
FSBJ 2021 merupakan festival seni budaya Bali modern tahun ketiga dan mengangkat tema ”Jenggala Sutra, Susastra Wana Kerthi” yang dapat dimaknai sebagai harmoni diri dan bumi dalam keluasan penciptaan baru.
Dalam acara penutupan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, di Denpasar, Sabtu (6/11/2021), Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha mengatakan, penyelenggaraan FSBJ III selama dua pekan, mulai Sabtu (23/10/2021) sampai Sabtu (6/11/2021), mendapatkan apresiasi yang baik dari pengunjung festival meskipun FSBJ diselenggarakan dalam situasi pandemi Covid-19.
Sugiartha menyebutkan, hasil survei Dinas Kebudayaan Bali bersama Warmadewa Research Centre pada pengunjung festival mengindikasikan kepuasan pengunjung FSBJ III, baik pengunjung yang datang langsung ke Taman Budaya Provinsi Bali maupun mengikuti acara secara daring. Mayoritas pengunjung yang disurvei menyatakan mendapati kesesuaian antara tema festival dan kegiatan yang diselenggarakan selama FSBJ III.
FSBJ III diisi dengan kegiatan berupa karnaval (medeeng anyar) secara virtual, pawimba (lomba), adilango (pergelaran), utsawa (parade), megarupa (pameran), timbang rasa (sarasehan), dan beranda pustaka (bursa buku) serta Bali Jani Nugraha (penghargaan).
Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan, FSBJ menjadi wahana dan upaya Bali dalam menguatkan dan memajukan kebudayaan Bali. FSBJ menjadi kegiatan yang mendampingi Pesta Kesenian Bali (PKB).
PKB menjadi ajang penggalian, pelestarian, dan pengembangan seni budaya Bali tradisional, sedangkan FSBJ menjadi wahana bagi seni budaya Bali modern dan kekinian. Koster juga mengatakan, Pemprov Bali mengarusutamakan kebudayaan dan menjadikan kebudayaan sebagai hulu pembangunan Bali.
”Seni budaya menjadi basis pengembangan seluruh aspek kehidupan,” kata Koster dalam pidato sambutannya, Sabtu. Bali, menurut Koster, akan menjadikan kebudayaan sebagai dasar pengembangan ekonomi karena seni budaya di Bali selalu hidup dalam masyarakat Bali dan akan menghidupi masyarakat Bali.
Bali akan menjadikan kebudayaan sebagai dasar pengembangan ekonomi karena seni budaya di Bali selalu hidup dalam masyarakat Bali dan akan menghidupi masyarakat Bali. (Wayan Koster)
Koster juga mengumumkan tema FSBJ IV yang akan diselenggarakan pada 2022, yakni ”Jaladhara Sasmita, Danu Kerthi”. Tema FSJB IV itu dapat dimaknai pemeliharaan dan pemuliaan air sebagai sumber peradaban.
Apresiasi seniman modern
Dalam kesempatan itu, Gubernur Bali Wayan Koster bersama Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dan sejumlah pejabat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Bali menyerahkan penghargaan kepada juara pawimba (lomba), utsawa (parade), dan seniman penerima Bali Jani Nugraha 2021.
Penghargaan Bali Jani Nugraha diberikan kepada 10 pegiat seni modern di Bali. Penghargaan merupakan apresiasi Pemprov Bali atas dedikasi dan kiprah seniman dalam membangun dan memajukan ekosistem seni budaya Bali, terutama seni modern dan kontemporer. Sebelumnya, Bali Jani Nugraha telah diberikan kepada 10 seniman Bali modern pada penutupan FSBJ II 2020.
Adapun penerima Bali Jani Nugraha dalam FSBJ III adalah I Dewa Nyoman Raka Kusuma (sastrawan), I Made Taro (seniman penulis cerita rakyat), I Gusti Ngurah Parsua (sastrawan), Putu Fajar Arcana (sastrawan), I Gusti Made Sukawidana (penyair), dan Made Gede Perama Artha ”Jango” (kartunis).
Penghargaan juga diberikan kepada Gde Artawan (sastrawan), almarhum Ketut Syahruwardi Abbas (sastrawan), Hardiman (kritikus seni rupa), dan Dewa Putu Sahadewa (sastrawan).