Konsorsium Program Internasional Perguruan Tinggi Vokasi Dibentuk
Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek bersama perguruan tinggi vokasi di Indonesia, Kamis (4/11/2021), meneken nota kesepahaman peresmian konsorsium program internasional perguruan tinggi vokasi.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bersama kalangan perguruan tinggi vokasi di Indonesia, Kamis (4/11/2021), meneken nota kesepahaman peresmian konsorsium program internasional perguruan tinggi vokasi. Kesepakatan itu bertujuan agar pendidikan vokasi Indonesia menghasilkan lulusan yang berkompetensi internasional serta sumber daya manusia yang siap meneruskan studi, siap bekerja, dan juga siap berwirausaha.
Dalam sambutannya yang ditayangkan secara di dalam jaringan (daring), Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, konsorsium program internasional perguruan tinggi vokasi menguatkan peran perguruan tinggi vokasi dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) profesional. Konsorsium diharapkan juga melahirkan inovasi yang tidak hanya berskala nasional, tapi juga di tingkat regional dan internasional.
”Ini menjadi pencapaian kita bersama,” kata Nadiem seperti disaksikan melalui tayangan secara daring dari tempat acara peresmian konsorsium program internasional perguruan tinggi vokasi di Kuta, Badung, Kamis.
Adapun Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Wikan Sakarinto mengatakan, konsorsium program internasional perguruan tinggi vokasi merupakan langkah awal pendakian menuju pendidikan vokasi Indonesia berkelas dunia. Melalui konsorsium, perguruan tinggi vokasi (PTV) di Indonesia dapat bergotong royong dalam menginisiasi dan menjalin kemitraan dengan kalangan universitas maupun sektor industri di luar negeri.
”Dengan bergerak bersama, akan lebih kuat dibandingkan berjalan sendiri,” kata Wikan.
Dalam konferensi pers seusai penandatanganan nota kesepahaman itu, Wikan menerangkan, keberadaan konsorsium perguruan tinggi vokasi juga akan mengefisienkan sumber daya dan anggaran PTV dalam mengembangan program kelas internasinal. Terlebih, konsorsium juga didukung pemerintah, termasuk Kemendikbudristek, sehingga akan mampu meningkatkan kepercayaan kalangan universitas maupun industri yang dijajaki sebagai mitra program internasional.
”Kalau kementerian yang gerak, kampus di negara lain akan lebih serius menanggapi,” kata Wikan. Efisiensi dan efektivitas anggaran pun diperoleh karena program dijalankan bersama-sama.
”Perguruan tinggi kita (Indonesia) tidak cuma mengirimkan mahasiswa ke luar negeri, namun kampus juga membuka kelas internasional di Indonesia,” ujar Wikan menambahkan.
Keahlian
Dalam laporannya, Koordinator Tim Pengembangan Kelas Internasional PTV Nurmala Elmin Simbolon mengatakan keberadaan konsorsium program internasional PTV menjadi lompatan dalam pendidikan vokasi di Indonesia. Nurmala dari Politeknik Negeri Pontianak itu mengungkapkan, sejumlah perguruan tinggi vokasi di Indonesia sudah memiliki program internasional, baik melalui program studi maupun kelas kolaborasi.
Nurmala juga menyatakan, hasil diskusi terfokus bersama kalangan universitas maupun kalangan industri menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris menjadi penting dan dibutuhkan dalam pengembangan program internasional.
Ketua Tim Konsorsium Program Internasional PTV, yang juga Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Zainal Arief menyebutkan kemampuan berbahasa Inggris menjadi standar bagi mahasiswa politeknik di Indonesia. Hal itu karena mahasiswa politeknik umumnya harus lulus ujian kemampuan berbahasa Inggris standar Toefl yang disyaratkan dunia industri yang menjadi mitra perguruan tinggi vokasi.
Menurut Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbudristek Beny Bandanadjaja, program internasional penting untuk didorong di PTV. Proses internasionalisasi didorong secara terukur dan terarah yang sejalan dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dikembangkan Kemdikbudristek.
”Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan magang, praktik kerja, pertukaran pelajar, penelitian, maupun kegiatan lainnya,” kata Beny.
Keberadaan konsorsium program internasional PTV, menurut Beny, menjadi model kerja sama perguruan tinggi vokasi dan pendidikan vokasi sehingga mutu dan kualitas pendidikan vokasi Indonesia setara dan diakui berkelas dunia. Selain itu, program internasional bertujuan membangun hubungan timbal balik dalam berbagi keunggulan kompetitif. ”Dengan bersama-sama bisa lebih cepat dan lebih kuat,” kata Beny di Kuta, Badung, Kamis (4/11/2021).
Secara terpisah, Ketua Forum Direktur Politeknik Negeri Indonesia (FDPNI) Ahmad Taqwa menyatakan, penginisiasian keberadaan konsorsium program internasional PTV merupakan langkah tepat untuk mendorong dan mengangkat keberadaan politeknik dan perguruan tinggi vokasi Indonesia ke pergaulan internasional.
”Politeknik ini paling tepat dalam menyiapkan sumber daya manusia yang link and match dengan dunia kerja,” kata Ahmad Taqwa, yang juga Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.
Ahmad menambahkan, negara dengan pendidikan vokasi yang kuat disebut-sebut mencirikan sebuah negara maju. Pendidikan vokasi di luar negeri dikenal sebagai community college dengan program diploma 2 tahun (D2). Adapun Indonesia, sudah melangkah maju dengan menggelar program D2 fast track.
”Kalau dunia kerja efisien mendapatkan tenaga kerja, maka dunia kerja akan dapat berlari lebih kencang,” kata Ahmad lebih lanjut.