Bali sudah merekonstruksi, melestarikan, dan merawat kesenian tradisional, yang kini menjadi aset penting dalam kehidupan modern.
Oleh
Putu Fajar Arcana
·4 menit baca
Bali menolak dijadikan museum yang cuma menampung gelegak hasrat dunia pariwisata. Bali juga berhak ambil bagian dalam dinamika kebudayaan dunia, yang mengalir lewat kesenian kontemporer. Oleh sebab itu, Festival Seni Bali Jani adalah forum yang tepat menyatukan ekspresi kebudayaan terkini orang Bali.
Demikian semangat yang mengemuka dalam pelaksanaan Festival Seni Bali Jani III/2021, yang dihelat 23 Oktober–6 November 2021. Festival yang diinisiasi oleh Putri Suastini Koster ini telah digelar mulai tahun 2019 dan kemudian dituangkan dalam Perda Bali No 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan.
”Seni kontemporer juga berhak hidup sebagai pengejawantahan berkesenian generasi terkini Bali,” kata Putri Suastini dalam Seminar Nasional Republik Nusantara, Rabu (27/10/2021) di ISI Denpasar.
Lewat Pesta Kesenian Bali (PKB) yang digelar sejak tahun 1979, Bali sudah merekonstruksi, melestarikan, dan merawat kesenian tradisional, yang kini menjadi aset penting dalam kehidupan modern. Oleh sebab itu, kata Putri, kini saatnya Bali memberi tempat kepada kesenian kontemporer yang banyak diusung oleh anak muda.
Menurut kurator Festival Seni Bali Jani III, Warih Wisatsana, kehendak memuseumkan Bali hanyalah pandangan eksotis yang menghendaki gugusan kebudayaan Bali menjadi beku. ”Kebudayaan Bali juga berhak tumbuh dan berkembang, memanggul dialektika dengan kebudayaan dunia,” katanya.
Apalagi, tambahnya, sudah sejak awal abad ke-20, Bali relatif terbuka menerima pengaruh dunia luar, terutama Barat. ”Jadi kami berhak tumbuh seturut perkembangan kebudayaan dunia, termasuk kebudayaan pop,” ujar penyair itu.
Ribuan seniman
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Gede Arya Sugiartha mengatakan, pada perhelatan Bali Jani tahun 2021 tidak kurang terlibat 1.000 seniman. Dalam merespons pandemi Covid-19, tambahnya, festival ini mengambil tema ”Jenggala Sutra: Susastra Wana Kerthi”, yang bermakna ”Semesta Kreativitas Terkini: Harmoni Diri dan Bumi dalam Keleluasaan Penciptaan Baru”. ”Kita melakukan inovasi berupa pergelaran hibrida, daring dan luring, sebagai respons kita terhadap pandemi,” kata Sugiartha.
Dalam FSBJ 2021, antara lain, digelar parade monolog, pembacaan karya sastra, pementasan teater, pameran lukisan, pentas musik, sarasehan, serta bursa buku. Dua acara yang disajikan khusus pada tahun ini bertajuk ”Tribute to Umbu Landu Paranggi” dan ”Tribute to Nyoman Sura”.
Umbu adalah sastrawan yang diposisikan sebagai cikal-bakal lahirnya para penulis Bali sejak era tahun 1980-an. Sementara Sura, menjadi salah satu koreografer tari kontemporer yang berkelas dunia. ”Kita harus memberi penghormatan dan apresiasi terhadap karya kedua tokoh dunia seni kontemporer itu di Bali,” ujar Gede Sugiartha.
Teater Mandiri yang didirikan oleh Putu Wijaya, juga tampil membawakan lakon Gerr, Sabtu (30/10/2021) pukul 19.00 Wita di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar. Menurut Putu Wijaya, pandemi membuatnya berinovasi dalam menggelar latihan dan pertunjukan. ”Seperti lakon Gerr ini, kita memasuki wilayah paling absurd dalam kehidupan manusia. Tiba-tiba kita jadi makhluk rumahan, segala sesuatunya diselesaikan di rumah,” kata Putu Wijaya.
Di antara semua cabang seni, kata Putu, barangkali pertunjukan teater menjadi seni yang harus terus beringsut dalam mencari bentuk. Jika memilih untuk merekam seluruh pertunjukan dan kemudian dilakukan pengeditan, teater tidak akan berbeda dengan film. ”Kita harus cari cara bagaimana teater tetap disebut teater walau sebagian harus direkam misalnya,” ujar sutradara kelahiran Tabanan ini.
Gerr, kata Putu, merepresentasikan absurditas dalam kehidupan manusia. Ada ”kenakalan” cara berpikir di dalamnya. Kita selalu bersedih jika kehilangan seseorang, tetapi ketika orang yang pergi tiba-tiba hidup kembali, kebanyakan dari kita malah sulit menerimanya. ”Ada pikiran-pikiran tentang tahayul yang berkelindan dengan kepentingan pribadi orang-orang yang hidup. Kita harus jujur, kepergian seseorang terkadang ’disyukuri’ oleh seseorang lainnya karena ada kepentingan pribadi,” katanya.
Menurut Warih, keterlibatan kelompok teater legendaris seperti Teater Mandiri, diharapkan bisa menjadi katalisator tumbuhnya kreativitas dan aktivitas berteater di Bali. ”Ini semacam upaya transfer of knowledge bagi para seniman generasi berikut,” ujarnya.
Selain menggelar puluhan mata acara, dalam FSBJ 2021 juga dianugerahkan penghargaan kepada 10 seniman yang dinilai telah menjadi pelopor dalam seni kontemporer. Secara spesifik penghargaan bernama Bali Jani Nugraha itu, diharapkan menjadi pendorong para penerimanya untuk terus menulis buku. ”Kita ingin para penulis ini tidak berhenti menulis gara-gara persoalan biaya, misalnya,” kata Putri Suastini Koster, yang juga istri Gubernur Bali I Wayan Koster.
Putri menambahkan dengan pemberian penghargaan itu, para seniman kontemporer terangkat pula derajatnya. ”Tidak lagi membaca puisi di warung-warung atau emper-emper toko. FSBJ adalah tempat yang disediakan khusus dan sudah dituangkan pula dalam aturan berupa Perda Bali,” kata Putri.
Penyair Wayan Jengki Sunarta, yang pernah menerima Bali Jani Nugraha, mengatakan FSBJ ibarat wahana yang selama ini dirindukan oleh banyak seniman kontemporer di Bali. ”PKB sudah membuat Bali terkenal karena sudah berlangsung lebih dari 40 tahun, saatnya Bali juga mengusung identitas baru, yang kontekstual dengan tuntutan kekinian,” kata Sunarta.
Oleh karena itulah, sebagai penyair ia juga menolak jika Bali terus-menerus dituntut menjadi museum untuk memuaskan hasrat ”bernostalgia” para wisatawan. ”Saatnya Bali ambil bagian dalam pergaulan kebudayaan global,” katanya.