Perupa Meliantha Muliawan Raih UOB Painting of the Year
Karya seni Meliantha Muliawan berjudul ”Even After Death, the Departed Lives Life” memenangi UOB Painting of the Year 2021.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Perupa lulusan Institut Teknologi Bandung, Meliantha Muliawan, memenangi UOB Painting of the Year 2021. Selain berhak atas hadiah Rp 250 juta, ia juga bakal mewakili Indonesia di ajang UOB Southeast Asia Painting of the Year untuk berlomba dengan wakil dari Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Karya seni Meliantha berjudul ”Even After Death, the Departed Lives Life”. Karya ini terinspirasi dari pecahan porselen Dinasti Ming abad ke-15 yang ia terima dari seorang teman. Porselen itu ditemukan di Laut Jawa.
Meliantha mereplikasi pecahan porselen itu dengan membordir tyvek (bahan serupa kertas), kemudian menyusunnya di atas medium seluas 110 sentimeter x 150 sentimeter. Tyvek merupakan representasi kertas joss yang digunakan dalam ritual orang Tionghoa. Tradisi membakar kertas joss tidak hanya untuk menghormati leluhur, tetapi juga menandakan kehidupan dan kematian.
Saya berharap dapat memahami dan mengingatkan orang lain tentang akar sejarah kita. Melalui seni, kita mewariskan tradisi dan membantu melestarikan warisan budaya sebagai upaya menghormati leluhur.
”Saya berharap dapat memahami dan mengingatkan orang lain tentang akar sejarah kita. Melalui seni, kita mewariskan tradisi dan membantu melestarikan warisan budaya sebagai upaya menghormati leluhur,” kata Meliantha pada malam pengumuman UOB Painting of the Year, Jumat (29/10/2021).
Meliantha akan mewakili Indonesia pada ajang UOB Southeast Asia Painting of the Year 2021. Acara tersebut akan berlangsung di Singapura, November 2021.
Selama satu dekade terakhir, Indonesia telah mengirimkan sejumlah pemenang UOB Painting of the Year tingkat nasional ke ajang serupa. Ada enam seniman Indonesia yang berhasil menyabet gelar UOB Southeast Asia Painting of the Year.
Selain dapat berkompetisi di tingkat Asia Tenggara, Meliantha juga berhak mengikuti residensi selama sebulan di Fukuoka Asian Art Museum di Jepang. Residensi juga dapat berlangsung di UOB Art Galery di Shanghai, China.
UOB Painting of the Year merupakan kompetisi melukis tahunan yang diadakan UOB sejak 1982 di Asia Tenggara. Kompetisi itu diadakan di Indonesia sejak 11 tahun lalu. Kompetisi ini diharapkan berkontribusi ke perkembangan seni di Asia Tenggara.
Animo tinggi
Head of Strategic Communications and Brand PT Bank UOB Indonesia Maya Rizano mengatakan, animo peserta tahun ini sangat tinggi. Penyelenggara menerima ribuan karya seni yang dikirim peserta dari seluruh provinsi.
Hal itu dinilai berkaitan dengan kemudahan mengikuti kompetisi. Peserta dapat mengirimkan dokumen karyanya secara daring. Dewan juri kemudian menilai karya peserta secara bertahap, yakni melalui foto dan video yang dikirim peserta. Para finalis kemudian diminta mengirimkan karya fisiknya ke panitia untuk dinilai.
”Pemenang dibagi dalam dua kategori. Di kategori seniman pendatang baru ada pemenang bronze, silver, gold, dan Most Promising Artist of the Year. Di kategori seniman profesional ada pemenang bronze, silver, gold, dan UOB Painting of the Year,” ucap Maya.
Ketua dewan juri Agung Hujatnikajennong mengatakan, penjurian menilai empat aspek, yaitu pesan, kreativitas, komposisi, dan teknik. Selain itu, juri juga menilai kebaruan dari karya perupa. ”Kebaruan dalam hal ini adalah gagasan atau bagaimana caranya menyampaikan suatu gagasan,” katanya.
Presiden Direktur UOB Indonesia Hendra Gunawan berharap agar UOB Painting of the Year mendorong perupa terus berkarya. Seni dinilai tepat sebagai media berbagi ide, kreativitas, dan pikiran kritis ke publik. Melalui kompetisi ini, perupa juga diharapkan dapat membangun jaringan seni.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, Indonesia punya SDM ekonomi kreatif yang melimpah. Hal ini perlu dimanfaatkan melalui penguatan ekosistem ekonomi kreatif. Untuk itu, generasi muda perlu dilibatkan.
”Kita punya talenta dan kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Pemerintah harus hadir dengan regulasi dan fasilitasi,” tutur Sandiaga.