Pemerintah saat ini mengelola sebanyak 11 sumber belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar secara gratis bagi masyarakat Indonesia.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan sumber belajar digital semakin penting dan berkembang. Pemerintah lewat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga turut mengembangkan sumber-sumber belajar digital yang dapat dimanfaatkan secara gratis oleh masyarakat untuk kegiatan belajar- mengajar.
Namun, pengembangan platform digital pendidikan tetap dibutuhkan agar semakin relevan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat. Selain itu, penggunaannya agar semakin ramah pada pengguna alias user friendly.
Kemendikbudristek mengelola sebanyak 11 sumber belajar, yaitu portal bersama hadapi korona; rumah belajar; tv edukasi; pembelajaran digital oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) dan SEAMOLEC; guru berbagi; Learning Management System (LMS) Siajar; aplikasi daring untuk paket A, B, C; membaca digital; suara edukasi; tatap muka daring melalui program SAPA DRB; dan program belajar dari rumah.
Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti Sutar di acara Road to Symposium on Open, Distance and e-Learning (ISODEL) 2021 pada Rabu (27/10/2021) malam, mengatakan, kesebelas sumber belajar tersebut dapat digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar secara gratis bagi masyarakat Indonesia. Capaian salah satu sumber belajar, yakni Portal Rumah Belajar, kini sudah memiliki lebih dari 21 juta pengguna.
”Masa pandemi Covid-19 menunjukkan semakin pentingnya digitalisasi pendidikan. Kami optimistis bahwa produk layanan yang dimiliki Kemendikbudristek dapat memenuhi kebutuhan dari masyarakat. Pengembangan terus dilakukan dengan dukungan berbagai pihak,” ujar Suharti.
Kami sadar proses ini melibatkan banyak sekali aspek yang memungkinkan inovasi lebih lanjut disampaikan, yang bisa jadi belum ada sebelumnya.
Secara terpisah, praktisi pendidikan digital Indra Charismiadji, Kamis (28/10/2021), mengatakan, sumber belajar digital Kemendikbudristek sebenarnya potensial untuk mendukung pengembangan belajar secara digital di sekolah dan rumah. Namun, pemanfaatannya belum optimal. Padahal, secara konten, untuk video dan animasi, tidak kalah dari platform teknologi pendidikan (edutech) komersial.
”Seperti portal Rumah Belajar, mestinya jumlah pengguna bisa di atas 75 persen dari komunitas pendidikan sekolah karena gratis. Ini, kan, baru di bawah 50 persen. Seharusnya ada kolaborasi dengan pelatihan guru dan pendidikan di jenjang pendidikan anak usia dini hingga menengah, serta kolaborasi dengan dinas pendidikan daerah untuk secara maksimal memanfaatkan layanan sumber belajar digital yang ada,” ujar Indra.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Nizam menyampaikan, selama pandemi dua tahun ini, perguruan tinggi melakukan adaptasi yang sangat pesat sehingga mampu mengakselerasi pembelajaran secara daring. ”Ada hikmah yang diperoleh dari pandemi ini, justru adanya akselerasi penggunaan teknologi digital di dalam pendidikan, seperti pembelajaran daring dan transformasi digital di perguruan tinggi, serta perluasan akses pemanfaatan teknologi,” kata Nizam.
Dukungan diberikan mulai dari memperkuat jaringan internet melalui kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, memperkuat moodle sebagai platform nasional melalui Sistem Pembelajaran Daring Indonesia (SPADA), serta Learning Management System (LMS) melalui Google Classroom. Penguatan SPADA sebagai platform pembelajaran daring berskala nasional untuk digunakan oleh seluruh perguruan tinggi juga terus diupayakan.
Di tahun 2021 ini telah diresmikan ICE Institute sebagai massive open onlinecourse (MOOC) Nasional yang berkolaborasi dengan 15 perguruan tinggi untuk bersama-sama menyediakan pembelajaran jarak jauh melalui e-learning yang dapat diakses oleh seluruh mahasiswa dari Sabang sampai Merauke.
Perkembangan teknologi pendidikan yang semakin cepat di masa pandemi akan dibahas dalam penyelenggaraan ISODEl 2021 yang akan digelar Pusdatin Kemendikbudristek pada 1-3 Desember 2021. Tahun ini, ISODEL mengusung tema ”Teknologi Pendidikan di Era Normal Baru Sekarang dan Akan Datang”. Dalam ajang tersebut, Pusdatin berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan pendidikan, peneliti, pendidik, akademisi komunitas dan praktisi di Indonesia, ataupun seluruh dunia menanggapi dinamika dan tantangan yang ada.
Kepala Pusdatin Kemendikbudristek M Hasan Chabibie menjelaskan, dinamika di sektor pendidikan terkait pemanfaatan teknologi tidak dapat dipisahkan dengan transformasi pendidikan. ”Transformasi digital menjadi sebuah keharusan, kami sadar proses ini melibatkan banyak sekali aspek yang memungkinkan inovasi lebih lanjut disampaikan, yang bisa jadi belum ada sebelumnya, sehingga akan mengarah pada sebuah seruan bersama dan tindakan strategi bersama apa yang harus dilakukan,” ujar Hasan.
Terdapat subtema dalam ISODEL tahun ini, yaitu Industry 4.0: Big Data, IoT, artificial intelligence (kecerdasan buatan), fintech, VR dan AR, permainan, kelas dan kuliah daring, statistik, dan seminar daring. Kedua, transformasi pendidikan digital: Menutup kesenjangan digital, menjangkau daerah terpencil, akses terbuka, pembelajaran fleksibel, dan akses disabilitas.
Ketiga, pendidikan karakter: literasi digital, keterampilan abad ke-21, keterampilan hidup. Keempat Pendidikan Vokasi 4.0: sertifikasi profesi, penjaminan mutu, integrasi pendidikan vokasi ke Industri 4.0, kompetensi dan kualifikasi. Kelima TIK untuk melestarikan budaya.