Kuliah Tatap Muka di Magelang Diatur dengan Sistem Ganjil Genap
Universitas Tidar, Magelang, memulai uji coba kuliah tatap muka. Jumlah mahasiswa yang menjadi peserta kuliah diatur berdasarkan sistem ganjil genap.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Uji coba kuliah tatap muka di Universitas Tidar, Magelang, Jawa Tengah, minggu ini mulai dilaksanakan dengan jumlah mahasiswa peserta kuliah diatur dengan sistem ganjil genap. Sistem ganjil genap yang dimaksudkan mengacu pada angka terakhir dari nomor pokok mahasiswa atau NPM.
Uji coba kuliah tatap muka dilaksanakan mulai Senin (25/10/2021) hingga 24 Desember mendatang. Kelompok mahasiswa dengan NPM ganjil berkesempatan mengikuti kuliah tatap muka lebih dahulu pada minggu ke-10, 11 dan 12. Kelompok mahasiswa dengan NPM genap dijadwalkan mengikuti kuliah gelombang berikutnya pada minggu ke-13, 14, dan 15.
Rektor Universitas Tidar Mukh Arifin mengatakan, pengaturan jumlah mahasiswa peserta kuliah tatap muka ini dilakukan untuk menjaga jumlah mahasiswa tidak melebihi separuh kapasitas kelas.
”Kami harus menjaga agar jumlah mahasiswa tidak melebihi 25 orang per kelas,” ujar Mukh Arifin, Rabu (27/10/2021).
Karena harus menjaga batasan jumlah mahasiswa dalam kelas itulah, Univeritas Tidar juga tetap menyelenggarakan kuliah daring. Saat satu kelompok NPM ganjil menjalani kuliah tatap muka, maka kelompok NPM genap akan menjalani kuliah daring demikian sebaliknya.
Uji coba kuliah tatap muka ini hanya diberikan untuk mahasiswa semester lima dan tujuh. Di luar itu, kesempatan untuk tatap muka juga diberikan kepada mahasiswa tingkat akhir yang ingin menemui dosen untuk berkonsultasi terkait tugas akhir atau skripsi. Dengan pembatasan ini, maka jumlah mahasiswa yang ada di kampus tidak melebihi 5.000 orang per hari.
Upaya pencegahan mahasiswa semester satu dan tiga untuk kuliah tatap muka sekaligus menjadi upaya kami mencegah potensi penularan (Noor Farid)
Mahasiswa semester satu dan semester tiga sengaja tidak diperbolehkan mengikuti kuliah tatap muka karena keberadaan mereka ada yang berasal dari luar daerah sehingga dikhawatirkan justru bisa menimbulkan masalah tersendiri. Selain akan merepotkan karena mahasiswa semester satu harus mencari tempat indekos, mereka yang berasal dari luar daerah kemungkinan sulit mengendalikan diri, semisal berkeliling ingin mengetahui wilayah Magelang.
”Upaya pencegahan mahasiswa semester satu dan tiga untuk kuliah tatap muka sekaligus menjadi upaya kami mencegah potensi penularan baru dari mereka, anak-anak muda yang pasti suka jalan-jalan, ” ujar Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Tidar Noor Farid.
Mahaaiswa peserta kuliah tatap muka ini akan menjalani dua kali penapisan. Selain terseleksi berdasarkan status vaksinasi melalui penggunaan aplikasi PeduliLindungi, mahasiswa peserta uji coba kuliah tatap muka juga akan terseleksi dari sistem Sistem Informasi Pelayanan Akademik Terpadu (Sipadu) Universitas Tidar.
Sistem yang memuat daftar nama mahasiswa tersebut secara otomatis akan memberikan sinyal dan penanda mahasiswa yang diizinkan untuk mengikuti kuliah tatap muka hari itu.
Setelah uji coba selesai dilaksanakan pada 24 Desember, seluruh mahasiswa akan mengikuti ujian akhir semester (UAS) yang akan diselenggarakan secara daring.
Sekitar 1,5 tahun menjalankan kuliah daring, Arifin mengatakan, pihaknya memang baru bisa memutuskan uji coba kuliah tatap muka sekarang karena harus menunggu situasi benar-benar kondusif. Selain harus menunggu status Kota Magelang menjadi daerah level 2 PPKM, dengan mempertimbangkan mahasiswa yang berasal dari sejumlah daerah, Universitas Tidar juga harus menunggu hingga kondisi perkembangan Covid-19 di seluruh Nusantara berangsur landai.
Uji coba kuliah tatap muka ini, menurut dia, akan terus dievaluasi. Diharapkan, pada Januari 2022, kuliah bisa kembali dilanjutkan dalam situasi yang lebih baik.
Wali Kota Magelang M Nur Aziz, mengatakan, situasi perkembangan kasus Covid-19 di Kota Magelang saat ini memang cenderung landai.
Meski demikian, Pemerintah Kota Magelang terus siap siaga mengantisipasi untuk mencegah kembali terjadinya peningkatan kasus. Di lingkup sekolah, misalnya, upaya antisipasi dilakukan dengan intens melakukan uji petik siswa peserta pembelajaran di SD dan SMP seminggu sekali. Jumlah siswa yang diambil sebagai sampel untuk uji petik tes cepat antigen sebanyak 70 orang per minggu.