Kebutuhan untuk menyediakan sumber rujukan yang mutakhir dan andal telah membuat tim editor KBBI berbenah. Pemutakhiran dilakukan dalam tiga aspek, yaitu isi, cara kerja, dan format penyajian.
Oleh
Dora Amalia
·3 menit baca
Di antara kamus umum yang ada di Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mungkin merupakan kamus yang paling sering dijadikan rujukan, terlebih-lebih ketika muncul polemik tentang definisi dari suatu kata atau istilah. Kita mungkin masih ingat bagaimana sebagian besar khalayak memperdebatkan makna mudik dan pulang kampung atau definisi kata perempuan beserta subentri gabungan kata di bawahnya.
Semua peristiwa itu sesungguhnya menunjukkan adanya keinginan dari khalayak untuk mencari tahu dari sumbernya walaupun hal itu dilakukan dengan berbagai tingkat keterampilan merujuk yang beragam, bahkan tidak jarang terjadi salah kutip.
Kebutuhan untuk menyediakan sumber rujukan yang mutakhir dan andal telah membuat tim editor KBBI berbenah. Pemutakhiran dilakukan dalam tiga aspek, yaitu isi, cara kerja, dan format penyajian. Pemutakhiran isi berkaitan dengan keakuratan informasi yang disampaikan dan kecepatan mengakomodasi masuknya kata dan istilah baru yang muncul. Saat ini pemutakhiran isi KBBI dilakukan per enam bulan. Rapat redaksi dilakukan setiap minggu, bukan hanya menjelang terbitnya edisi terbaru.
Penambahan informasi etimologis juga dilakukan walaupun baru tersedia untuk kata-kata serapan dari bahasa Arab dan Sanskerta. Melalui informasi ini, pengguna dapat mengetahui bahwa kata perlu dan fardu, misalnya, berasal dari asal yang sama dan kata waswas ditulis tanpa tanda hubung karena bukan merupakan kata ulang.
Untuk mengumpulkan usulan kata atau istilah baru yang tersebar dalam penggunaan di masyarakat, saat ini dipakai metode urun daya (crowdsourcing) selain dari hasil pengumpulan entri oleh tim editor sendiri.
Platform kerja secara daring dibuat untuk memudahkan kerja editor. Terjadi pergeseran cara kerja besar-besaran dari manual berbasis kertas ke nirkertas. Tidak ada lagi kartu slip yang berisi usulan entri baru atau perbaikan entri. Saat ini penyuntingan dilakukan melalui platform kerja bersama yang memungkinkan editor KBBI bekerja dari mana dan kapan saja.
Format penyajian KBBI dibuat beragam. Selain KBBI cetak, KBBI daring dan luring dibuat khusus untuk pengguna yang membutuhkan informasi secara cepat dan mutakhir. Untuk penyandang disabilitas netra, KBBI dibuat dalam versi cetak Braille dan audio.
Ketika diluncurkan pada 28 Oktober 2018, KBBI daring terus menunjukkan peningkatan jumlah pengguna. Saat ini tercatat lebih dari 95.000 akun pengguna terdaftar dengan rata-rata pencarian per hari 73.000 atau 3.000-an pencarian per jam. Jika jumlah pencarian dihitung sejak laman ini diluncurkan, telah tercatat lebih dari 134 juta pencarian.
KBBI daring dapat dikatakan menjadi tonggak dimulainya leksikografi elektronik (e-lexicography) di Indonesia walaupun jika dibandingkan dengan negara lain, KBBI terlambat beberapa puluh tahun. KBBI sudah bertransformasi dari kamus cetak yang hanya dimiliki sekelompok orang menjadi kamus yang dapat diakses secara meluas oleh berbagai kalangan.
Meski di sana-sini masih terdapat kekurangan, KBBI diharapkan menjadi sumber rujukan yang terandalkan untuk pengguna bahasa Indonesia. Peran semua pengguna bahasa tentu sangat dibutuhkan untuk menutupi kekurangan itu dan tujuan akhirnya adalah agar bahasa Indonesia menjadi lebih tertib dan lebih baik.