Rektor Undip: Tanamkan Pengetahuan Literasi Digital Sejak Usia Dini
Literasi digital itu bahkan harus diberikan sejak PAUD, pendidikan usia ini. Itu kalau Indonesia menginginkan ada generasi-generasi muda yang bijak dalam menggunakan internet dan media sosial,
Oleh
HARYO DAMARDONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Pengetahuan tentang literasi digital harus ditanamkan sejak usia dini. Apalagi, setelah pandemi Covid-19, usia pengakses alat komunikasi dan pengguna media sosial semakin muda.
“Literasi digital itu bahkan harus diberikan sejak PAUD, pendidikan usia ini. Itu kalau kita mau ada generasi-generasi muda yang bijak (menggunakan internet dan media sosial,” kata Rektor Universitas Diponegoro, Yos Johan Utama, Kamis (21/10/2021) secara daring dari Semarang.
Profesor Yos menyampaikan hal itu dalam diskusi bersama Undip, Garudafood, dan harian Kompas yang bertajuk ”Literasi Digital Banjir Informasi, Memilah Hoax dan Fake News”, Kamis ini. Acara itu juga dihadiri Direktur Marketing Garudafood, Ferry Haryanto.
“Dari kecil, kami sekeluarga itu langganan Kompas. Jadi, kami jarang membaca (artikel) yang hoaks. Meski sekarang mulai membaca yang digital. Nah sekarang, anak-anak itu sudah menggunakan juga (telepon pintar),” ujar Yos.
Dengan demikian, ditekankan Yos, tanpa adanya pembelajaran terkait literasi digital sejak dini maka sulit mengatasi dampak dari banjir informasi. “”Harus ada itu (pembelajaran). Kalau tidak pernah menanam bagaimana mau memanen,” ujarnya.
Yos menekankan, literasi digital cukup diberikan sebagai tambahan pengetahuan. “Tidak perlu dibuat kurikulum khusus,” ditambahkannya.
Peran untuk mengatasi banjir informasi dan meminimalkan kabar bohong, kata Yos, juga bukan hanya peran dari akademisi tetapi juga oleh pemerintah dan organisasi non-pemerintahan. “Regulasi dan pengawasan itu juga penting,” ujarnya.
Yos mengamati pemerintah telah mengawasi konten dari penyiaran. “Tapi tidak mudah mengawasi seperti youtube. (Konten) pornografi saja ada di youtube. Itu yang perlu adanya aturan,” kata dia.
Walau demikian, Ferry tetap berharap pada kontribusi para dosen misalnya, untuk dapat mendidik para mahasiswa. “Kami berharap mahasiswa mampu memilah informasi yang diterimanya,” kata dia.
Diakui Ferry, teknologi yang mewujud dalam jaringan internet, dapat membuat siapapun terhubung selama 24 jam dengan dunia maya. “Dari bangun sampai tidur lagi, kita terhubungkan dengan dunia maya. Tapi terkadang ada banyak orang hanya membaca judul tanpa mendalami lalu di-share lagi," ujarnya. Ferry pun menekankan, banjir informasi jelas dapat membuat dampak buruk.
Manajer Pengembangan Produk Kompas, Septa Inigopatria Gunarso mengatakan, Harian Kompas berupaya menghadapi banjir informasi dengan menyajikan konten-konten jurnalistik yang berkualitas.
Harian Kompas berupaya menghadapi banjir informasi dengan menyajikan konten-konten jurnalistik yang berkualitas.
“Beberapa waktu lalu, tim wartawan Kompas membuat liputan investigasi tentang masker medis palsu. Jadi, konten itu menyajikan kerja-kerja jurnalistik dalam mengungkap praktek penjualan masker medis palsu yang dapat merugikan masyarakat. Kompas bahkan menguji masker itu di lab ITB,” ujar Septa.
Melalui kompas.id, yang merupakan produk digital dari Harian Kompas, kata Septa, juga disajikan produk-produk interaktif. “Kami ada produk tutur visual yang memudahkan pembaca dengan menyederhanakan hal-hal teknis ke dalam wujud visual,” ujarnya.
Di dalam kompas.id kini juga dihadirkan produk kompaspedia. “Ini adalah sumber-sumber referensi yang tadinya hanya dapat digunakan wartawan Kompas sebagai background. Kini, kompaspedia telah dibuka untuk publik,” ujar Septa.