Kebutuhan akan informasi digital dirasakan juga oleh warga lansia. Akan tetapi, keterbatasan mereka mengakses dan terbatasnya aplikasi digital yang ramah lansia membuat mereka kesulitan.
Oleh
Sonya Hellen Sinombor
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga lanjut usia merupakan salah satu kelompok rentan terinfeksi Covid-19. Di tengah situasi pandemi sekarang, kebutuhan mereka akan komunikasi dan informasi menjadi lebih tinggi menyusul banyaknya pembatasan aktivitas dan mobilitas yang ditetapkan.
Akan tetapi, warga lanjut usia (lansia) memiliki hambatan dan keterbatasan dalam mengakses informasi digital. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan mereka mengakses ataupun ketersediaan teknologi yang ramah bagi pengguna lansia.
”Diharapkan, ke depan akan lebih banyak institusi baik pemerintah maupun swasta dan pemerhati lansia yang mengembangkan aplikasi atau teknologi digital lainnya yang bermanfaat dan ramah lansia,” ujar Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nopian Andusti pada webinar ”Digital Equity for All Ages”, Kamis (21/10/ 2021).
Pada webinar yang digelar untuk memperingati Hari Lanjut Usia Internasional Tahun 2021 itu, Nopian menegaskan, di era Revolusi Industri 4.0 saat ini, masyarakat mengenal istilah internet of things (IoT), yakni kebiasaan masyarakat yang menggunakan/melibatkan internet di segala aspek kehidupan sehari- hari. ”Dengan demikian, diharapkan perkembangan teknologi informasi di era Revolusi Industri 4.0 ini dapat menciptakan nilai baru dan menyelesaikan permasalahan sosial dengan bantuan teknologi,” katanya tegas.
Perhatian terhadap teknologi digital bagi warga lansia menjadi penting karena penduduk lansia di Indonesia terus bertambah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, penduduk lansia di Indonesia mencapai 26,82 juta jiwa atau 9,92 persen dari total populasi.
Jumlah itu diperkirakan terus bertambah seiring dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat yang tecermin dari peningkatan usia harapan hidup penduduk. Jumlah lansia yang semakin besar itu menjadi tantangan dalam berbagai aspek kehidupan, baik kesehatan, sosial, ekonomi, maupun lingkungan.
Oleh karena itu, perlu dukungan dari pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, ataupun masyarakat dalam mewujudkan lansia tangguh, yakni lansia yang sehat, akif, mandiri, dan produktif, serta bermartabat. ”Diharapkan manusia mampu bersinergi dengan teknologi guna mewujudkan kesejahteraan manusia, produktivitas, dan efektivitas yang lebih baik,” ujar Nopian.
Kondisi itu pula yang mendorong Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan BKKBN mengembangkan aplikasi Go Lansia Tangguh (Golantang) berbasis web dan mobile yang menyajikan berbagai informasi dan rubrik bagi lansia.
Digitalisasi ramah lansia
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel A Pangerapan mengungkapkan, penduduk yang lebih muda dan berpendidikan lebih aktif secara digital daripada penduduk yang lebih tua dan dengan tingkat pendidikan lebih rendah.
”Penggunaan teknologi digital dan internet penduduk lanjut usia masih rendah, terutama untuk penduduk lansia di daerah pedesaan,” kata Semuel seraya menegaskan, pemerintah memiliki komitmen untuk transformasi digital inklusif.
Diharapkan, ke depan akan lebih banyak institusi baik pemerintah maupun swasta dan pemerhati lansia yang mengembangkan aplikasi atau teknologi digital lainnya yang bermanfaat dan ramah lansia.
Menurut Semuel, sejumlah upaya dilakukan pemerintah untuk mencapai transformasi digital Indonesia yang inklusif dengan prinsip nobody left behind. Oleh karena itu, pemerintah menyelenggarakan beberapa program yang diharapkan dapat mengurangi kesenjangan digital. Program Siber Kreasi dan Pandu Digital Indonesia menyediakan kelas-kelas pengembangan literasi digital bagi masyarakat di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), masyarakat difabel, dan lansia.
Pemerintah juga menyediakan pelatih literasi digital andal di daerah yang sulit mendapat akses digital dan butuh pendekatan lokal, termasuk untuk dapat meningkatkan partisipasi lansia dalam transformasi digital Indonesia.
”Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Kominfo menyediakan akses internet yang lebih luas untuk meningkatkan akses internet penduduk lansia di daerah tertentu,” papar Semuel.