Peneliti Belia Indonesia Persembahkan Lima Medali dari Ajang Penelitian Asia Pasifik
Dalam ajang Asia Pacific Conference of Young Scientists (APCYS) 2021 di Meksiko, pelajar Indonesia meraih emas, perak, dan perunggu. Hal yang sangat membanggakan sebagai modal sumber daya manusia ke depan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peneliti belia Indonesia yang berkompetisi di lomba penelitian Asia Pacific Conference of Young Scientists (APCYS) 2021 di Meksiko secara daring berhasil meraih 2 medali emas, 1 medali perak, serta 2 medali perunggu. Di ajang ini, pelajar SMA dari 21 negara yang memiliki minat di bidang penelitian menyajikan hasil-hasil riset di berbagai bidang ilmu, termasuk terkait Covid-19.
Dua medali emas dipersembahkan oleh Mira Karenina (SMA Intan Permata Hati East Campuss Surabaya) dengan penelitian berjudul ”The Correlation of Prevalence Rate to the Efficiency of the Number of Covid-19 Swab Tests Using Binary Split Pool Test Method” di bidang Matematika, serta Audrey Cherilyn Ilham (SMA Cita Hati Christian School West Campus Surabaya) dengan penelitan berjudul ”inRange: An Enhanced BLE Proximity Measuring Approach with Kalman Filter and Trilateration” di bidang Ilmu Komputer.
Adapun medali perak dipersembahkan pasangan Angeline Felisca Tanujaya dan Yosua Suwardi (SMA Santa Laurensia Alam Sutera, Tangerang Selatan) dengan penelitian di bidang Fisika dan Teknik yang berjudul ”Membrane Characterization Using Electrochemical Impedance Spectroscopy Method”.
Tim Indonesia yang tersaring selanjutnya dibina oleh Center for Young Scientists selama delapan bulan dengan tenaga ahli dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Katolik Parahyangan, dan Bandung Fe Institut.
Sementara itu, dua medali perunggu dipersembahkan oleh pasangan Putri Larasati Leksono dan Ghitha Nadhira Azka Rahiemy (SMA Negeri 3 Bandung) melalui penelitian di bidang Ilmu Komputer dengan judul ”Natural Colorization Database of Indonesian Traditional Batik”, dan Jayson Santoso (SMA Cita Hati West Campuss Surabaya) melalui penelitiannya di bidang Matematika dengan judul ”The Absolute Win: Application of Statistical Pattern in 24-Cards Game”.
Tim Indonesia juga berhasil meraih sejumlah penghargaan untuk poster dari juara satu hingga juara tiga. Kompetisi peneliti belia secara daring ini dilaksanakan pada 27 September–1 Oktober 2021.
Direktur Center for Young Scientists Monika Raharti, Selasa (5/10/2021), mengatakan Tim Indonesia untuk lomba APCYS 2021 ini dibentuk melalui perjalanan panjang dari Lomba Peneliti Belia (LPB) tingkat provinsi, nasional, dan internasional, yang berlangsung dari bulan Juli-November 2020. Jumlah peserta yang mengikuti sistem lomba berjenjang ini sebanyak 1.538 siswa yang membawakan 919 judul penelitian.
”Setiap tahun, LPB diselenggarakan di 15 provinsi di Tanah Air oleh Center for Young Scientists dengan tujuan untuk meningkatkan iklim penelitian di jenjang sekolah menengah, dan membangun kreativitas, keberanian, dan kejujuran di dalam diri siswa melalui penerapan metode ilmiah pada penelitian,” jelas Monika.
Tim Indonesia yang tersaring selanjutnya dibina oleh Center for Young Scientists selama delapan bulan dengan tenaga ahli dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Katolik Parahyangan, dan Bandung Fe Institut. ”Diharapkan lebih banyak lagi peneliti belia terbentuk di Indonesia, guna mempersiapkan generasi penerus yang unggul dan cerdas,” kata Monika.
Memberikan solusi
Audrey yang meraih medali emas di bidang ilmu komputer mengatakan penelitiannya bertujuan untuk berkontribusi melawan penyebaran Covid-19 di antara siswa di sekolah. Penelitian yang ada sebelumnya, alat untuk mengatur jarak sosial dan sistem penelusuran kontak dikembangkan. Ada Bluetooth Low Energy (BLE) yang digunakan untuk mengukur jarak.
Namun, hasil tes pengukuran menjaga jarak menunjukkan akurasi yang terbatas. Karena itu, untuk mengatasi isu ini, dalam penelitian ini pengukuran kedekatan ditingkatkan menggunakan Kalman Filter dan rasio percobaan diajukan untuk meningkatkan akurasi metode pengukuran jarak BLE.
Sementara itu, Angelina dan Yosua mengajukan solusi untuk memodifikasi membran sebagai medium untuk penyaringan dan mengidentifikasi kaitan antara sifat elektrik membran dengan hasil penyaringan. ”Dalam penelitian ini, kami menggunakan membran selulosa asetat yang dimodifiaksi untuk memaksimalkan potensi membran. Kemudian, membran ini dicirikan dan sifat listrik membran dikaji untuk melihat apakah mereka memengaruhi hasil penyaringan dari membran,” jelas Angelina.
Yosua menambahkan, Indonesia masih menghadapi tantangan untuk menyediakan air bersih dan aman untuk dikonsumsi. Untuk itu, perlu proses penyaringan khusus dan metode penyaringan partikel kecil dan tidak terlihat yang dapat meningkatkan standar air keran di Indonesia.