Masyarakat Pedukuhan Karanggede hidup rukun berdampingan, saling menghormati dan menghargai. Sejauh ini tidak pernah timbul gesekan dalam pelaksanaan ibadah keagamaan.
Oleh
Nasrullah Nara
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Hadirnya empat tempat ibadah untuk umat yang berbeda keyakinan dalam sebuah lingkup pedukuhan menjadi penanda betapa bangsa Indonesia memang sudah terbiasa hidup harmoni dalam keberagaman. Semangat toleransi itu tampak di Pedukuhan Karanggede, Kelurahan Pendowoharjo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jika tidak aral melintang, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Rabu (29/9/2021), akan mencanangkan Desa Sadar Kerukunan Kelurahan Pendowoharjo. Dipusatkan di Pendopo Parasamya II kompleks kantor Bupati Bantul, acara yang dihelat Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY dengan didukung Pemerintah Daerah DIY ini juga dirangkaikan dengan peluncuran Pojok Wakaf Uang Digital.
”Dijadwalkan hadir langsung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Wakil Gubernur DIY Paku Alam X, Kakanwil Kemenag DIY Masmin Afif, dan Bupati Bantul Abdul Halim Muslih. Acara akan dimeriahkan bintang tamu Butet Kartaredjasa dan Marwoto,” ungkap Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag DIY Arief Gunadi.
Penyelenggara sudah merancang acara ini sedemikian apik dengan tetap menegakkan protokol kesehatan. Polanya hybrid meeting, gabungan dari partisipasi secara langsung dan virtual melalui teknologi digital. Tamu undangan terbatas demi mencegah timbulnya kerumunan. Khalayak dan pemangku kepentingan lainnya dapat mengikuti melalui media daring,” tutur Arief, yang juga ketua panitia kegiatan ini.
Keterangan yang dihimpun menyebutkan, desa yang menjadi simbol Sadar Kerukunan adalah Pedukuhan Karanggede, Desa Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul.
Menurut Arief, ditunjuknya Pedukuhan Karanggede karena di dukuh tersebut terdapat empat tempat ibadah, yakni masjid, Susteran Gembala Baik Hati, pura, dan gereja Kristen. ”Masyarakat Pedukuhan Karanggede hidup rukun berdampingan, saling menghormati dan menghargai. Sejauh ini tidak pernah timbul gesekan dalam pelaksanaan ibadah keagamaan,” papar Arief.
Wakaf uang digital
Terkait peluncuran pojok wakaf uang digital, Arief menjelaskan, Wakaf Uang Digital diawali dari KUA Rongkop dengan nama Pas Waktune (Pasangan Muda Sadar Wakaf Tunai) dimulai pada 2020.
”Ini merupakan layanan wakaf uang terpadu yang disediakan untuk mengajak masyarakat di tingkat kecamatan/kapanewon dapat berwakaf dengan mudah, murah, dan sederhana yang manfaatnya pengelolaan wakaf uang disalurkan kembali untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di kecamatan tersebut,” urai Arief menjelaskan.
Bekerja sama dengan Nazhir Wakaf Uang yang telah teregistrasi di Badan Wakaf Indonesia, wakaf uang dapat dilakukan dengan menyerahkan uang minimal Rp 50.000 (wakaf uang kolektif) dan minimal Rp 1.000.000 untuk wakaf uang abadi atau wakaf uang berjangka. Yang berwakaf (wakif) akan mendapatkan Sertifikat Wakaf Uang dan Akta Ikrar Wakaf Uang yang dikeluarkan Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS PWU) yang berperan sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf Uang (PPAIWU) sesuai peraturan perundang-undangan.
”Wakaf uang yang terhimpun dapat menjadi pembiayaan tanah-tanah wakaf yang ada di kecamatan untuk pertanian, perkebunan, peternakan, atau kegiatan ekonomi lainnya yang membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di kecamatan tersebut,” ujarnya.
Keberadaan Pojok Wakaf Uang Digital diharapkan dapat menjadi terobosan berbasis digital agar edukasi/promosi wakaf uang dapat dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif melalui sinergi lintas instansi dan lembaga. ”Wakaf juga terbukti dapat mendukung pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat,” kata Arief.
Sebelum berkunjung ke Bantul, Yaqut dijadwalkan terlebih dulu memberikan apresiasi kepada 26 orang yang terdiri dari siswa, guru, kepala madrasah, pengawas, dan tenaga kependidikan madrasah. Kegiatan pemberian apresiasi ini direncanakan dipusatkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Yogyakarta.
Sekolah setingkat SMA ini cukup berprestasi. Belum lama ini, siswanya bernama Karang Jimbaran Setyatrisila berhasil meraih medali emas tingkat internasional ajang moderasi beragama.
Secara umum, sumber daya Kementerian Agama di wilayah DIY sendiri menorehkan pencapaian berskala nasional. Dalam ajang Hari Guru Nasional beberapa waktu lalu, DIY memborong sembilan gelar terbaik, mulai dari guru terbaik, kepala madrasah terbaik, hingga pengawas madrasah terbaik, dan juga berbagai kejuaraan lainnya.