Patung Pendiri Kompas Gramedia Diresmikan di Bentara Budaya Jakarta
Patung para pendiri Kompas Gramedia kini berdiri berdampingan di Bentara Budaya Jakarta. Patung ini menjadi pengingat teladan yang diwariskan para pendiri.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Patung pendiri Kompas Gramedia, Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama (1931-2020), diresmikan di pelataran Bentara Budaya Jakarta pada Senin (27/9/2021). Kedua patung itu diharapkan menjadi pengingat generasi masa kini atas nilai-nilai yang diwariskan kedua tokoh pers tersebut, antara lain tentang perhatian terhadap kebudayaan dan pekerjaan pers berkualitas.
JAKARTA, KOMPAS — Patung kedua pendiri Kompas Gramedia, Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama (1931-2020), diresmikan di pelataran Bentara Budaya Jakarta pada Senin (27/9/2021). Patung tersebut diharapkan menjadi pengingat akan teladan dan semangat yang diwariskan kedua tokoh pers tersebut.
Patung Jakob Oetama dibuat oleh seniman Azmir Azhari selama lebih kurang empat bulan. Azmir membuat patung dengan mengacu pada sejumlah foto dan video Jakob Oetama. Kendati tidak mengenal pribadi Jakob Oetama secara langsung, Azmir mengenali karakternya antara lain melalui diskusi dengan keluarga serta kurator Bentara Budaya.
Sementara itu, patung PK Ojong telah lebih dulu diresmikan dan diletakkan di kawasan Bentara Budaya Jakarta sejak 1987. Patung tersebut dibuat oleh seniman Arsono.
Tanpa mengenal budaya, tidak mungkin kita mewujudkan Indonesia mini dalam tugas pewartaan berita-berita kita, analisis kita.
Kurator Bentara Budaya GP Sindhunata mengatakan, patung Jakob Oetama kini melengkapi patung PK Ojong. Keduanya merupakan dwitunggal yang meletakkan dasar hidup Kompas Gramedia hingga berkembang seperti sekarang. Salah satu prinsip dasar yang kerap ditekankan Jakob Oetama adalah memanusiakan manusia.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Azmir Azhari (68), seniman patung
Gagasan lain yang disampaikan pendiri Kompas Gramedia adalah menjadikan lembaga ini sebagai Indonesia mini. Kecintaan PK Ojong dan Jakob Oetama terhadap kebudayaan memperkuat gagasan itu.
Kepedulian PK Ojong terhadap kebudayaan antara lain tampak dari karya-karya seni yang ia kumpulkan dari berbagai daerah di Indonesia. Ia kerap berjalan-jalan keliling daerah ditemani GM Sudarta. Menurut dia, apresiasi dan dukungan ke seniman juga patut diwujudkan dengan membeli karya seni.
Semangat kebudayaan tersebut kemudian dilanjutkan Jakob Oetama dengan mendirikan Bentara Budaya pada 1982. Bentara Budaya pertama berdiri di Yogyakarta. Sindhunata mengatakan, sejak pertama didirikan, Bentara Budaya berorientasi pada seni pinggiran. Semangat itu masih dihayati hingga sekarang.
”Tanpa mengenal budaya, tidak mungkin kita mewujudkan Indonesia mini dalam tugas pewartaan berita-berita kita, analisis kita,” ucap Sindhunata.
”Saya harap kedua patung mengingatkan kita semua akan hal tersebut. Untuk rekan-rekan Kompas Gramedia, agar saat memandang kedua patung ini, semangatnya bangkit untuk meneruskan visi hidup bagi bangsa, negara, masyarakat, dan bagi kita sendiri,” tuturnya.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Patung para pendiri Kompas Gramedia, Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama (1931-2020), diresmikan di pelataran Bentara Budaya Jakarta pada Senin (27/9/2021). Kedua patung itu diharapkan menjadi pengingat generasi masa kini atas nilai-niali yang diwariskan kedua tokoh pers tersebut, antara lain tentang perhatian terhadap kebudayaan dan pekerjaan pers berkualitas,
Putri PK Ojong, Sri Mariani Ojong, mengatakan, kedua patung tersebut merupakan simbol syukur dan hormat atas dedikasi PK Ojong dan Jakob Oetama semasa hidup. Keduanya dinilai konsisten mencerahkan bangsa melalui produk jurnalistik berkualitas.
Ia berharap agar patung itu menjadi pengingat akan nilai-nilai yang ditanamkan kedua tokoh tersebut. ”Pak PK Ojong dan Pak Jakob Oetama memang sudah tidak lagi bersama kita. Namun, semangat, cita-cita, dan nilai yang diajarkan pada kita akan tetap menjadi warisan yang tidak lekang oleh waktu,” tutur Sri.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Patung para pendiri Kompas Gramedia Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama (1931-2020), diresmikan di pelataran Bentara Budaya Jakarta pada Senin (27/9/2021). Kedua patung itu diharapkan menjadi pengingat generasi masa kini atas nilai-niali yang diwariskan kedua tokoh pers tersebut, antara lain tentang perhatian terhadap kebudayaan dan pekerjaan pers berkualitas.
Menurut putra Jakoeb Oetama, Irwan Oetama, kedua pendiri Kompas Gramedia telah mengajarkannya tentang kerja keras, kejujuran, teladan, hingga cara berinteraksi yang humanis. Selain itu, keduanya juga mencerminkan pentingnya iman dan pengharapan terhadap kuasa ilahi.
”Pak Jakob Oetama selalu berdoa sebelum kerja. Kalau beliau pulang, di rumah ia akan mengatakan, matur nuwun Gusti Allah,” ucap Irwan.
Wakil Presiden periode 2004-2009 dan 2014-2019 Jusuf Kalla mengatakan, pemikiran dan karya PK Ojong serta Jakob Oetama telah memberi pencerahan dan harapan dalam bernegara. Misalnya, melalui pekerjaan jurnalistik keduanya.
”Keduanya patut jadi contoh legacy dunia media karena, di samping memberi informasi yang akurat dan independen, keduanya juga memberi nilai-nilai kebangsaan,” tutur Kalla.