Cegah Karhutla, Sumsel Siapkan Kurikulum Gambut bagi Siswa Sekolah Dasar
Pemerintah Sumsel mulai merancang kurikulum materi muatan lokal tentang pendidikan lingkungan, lahan gambut, dan daerah aliran sungai untuk tingkat sekolah dasar. Langkah ini menjadi salah satu bentuk mitigasi bencana.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pemerintah Sumatera Selatan mulai merancang kurikulum materi muatan lokal tentang pendidikan lingkungan, lahan gambut, dan daerah aliran sungai untuk tingkat sekolah dasar. Langkah ini salah satu bentuk mitigasi bencana kebakaran lahan dan hidrometeorologi yang kerap terjadi di Sumatera Selatan.
Ketua Forum Koordinasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Sumatera Selatan Syafrul Yunardi, Kamis (23/9/2021), di Palembang, mengatakan, saat ini pihaknya bekerja sama lembaga The International Centre for Research In Agroforestry (Icraf) dan Pemerintah Kabupaten Banyuasin merancang kurikulum untuk materi muatan lokal pendidikan lingkungan yang membahas tentang gambut dan daerah aliran sungai.
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang lingkungan sejak dini. ”Menurut rencana, materi ini diajarkan untuk siswa kelas IV sampai VI sekolah dasar di Kabupaten Banyuasin,” kata Syafrul. Selain di Banyuasin, muatan lokal tentang lingkungan, utamanya gambut, juga akan disampaikan kepada siswa yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Kedua daerah ini dipilih karena merupakan daerah yang memiliki lahan gambut terluas di Sumsel, tetapi menjadi daerah yang juga rentan terkena bencana kebakaran lahan setiap tahunnya. Tim Restorasi Gambut Daerah Sumatera Selatan mencatat luas lahan gambut di Sumsel mencapai 1,2 juta hektar, sebagian besar kondisinya sudah kritis dan berisiko mengalami kebakaran lahan.
”Jika lahan gambut yang tersisa tidak dijaga, tentu akan meningkatkan risiko terjadinya bencana,” ujar Syafrul.
Begitupun dengan daerah aliran sungai di Sumsel yang juga kritis karena masifnya deforestasi hutan. Data dari dinas kehutanan Sumsel dari sekitar 3,46 juta hektar kawasan hutan di Sumsel sekitar 700.000 hektar di antaranya sudah kritis.
Menurut rencana, materi ini diajarkan untuk siswa kelas IV sampai VI sekolah dasar di Kabupaten Banyuasin (Syafrul Yunardi).
Ketika hal itu terjadi dan tidak ditanggulangi, bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, berpotensi besar terjadi di Sumsel. ”Harapannya, ketika anak-anak sudah mengenal gambut, pemahaman untuk menjaganya semakin besar dan terbawa sampai mereka dewasa,” kata Syafrul.
Dalam kurikulum yang akan dirancang, siswa akan dikenalkan apa itu gambut dan daerah aliran sungai, bagaimana cara merawatnya, serta dampak yang ditimbulkan ketika gambut dan daerah aliran sungai tidak terjaga.
Untuk itu, ujar Syafrul, pihaknya telah menggandeng Icraf yang memiliki banyak hasil riset tentang lingkungan, termasuk gambut. ”Kekayaan inilah yang akan menjadi bahan ajar bagi siswa nantinya,” ucapnya.
Penyusunan kurikulum, lanjut Syafrul, membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Pembuatan mulai dari bahan ajar, alat peraga, dan simulasi belajar-mengajar.
”Setelah dirancang, kurikulum ini akan disampaikan kepada guru agar mereka dapat mengajarkan kepada siswa secara optimal,” kata Syafrul. Jika skema ini berhasil, muatan lokal lingkungan ini akan diteruskan sampai SMA.
Direktur Icraf Indonesia Sonya Dewi berpendapat pengenalan gambut sejak dini dinilai penting agar siswa juga memiliki kesadaran untuk menjaga gambut yang ada di sekitarnya. Gambut memiliki karakteristik kaya akan air. Jika lahan tersebut dibiarkan kering, risiko terbakar pun sangat besar. Apalagi, Sumatera Selatan termasuk daerah yang memiliki lahan gambut yang cukup luas.
Karena itu, ujar Sonya, dirinya sangat mengapresiasi langkah pemerintah Sumsel ini dan diharapkan dapat ditularkan kepada daerah lain yang juga memiliki lahan gambut. Jika program ini dapat berjalan baik diharapkan potensi kebakaran lahan di Sumsel bisa ditekan.
Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan Riza Pahlevi menuturkan, pihaknya akan mendukung program ini karena memang invenstasi terpenting untuk pelestarian lingkungan adalah manusianya itu sendiri. Dia berharap guru dapat mengikuti program ini dan bisa berpikir lebih kreatif guna mencari cara bagaimana materi ajar tentang lingkungan ini dapat diserap dengan optimal oleh siswa.