Kukuhkan 15 Guru Besar, Universitas Lampung Cetak Rekor Muri
Universitas Lampung mengukuhkan 15 guru besar dari berbagai bidang ilmu. Pengukuhan guru besar yang mencetak rekor Muri itu diharapkan meningkatkan kualitas pendidikan dan kiprah Unila.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Universitas Lampung atau Unila mengukuhkan 15 guru besar dari berbagai bidang ilmu, Rabu (22/9/2021). Pengukuhan guru besar yang mencetak rekor Muri itu diharapkan meningkatkan kualitas pendidikan dan kiprah Unila di kancah regional dan internasional.
Acara pengukuhan guru besar Unila digelar secara terbatas di Gedung Serbaguna Universitas Lampung pukul 08.30 WIB. Acara tersebut juga disiarkan secara daring melalui aplikasi Zoom dan Youtube.
Guru besar yang dikukuhkan berasal dari tujuh fakultas. Dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, ada lima guru besar yang dikukuhkan. Para guru besar tersebut adalah Yuliansyah (ilmu akuntansi manajemen), Nurdiono (ilmu akutansi sektor publik), Mahrinasari (ilmu manajemen), Toto Gunarto (ilmu ekonomi dan pembangunan), dan Einde Evana (ilmu akutansi).
Dari Fakultas Teknik, ada tiga guru besar yang dikukuhkan, yakni Sugiyanto (ilmu teknik mesin), M Badaruddin (ilmu mekanika kekuatan material), dan Jono Agustian (ilmu teknik kimia). Adapun dua guru besar dari Fakultas Pertanian yang dikukuhkan adalahChristine Wulandari (ilmu manajemen hutan) dan Dwi Hapsoro (ilmu bioteknologi pertanian).
Dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, ada dua guru besar yang dikukuhkan. Mereka adalah Undang Rosidin (ilmu evaluasi dan asesmen) dan Sunyono (ilmu metodologi pembelajaran kimian).
Sementara itu, Fakultas Hukum, Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan Alam, serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mengukuhkan masing-masing satu guru besar. Mereka adalah Hamzah (ilmu hukum), La Zakaria (ilmu matematika), dan Hartoyo (ilmu sosiologi).
Rektor Universitas Lampung Karomani menuturkan, Universitas Lampung berhasil memecahkan rekor Muri untuk pengukuhan guru besar terbanyak di Indonesia. Pengukuhan 15 profesor pada saat bersamaan itu merupakan hal pertama kali dalam sejarah Unila
Dalam lima tahun terakhir, kata Karomani, penambahan jumlah guru besar di Unila cenderung lambat. Pada 2017, Unila menambah lima guru besar. Tahun berikutnya, Unila hanya menambah satu guru besar.
Karena itulah, dia bertekad mencetak lebih banyak guru besar sejak menjabat rektor pada November 2019. ”Saya berkomitmen terus mendorong program percepatan guru besar di Universitas Lampung,” kata Karomani.
Selama pandemi, Unila kehilangan empat guru besar karena terpapar Covid-19 dan penyakit lain.
Kehilangan
Menurut dia, dengan pengukuhan 15 guru besar tersebut, Universitas Lampung kini memiliki 76 guru besar. Selama pandemi, Unila kehilangan empat guru besar karena terpapar Covid-19 dan penyakit lain.
Para guru besar yang wafat selama pandemi adalah Wahyu Sasongko (ilmu hukum keperdataan), Sunarto (ilmu hukum pidana), Sindung Haryanto (ilmu sosiologi), dan Muhartono (ilmu kedokteran).
Karomani berharap pengukuhan guru besar tersebut juga bisa meningkatkan kualitas pendidikan dan kiprah Unila. Memasuki usia ke-56 tahun, Unila bertekad terus mengembangkan kiprah di kancah regional dan internasional. Salah satunya dengan bekerja sama dengan perguruan tinggi di provinsi dan negara lain.
Saat menyampaikan orasi ilmiahnya, Yuliansyah menuturkan, insitusi perguruan tinggi menghadapi berbagai tantangan yang datang dari persaingan global. Untuk itu, perguruan tinggi harus terus melakukan evaluasi kinerja, yakni dengan cara menetapkan tujuan pada jangka waktu tertentu, memantau capaian tujuan, serta menggunakan informasi teknologi untuk mencapai tujuan.
Dia menambahkan, ada tujuh kategori yang perlu dievaluasi agar sebuah perguruan tinggi bisa terus bersaing dalam jangka panjang. Kategori tersebut adalah kepemimpinan, rencana strategi, fokus mahasiswa, dan stakeholder. Selanjutnya adalah evaluasi manajemen pengukuran, analisi, pengetahuan, fokus fakultas dan staf, manajemen proses, serta evaluasi hasil kinerja dan organisasi.