Program ini tergolong ”awet”. Bisa tetap berjalan dalam empat era menteri pendidikan yang berbeda. Bermula dari tahun 2013 di era Mohammad Nuh, berlanjut di era Anies Baswedan, Muhadjir Effendi, hingga Nadiem Makarim.
Oleh
Nasrullah Nara
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 500 siswa asal Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat mengikuti kegiatan Penguatan Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara, Rabu-Sabtu (22-25/9/2021). Mereka merupakan para siswa pilihan yang lolos seleksi penerima beasiswa Program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) angkatan ke IX tahun ajaran 2021/2022.
Lokasi pelaksanaan kegiatan tersebut tersebar di enam provinsi yang menjadi sentra program Adem selama ini, yakni Serang (Banten), Bandung (Jawa Barat), Magelang (Jawa Tengah), Yogyakarta (DIY), Malang (Jawa Timur), dan Denpasar (Bali). Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menjadi pemrakarsa utama kegiatan itu dengan menggandeng sejumlah institusi terkait.
Selama empat hari, mereka dijadwalkan mengikuti materi secara daring sesuai dengan protokol kesehatan. Mengusung tema ”Bergerak Bersama Wujudkan Profil Pelajar Pancasila”, kegiatan ini melibatkan Yayasan Penuntun Masa Depanku (Pesanku), TNI Angkatan Darat (Rindam Jaya, Rindam III Siliwangi, dan Rindam V Brawijaya), TNI Angkatan Udara (Institut Teknologi Dirgantara Adisutjipto, Yogakarta), TNI Angkatan Laut (Korps Marinir), Kementerian Pertahanan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Narkotika Nasional, serta sejumlah motivator sebagai pemateri.
Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) Kemendikbud Ristek Samto mengatakan, kegiatan ini merupakan upaya penguatan pendidikan karakter bagi peserta didik Program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) kelas X tahun ajaran 2021/2022. ”Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini selama empat hari, para siswa dapat mengenal semangat cinta Tanah Air, nasionalisme, patriotisme, dan kebangsaan yang kuat,” kata Samto pada acara pembukaan kegiatan tersebut.
Para peserta kegiatan Penguatan Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara adalah anak-anak yang ikut Program Adem Papua dan Papua Barat kelas X SMA/SMK. Mereka tersebar di Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Bali. Total peserta 500 siswa, terdiri dari 350 siswa dari Provinsi Papua dan 150 siswa dari Papua Barat. Sejak digulirkan tahun 2013, keenam provinsi tersebut memang menjadi sentra kegiatan Adem.
Selain belajar secara reguler di bangku, peserta juga dapat berasimilasi dan berinteraksi dengàn masyarakat dari latar belakang budaya yang berbeda.
Di wilayah-wilayah tersebut, mereka ditebar di sejumlah SMA/SMA di beberapa kabupaten/kota. Harapannya, selain belajar secara reguler di bangku, peserta juga dapat berasimilasi dan berinteraksi dengàn masyarakat dari latar belakang budaya yang berbeda.
Program berkelanjutan
Program Adem merupakan salah satu upaya pemerintah memeratakan kualitas pendidikan, khususnya bagi anak-anak Papua dan Papua Barat. Program ini juga mencakup daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) lainnya. Para siswa terbaik dari daerah itu disiapkan memiliki kemampuan belajar yang setara dengan sebagian besar anak-anak di pulau Jawa dan Bali.
Program ini tergolong ”awet” dan berkelanjutan. Terbukti, bisa tetap berjalan dalam empat era menteri pendidikan yang berbeda. Bermula dari tahun 2013 di era Mohammad Nuh, berlanjut di era Anies Baswedan, Muhadjir Effendi, hingga Nadiem Makarim.
Saat ini, berdasarkan data Direktorat PMPK, tercatat di enam provinsi di Jawa dan Bali, jumlah siswa kelas X, XI dan XII asal Papua dan Papua Barat yang tengah belajar tercatat 1.263 anak. Sementara siswa yang berasal dari daerah 3T sedang mengikuti program Adem, yaitu 1.302 siswa. Adapun peserta program Afirmasi Repatriasi tercatat 1.165 anak. Total siswa yang mengikuti memperoleh layanan Adem yang tengah belajar saat ini tercatat 3.730 anak.
Sejauh ini, tercatat jumlah peserta didik yang telah lulus atau menjadi alumni program Adem Papua dan Papua Barat adalah 2.083 anak. Lulusan program Adem 3T tercatat 750 orang anak dan lulusan Adem Repatriasi adalah 181 anak.
Jiwa gotong royong
Menurut Direktur PMPK, profil pelajar Pancasila di satuan yang menjadi kunci pengembangan pendidikan Pancasila akan berbentuk project based learning yang akan menjadi salah satu metode melatih jiwa gotong royong dan kreativitas siswa. Tidak hanya dengan membaca materi lalu diuji, tetapi juga untuk menciptakan karya.
Samto menguraikan, pendidikan karakter menjadi salah satu mandat yang harus dilaksanakan pemerintah. Kemendikbud Ristek memiliki tugas mempersiapkan manusia Indonesia pada masa yang akan datang. Demi mencapai tujuan tersebut, telah dibuat kurikulum pendidikan yang berbasis Pancasila. Ada enam profil yang menjadi fokus pembinaan pendidikan karakter ini. Keenam profil tersebut disebut sebagai Profil Pelajar Pancasila.
Menurut Samto, pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai insan pembelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif,
”Ciri pelajar Pancasila yang diharapkan adalah kemampuan untuk selalu kritis dalam menghadapi keterbukaan informasi yang cepat dan keabsahannya dipertanyakan. Apabila tidak berpikir kritis, informasi yang tidak benar bisa ditelan mentah-mentah hingga menjadi bumerang. Salah satu tantangan berpikir kritis itu adalah melawan hoaks,” ujarnya.
Nilai-nilai karakter yang dimaksud juga mencakup jiwa kreatif dalam menjawab tantangan perkembangan zaman. ”Selain adaptif, kita juga harus imbangi dengan kreatif. Jangan sampai hanya menjadi pengikut pasif. Saatnya pelajar tampil menciptakan inovasi-inovasi yang baru.
Antusias
Hermanus, peserta Adem Papua yang kini belajar di SMA Negeri 1 Subang, Jawa Barat, tampak antusias mengikuti kegiatan Wawasan Kebangsaan dan Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dia berharap kegiatan yang menampilkan sejumlah tokoh terbaik Papua dan Indonesia timur yang memberikan penguatan dalam kegiatan ini bisa didengar pesannya terkait dengan upaya merajut persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai Pancasila.
”Semoga kesempatan bagi pelajar di Papua dan Papua Barat dapat merasakan program Adem semakin banyak. Banyak anak di Papua yang bermimpi setinggi langit, termasuk berharap dapat mengenyam pendidikan bersama sesama anak bangsa lainnya di Jawa, Sumatera, atau Sulawesi,” katanya.