Rektor UGM: Gunakan Waktu untuk Mendukung Produktivitas Kita
Masyarakat disarankan untuk menggunakan waktu demi melakukan hal-hal baik. Penggunaan waktu juga sebaiknya dimaksimalkan untuk mendukung produktivitas dalam menjalani hidup.
Oleh
HARYO DAMARDONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Daripada menghabiskan waktu untuk sekadar menjelajahi media sosial, masyarakat disarankan untuk menggunakannya demi melakukan hal-hal baik. Penggunaan waktu juga sebaiknya dimaksimalkan untuk mendukung produktivitas dalam menjalani hidup.
”Teman saya di Jepang, mayoritas justru (hanya) punya e-mail. Ini berbeda dengan kita, orang Indonesia, yang lebih banyak bermedia sosial,” kata Rektor Universitas Gadjah Mada Panut Mulyono, Jumat (10/9/2021), saat membuka diskusi literasi digital bertema ”Banjir Informasi dan Tantangan Menghadapi Berita Bohong”.
Diskusi literasi digital itu merupakan kerja sama antara harian Kompas dan Universitas Gadjah Mada dengan dukungan PT Great Giant Pineapple.
Berdasarkan data per Januari 2021, orang Jepang rata-rata mempunyai 3,8 akun media sosial. Sementara orang Indonesia rata-rata mempunyai 10 akun media sosial yang tercatat sebagai tiga besar negara dengan kepemilikan akun media sosial terbesar.
”Karena orang Indonesia cenderung suka dengan dunia digital, maka memang perlu diedukasi,” ujar Panut. Edukasi dinilai penting supaya masyarakat tidak justru menjadi penyebar kabar bohong.
Menurut Panut, ada kecenderungan di masyarakat untuk memperlihatkan diri kalau lebih cepat tahu daripada orang lain. ”Belum dibaca (isinya), baru baca judul, langsung diteruskan. Padahal isinya tidak benar,” ujarnya.
Menurut Panut, ada kecenderungan di masyarakat untuk memperlihatkan diri kalau lebih cepat tahu daripada orang lain.
Fenomena publik untuk meneruskan begitu saja berita hoaks pernah menjadi kajian survei Litbang Kompas. Menurut Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra, berdasarkan hasil survei Litbang Kompas November 2019, hanya 47 persen responden yang mengecek kebenaran informasi ke media yang dipercaya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika pun merilis ada 1.656 temuan isu hoaks selama 23 Januari 2020 hingga 22 Juni 2021. Banjir informasi membawa banyak dampak buruk, antara lain, memicu kebingungan dan perpecahan serta mengganggu relasi keluarga.
Walau demikian, kata Panut, apabila masyarakat dapat menggunakan media sosial dengan baik atau mencari informasi dengan tepat di internet, manfaatnya juga cukup banyak. ”Dengan hanya membaca dari handphone saja, sudah dapat ilmu politik, misalnya,” ujarnya.
Hal senada dikatakan Sutta. ”Tidak ada yang salah dengan penggunaan media sosial ketika digunakan dengan benar. Jadi, benar seperti dikatakan Pak Panut, memang butuh edukasi,” kata Sutta.
Kerja sama riset
Sementara itu, Direktur External Affairs PT Great Giant Pineapple (GGP) Welly Soegiono mengatakan, pada era informasi daring ini, diharapkan masyarakat dapat berpikir dengan jernih dan rasional. ”Karyawan kami, perguruan tinggi, diharapkan ada critical thinking-nya,” ujarnya.
”Kami menganggap Kompas mempunyai produk jurnalistik yang paling berkualitas. Karena itu, Kompas kami gandeng untuk bersama-sama menyebarkan produk jurnalistik yang baik bagi UGM,” kata Welly.
Sejauh ini, Kompas dan Kompas.id berupaya menghadirkan jurnalisme presisi, liputan investigasi, dan produk jurnalistik lain yang bisa dipertanggungjawabkan. Produk jurnalistik itu butuh kolaborasi dengan banyak pihak, termasuk perguruan tinggi.
Harapan tinggi juga disampaikan Welly bagi perguruan tinggi. ”Kenapa? Karena kami ini tidak akan memperbesar lagi riset (internal). Kalau harus merekrut sendiri peneliti, butuh berapa banyak. Kami akan lebih banyak bekerja sama riset dengan perguruan tinggi,” tuturnya.
”Ketika GPP akan ekspor ke luar negeri, maka pendekatannya harus multidisiplin. Jadi, lebih baik bekerja sama dengan perguruan tinggi saja untuk mengkajinya,” ujar Welly.