Optimalkan Teknologi Pendidikan untuk Atasi Ketertinggalan Pembelajaran
Pandemi Covid-19 telah berdampak besar pada, salah satunya, sektor pendidikan. Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan dinilai akan sangat membantu proses belajar dan mengajar selama pandemi.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketertinggalan pembelajaran sebagai dampak pandemi Covid-19 dapat dikejar dengan memanfaatkan teknologi pendidikan. Untuk itu, guru harus terus mengatasi kesulitan dalam pembelajaran daring guna mendukung pembelajaran tatap muka yang sudah secara bertahap dilakukan.
Di acara Peluncuran Alta School dan Ruangguru, Kamis (9/9/2021), Head of Corporate Communication Ruangguru Anggini Setiawan mengatakan, salah satu dampak pandemi Covid-19 adalah krisis pendidikan. Penyesuain untuk memperkuat pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi di masa pandemi memang butuh waktu. Namun, jika diterapkan dengan baik, termasuk membangung ekosistemnya, pembelajaran daring juga akan efektif.
”Apabila kita tidak memanfaatkan teknologi pendidikan sebaik-baiknya, langkah untuk mengatasi learning loss jadi lamban,” kata Anggini.
Ruangguru sebagai platform teknologi pendidikan yang didirikan tahun 2014 kini sudah memiliki 25 juta pengguna di Indonesia. Layanannya juga sudah ekspansi ke negara seperti Vietnam dan Thailand, dari jenjang TK-SMA dan belajar sepanjang hayat (lifelonglearning).
Kepala Sekolah Alta School Devi Silviaty Gunawan mengatakan, kerja sama dengan Ruangguru menghadirkan layanan pendidikan dengan metode blended learning atau campuran. Meskipun berbentuk lembaga pendidikan nonformal dalam bentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, layanan pendidikan disajikan setara sekolah konvensional dengan kurikulum nasional.
”Kami mengoptimalkan teknologi pendidikan untuk menjawab kebutuhan orangtua yang ingin anak-anak aman bersekolah di masa pandemi, namun kualitas hasil belajar baik. Kami ingin menjawab kebutuhan sekolah online yang diharapkan orangtua, yang memberikan pendidikan holistik untuk siswa,” jelas Devi.
Apabila kita tidak memanfaatkan teknogi pendidikan sebaik-baiknya, langkah untuk mengatasi learning loss jadi lamban.
Menurut Devi, pembelajaran campuran di Alta School menggabungkan pembelajaran daring dengan learning management system (LMS) di platform Ruangguru dan memberikan aktivitas mandiri yang dikerjakan di rumah. Selain itu, ada tautan penilaian pribadi dan evaluasi dari guru/ pendamping.
”Kami menyinergikan secara live teaching dan home based project. Jadi, orangtua merasa antusias karena bisa memberikan sekolah yang aman dan belajar daring yang membangun akademik dan karakter siswa yang masih sulit ditemui di pembelajaran jarak jauh (PJJ) sekolah konvensional,” kata Devi.
Anggini mengatakan, pemanfaatan LMS ruang kelas membuat pembelajaran oleh guru terkelola dengan baik. Sistem ini menjadi cara untuk membentuk ekosistem belajar digital dengan menerjemahkan proses belajar yang luring ke daring, bisa melacak hasil belajar siswa, mengajar, dan memberi nilai.
Menurut Anggini, teknologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan metode belajar yang terpersonalisasi. Siswa punya keunikan dan minat masing-masing. Penyajian tiap mata pelajaran bisa disesuaikan dengan kondisi tiap siswa.
Sebagai contoh materi belajar bisa diulangi jika siswa merasa belum jelas. Bisa juga dipercepat jika siswa merasa sudah mengerti.
Konten belajar pun dibuat berkualitas dna menarik yang memotivasi siswa untuk belajar secara mandiri. Dengan memanfaatkan teknologi, belajar bukan lagi kegiatan yang berat.
”Dengan mengoptimalkan teknologi pendidikan, ke depan harapannya bisa berkontribusi menaikkan hasil tes PISA (Program for International Student Assessment) siswa Indonesia,” kata Anggini.
Secara terpisah, pendiri sekaligus Chief Education Officer Zenius Sabda PS mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukan oleh platform edukasi teknologi Zenius, 66 persen pengguna platform ini menyatakan lolos ujian tes berbasis komputer (UTBK) tahun ini. Jumlah tersebut naik 15 persen dari tahun lalu, yaitu 51 persen. Survei tersebut dilakukan Zenius terhadap lebih dari 2.500 penggunanya.
”Ini merupakan sebuah hal yang membanggakan, mengingat siswa-siswa tersebut merupakan lulusan UTBK yang belajar dengan metode PJJ selama satu tahun ajaran penuh. Siswa yang ikut UTBK di tahun ajaran sebelumnya masih merasakan sekolah tatap muka, meski harus terpotong karena pandemi,” kata Sabda.
Menurut Sabda, platform edukasi teknologi juga berupaya untuk mengembangkan materi pembelajaran yang dapat memacu kecintaan belajar dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. ”Ke depan, kami akan terus memanfaatkan teknologi dan inovasi kami untuk membantu Indonesia dalam menjadikan siswa menjadi individu yang cerah, cerdas, dan asik,” kata Sabda.
Di survei terpisah, Zenius juga menanyakan keterampilan yang siswa dapatkan setelah belajar menggunakan aplikasi Zenius. Hasilnya, dari 1.700 pengguna yang ditanya, lebih dari 76 persen pengguna setuju Zenius membantu mereka untuk mencari akar masalah dan melihat gambaran besar dari sebuah hal, 75 persen setuju Zenius mengajarkan mereka untuk berpikir secara matematis dan ilmiah, dan 70 persen setuju Zenius membantu mereka untuk menganalisis sebuah argumen sistematis daripada hanya sekadar hafalan.