Pembangunan Jalur Candi Mendut-Pawon-Borobudur Ditunda
Pembangunan jalur Candi Pawon-Mendut-Borobudur yang dijadwalkan pada tahun ini terpaksa ditunda. Penundaan dilakukan karena di lokasi pembangunan ditemukan sejumlah benda cagar budaya.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
Kompas/Ferganata Indra Riatmoko
Pekerja membangun gerbang dan tempat peristirahatan di Desa Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo, DI Yogyakarta, dekat jembatan Sungai Progo, batas antara DIY dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (4/11/2020).
MAGELANG, KOMPAS — Pembangunan skywalk dan jembatan yang menjadi jalur akses Candi Mendut-Candi Pawon-Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mundur dari jadwal semula, dimulai tahun ini. Penundaan itu dilakukan karena di areal yang semula direncanakan menjadi lokasi pembangunan ditemukan sejumlah benda cagar budaya.
Individual consultant Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur, Bangun Setia Budiaji, mengatakan, benda cagar budaya (BCB) ditemukan di Desa Bojong, Kecamatan Mungkid. Dengan adanya temuan tersebut, kelanjutan pembangunan harus menunggu hasil kajian Balai Konservasi Borobudur (BKB) terlebih dahulu.
”Dari hasil kajian itulah, kita baru bisa mengetahui apakah bisa menjalankan kegiatan pembangunan fisik sesuai rencana semula, atau harus melakukan sejumlah perubahan teknis konstruksi demi melindungi area-area tertentu,” ujarnya, Selasa (7/9/2021).
Patung Budha di Candi Borobudur tertutup abu dari erupsi Gunung Merapi, Kamis (12/8/2021).
Temuan situs apa pun di lokasi tersebut, menurut dia, dipastikan tidak akan mengganggu bangunan fisik skywalk dan jembatan. Jika ada temuan situs yang cukup besar di bagian tengah area skywalk, misalnya, perubahan yang mungkin dilakukan adalah dengan memasang lapisan kaca di lantai skywalk sehingga pengunjung bisa melihat situs tersebut dari atas.
”Temuan situs justru akan semakin menambah daya tarik tempat skywalk dan jembatan sebagai bagian dari destinasi wisata,” ujarnya.
Skywalk yang dimaksudkan adalah semacam jalan layang bagi para pejalan kaki yang direncanakan dibangun di atas Kali Progo. Dibangun di Desa Bojong, Kecamatan Mungkid hingga ke Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, skywalk dan jembatan ini menjadi jalur yang menghubungkan Candi Mendut, Candi Pawon, dan Candi Borobudur. Jalur ini sengaja dibangun karena diduga, di masa lampau, ada aktivitas tertentu warga yang dilakukan di tiga candi tersebut.
Selain pembangunan skywalk dan jembatan, dilakukan pula penataan kawasan Borobudur. Di antaranya, pembangunan tiga gerbang penanda kawasan budaya di daerah Blondo di Kecamatan Mungkid, di Desa Kembanglimus di Kecamatan Borobudur, serta di pertigaan Palbapang di Kecamatan Mungkid.
Gerbang di Blondo memakai simbol Kalpataru, gerbang di Desa Kembanglimus menampilkan simbol gajah, sedangkan gerbang di Palbapang menampilkan simbol singa. Pembangunan tiga gerbang saat ini sudah mencapai sekitar 50 persen, dan pembangunan dijadwalkan selesai pada Desember 2021.
Pekerja membangun gerbang dan tempat peristirahatan di Desa Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo, DI Yogyakarta, yang terletak di dekat jembatan Sungai Progo yang merupakan perbatasan antara DIY dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (4/11/2020).
Yudi Suhartono, pamong ahli madya dari Balai Konservasi Borobudur (BKB), mengatakan, pihaknya sudah dua kali melakukan ekskavasi di areal yang akan menjadi lokasi pembangunan skywalk dan jembatan di Desa Bojong.
Dari kegiatan tersebut, ditemukan manik-manik berwarna merah, pecahan tembikar bermotif geometris, dan lapisan perkerasan batuan yang biasanya berada di bawah fondasi bangunan. Temuan itu didapatkan dari kegiatan eksvakasi yang dilakukan pada bulan Mei dan Juli.
Sekalipun belum bisa mengambil kesimpulan apa pun, Yudi mengatakan, temuan tersebut penting untuk ditindaklanjuti.
”Mengacu pada temuan itu, kami memutuskan akan kembali melakukan ekskavasi secara menyeluruh di kawasan tersebut pada Oktober mendatang,” ujarnya.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Biksu memimpin ritual doa yang diselenggarakan dua kali dalam sebulan di kompleks Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (10/6/2021).
Salah satu hal yang dinilai penting adalah pecahan tembikar yang memiliki motif geometris, serupa dengan temuan tembikar di sekitar Candi Borobudur. Dengan adanya kemiripan tersebut, diperkirakan tembikar merupakan karya masyarakat yang hidup pada sekitar 800 Masehi, masa yang sama saat Candi Borobudur dibangun.
Sebelumnya, ekskavasi tidak bisa langsung ditindaklanjuti karena terkendala pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Adapun saat terjadi situasi darurat Covid-19, serta Kabupaten Magelang harus menerapkan PPKM level 4, ekskavasi dinilai tidak mungkin dilakukan. Hal itu karena biasanya kegiatan tersebut harus dilakukan oleh sekelompok orang secara berkerumun, dan mereka juga tidak bisa terus-menerus memakai masker.