Pergelaran ”Sih” Meriahkan Puncak Sastra Saraswati Sewana di Ubud
Apresiasi sastra Bali dan lomba sastra Bali bertajuk Sastra Saraswati Sewana yang dilaksanakan Yayasan Puri Kauhan Ubud, Gianyar, berakhir pada Sabtu (28/8/2021). Puncak acara disemarakkan dengan pergelaran ”Sih”.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
GIANYAR, KOMPAS — Rangkaian kegiatan apresiasi sastra Bali dan lomba sastra Bali bertajuk Sastra Saraswati Sewana berakhir pada Sabtu (28/8/2021). Penutupan bertepatan dengan Hari Suci Saraswati atau hari perayaan atas turunnya ilmu pengetahuan. Puncak acara Sastra Saraswati Sewana disemarakkan dengan pertunjukan seni berjudul ”Sih” di Puri Kauhan Ubud, Ubud, Gianyar, Sabtu malam.
Kegiatan Sastra Saraswati Sewana berupa lokakarya sastra Bali, beragam lomba kesusastraan Bali, dan kegiatan lain berkaitan dengan apresiasi sastra Bali, yang diselenggarakan Yayasan Puri Kauhan Ubud sejak Mei 2021. Pada malam puncak Sastra Sraswati Sewana, Sabtu (28/8/2021), digelar pengumuman juara, pemberian piagam dan uang pembinaan kepada pemenang, serta pertunjukan seni. Acara digelar secara hibrida, yakni dipergelarkan di Puri Kauhan Ubud dan ditayangkan langsung melalui streaming secara dalam jaringan (daring).
Dalam sambutan yang ditayangkan secara daring, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan Sastra Saraswati Sewana sebagai upaya memberikan optimisme dan harapan besar bagi kebudayaan Bali melalui kreativitas sastra. Muhadjir mengatakan, upaya-upaya kreatif melalui pemanfaatan beragam platform baru dibutuhkan agar budaya, khususnya sastra klasik, diminati generasi muda.
Sebelumnya, Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, Gianyar, Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana mengatakan, kegiatan Sastra Saraswati Sewana bertujuan menumbuhkan kegairahan generasi muda agar mengenal dan mempelajari sastra Bali serta menghasilkan karya-karya sastra Bali, baik sastra klasik, misalnya satua, kidung, kakawin, dan geguritan, maupun sastra Bali modern, seperti puisi dan cerita pendek.
Ari Dwipayana mengungkapkan, kesusastraan Bali klasik juga diketahui mengandung pengetahuan dan kearifan lokal Bali dalam menghadapi kondisi pandemi, atau gering agung, di masa dahulu.
”Pandemi seperti saat ini menjadi momen untuk mulat sarira (merefleksi diri),” kata Ari Dwipayana, yang juga merupakan Koordinator Staf Khusus Presiden Joko Widodo, ketika memberikan sambutan, Sabtu (28/8/2021).
Adapun Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Sukardi Rinakit, menyatakan, kegiatan Sastra Saraswati Sewana menjadi sebentuk pengingat dan penuntun bagi semua elemen bangsa agar kembali mengingat pada akar pengetahuan, kaweruhan, dan kesadaran. Keseluruhan hal itu, menurut Sukardi, diyakini menuju ke satu titik, yakni rasa kemanusiaan dan kemanusiaan itu sendiri.
Pada malam puncak Sastra Saraswati Sewana di Puri Kauhan Ubud, Gianyar, Sabtu malam, diumumkan para pemenang lomba dari setiap kategori. Terdapat sekitar 30 peserta yang menjadi pemenang dari enam kategori lomba, yakni lomba puisi, lomba cerpen, lomba satua (cerita), lomba kidung, lomba kakawin, dan lomba geguritan (puisi tembang).
Selain dihadiri Ari Dwipayana dan Sukardi Rinakit, malam apresiasi dan puncak Sastra Saraswati Sewana di Puri Kauhan Ubud juga dihadiri Deputi Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan I Nyoman Shuida serta sejumlah tokoh puri di Ubud dan Klungkung.
Pergelaran ”Sih”
Rangkaian malam puncak Sastra Saraswati Sewana di Puri Kauhan Ubud, Sabtu malam, ditutup dengan pertunjukan seni berjudul ”Sih”. Pergelaran tari dan tembang yang disutradarai Kamila Andini dengan koreografer Ida Ayu Wayan Arya Satyani itu menghadirkan visual tentang kelahiran.
Pertunjukan seni ”Sih” melibatkan sekitar 20 orang, termasuk penari dari Yayasan Bumi Bajra Sandhi, Komunitas Wayang Sunar, dan seniwati Ayu Laksmi bersama Aryani Willems. Pergelaran seni ini juga ditayangkan secara langsung pada malam itu.
Sih adalah sebuah dongeng visual tentang lahirnya seorang manusia yang penuh kasih kepada semesta. Sih mengisahkan perjalanan manusia ke bumi dengan tuntunan aksara dan sastra sebagai ibu dan bapak pengetahuan. Sih juga bermakna kasih, sebuah kata yang mengingatkan pada kemanusiaan.
Dalam pergelaran bertajuk ”Sih” juga ditampilkan ekspresi dari tari Sanghyang Dedari, yang dimainkan secara gemulai oleh kakak dan adik, Ni Kadek Dwipayani dan Ni Komang Trisnadevi. Seniwati Ayu Laksmi mengisi pergelaran itu dengan memainkan penting, sebuah alat musik berdawai khas Karangasem, Bali.