Puluhan ribu anak di Tanah Air kehilangan orangtua secara mendadak karena Covid-19. Kondisi ini berdampak besar bagi tumbuh kembang anak. Perlu ada perhatian khusus dari semua pihak untuk memastikan masa depan mereka.
Oleh
Ahmad Arif/Sonya Hellen Sinombor/ Aditya Putra Perdana
·5 menit baca
Warga bantu warga telah menjadi benteng masyarakat Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19. Mulai dari saling bantu informasi, dukungan logistik bagi yang menjalani isolasi mandiri, hingga bantuan oksigen untuk yang membutuhkan.
Solidaritas warga juga kembali terlihat dengan banyaknya inisiatif untuk mendukung anak-anak yang menjadi yatim atau piatu karena Covid-19, dengan berbagai latar belakang sosialnya.
Berangkat dari keresahan akan nasib anak-anak korban pandemi ini, aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU) Kalis Mardiasih, pendiri kitabisa.com Alfatih Timur, inisiator Warga Bantu Warga, Faiz Ghifari, dan inisiator Kawal Covid-19 Ainun Najib membentuk platform ”Kawal Masa Depan”.
Inisiatif bersama ini berupaya mendata keberadaan anak yatim atau piatu secara daring melalui laporan individu, baik dari anak yang bersangkutan dan keluarga. Hingga akhir pekan lalu, sekitar 700 anak yatim atau piatu didaftarkan dalam program Kawal Masa Depan. Pendaftaran dan verifikasi tentang kondisi anak berkolaborasi dengan jaringan sekolah dan madrasah, serta sejumlah lembaga lain, termasuk Gusdurian Peduli.
”Kami lebih fokus kampanye melalui sosial media sehingga punya keterbatasan. Jadi, kami menggandeng Gusdurian Peduli yang lebih punya jaringan dan akses di lapangan,” ujar Kalis, Manajer Kawal Masa Depan, Rabu (18/8/2021).
Awalnya yang bisa daftar dibatasi untuk anak usia 6-18 tahun dengan asumsi yang masih sekolah. Tetapi, kemudian ada juga anak balita, dan pendaftarnya dari berbagai daerah, mulai dari Aceh sampai Nusa Tenggara Timur. Setiap anak ini memiliki kisah tragis. Melalui aplikasi ini bisa dipetakan latar belakang pencari bantuan.
Selain mendata, Kawal Masa Depan menggalang dana untuk mendukung anak-anak ini. Sejak dibuka donasi sejak 4 Agustus 2021 lalu, terkumpul dana publik lebih dari Rp 1,169 miliar dengan target bisa menjangkau 10.000 anak yatim. Sebagian dana ini sudah disalurkan ke anak-anak ini, untuk jangka pendek berupa uang santunan Rp 1 juta per anak.
Ke depan, Kawal Masa Depan berencana memberi dukungan kepada anak-anak ini dalam jangka panjang, dengan memberikan beasiswa pendidikan dan mencarikan orangtua asuh.
Inisiatif serupa juga dilakukan organisasi lain dengan fokus berbeda. Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Daerah Istimewa Yogyakarta membentuk ICMI Ngrumat untuk memberikan bantuan pendidikan bagi anak-anak yang orang tuanya meninggal karena Covid-19, terutama anak-anak dari keluarga tenaga kesehatan.
”Kendalanya memang di pendataan. Sejauh ini belum ada valid mengenai jumlahnya. Yang kami terima datanya dari Sleman ada 145 anak dan mungkin bertambah serta perlu ada verifikasi lanjut,” kata Akhmad Akbar Susamto dari ICMI DIY.
Di Bantul, Lurah Panggungharjo, Sewon, Bantul, Wahyudi Anggoro Hadi mengatakan, di masa pandemi Covid-19 jumlah anak yatim yang harus disantuni bertambah signifikan. Sebelum pandemi ada 98 anak yatim atau piatu di Panggungharjo dan sekarang ada tambahan 38 anak. Sejak 2019, Pangunharjo berkolaborasi dengan Gusdurian.
Alissa Wahid dari Gusdurian Peduli mengatakan, bagi anak-anak, kehilangan orangtua bisa menjadi pemicu stres terbesar. Banyak anak kehilangan bayangan masa depan karena tiba-tiba ditinggalkan orang tuanya selama pandemi ini. Dia berharap, semua pihak membantu anak-anak tersebut.
Membuka akses
Sementara di Jakarta, tiga aktivis yang peduli anak, Woro Wahyuningtyas (aktivis Institut Paritas) dan pasangan suami istri Ilma Sovri Yanti dan Farid Ari Fandi (aktivis Kantor Berita Anak Indonesia) menjadi jembatan bagi sejumlah anak yang kehilangan orangtuanya, untuk mengakses bantuan dari pemerintah.
Melalui ”Gerakan Bantu Keluarga” mereka mendatangi anak-anak yang kehilangan orangtua, di wilayah Jakarta dan sekitarnya, mendata dan melaporkan kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan Kementerian Sosial. Hasilnya, anak-anak yang tadinya tidak didaftar kini terdata untuk mengakses bantuan sosial, pendidikan, dan kesehatan.
Bagi anak-anak, kehilangan orangtua bisa menjadi pemicu stres terbesar. Banyak anak kehilangan bayangan masa depan karena tiba-tiba ditinggalkan orang tuanya selama pandemi ini.
Seperti pada Minggu (22/8/2021) siang saat ditemui di wilayah Cakung, Jakarta Timur, Woro, Ilma, dan Farid tengah mendampingi Melia Marpaung (34) bersama anaknya, Matthew Simanjuntak (3), warga Cakung yang suaminya meninggal karena Covid-19 sebulan lalu.
Melia yang tadinya pasrah menerima kematian suaminya, kini bersyukur karena anaknya telah didata dan dilaporkan ke pemerintah untuk mengakses bantuan. Melia selama ini tidak bekerja, karena suaminya bekerja di sebuah bank swasta. ”Saya berterima terima kasih sudah dibantu. Saya masih berusaha mencari pekerjaan,” ungkap Melia.
Di Jawa Tengah, Komunitas Pengusaha Tionghoa Kota Semarang, membantu sekitar 200 anak, setelah mengetahui ada 407 anak di Kota Semarang yang kehilangan orangtua.
”Kami kemudian menghubungi tokoh-tokoh pengusaha Tionghoa di Kota Semarang serta Yayasan kesehatan Tlogorejo yang langsung menyatakan siap membantu sehingga kami menghubungi bapak Wali Kota untuk mengoordinasikan bantuan kepada 200 anak,” tutur Harjanto Halim, perwakilan Pengusaha Tionghoa Kota Semarang.
Kepolisian Daerah Jawa Tengah meluncurkan program Aku Sedulurmu. Kepala Polda Jateng Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi memastikan biaya pendidikan hingga lulus SMA dari 333 anak yatim piatu di 35 kabupaten atau kota di Jateng yang terdampak pandemi Covid-19.
Menteri Sosial Tri Rismaharini, Selasa (24/8/2021), memastikan Kementerian Sosial merancang program bagi anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang orangtuanya meninggal akibat Covid-19, melalui Program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) Anak, yang mencakup dukungan pemenuhan hak hidup layak, dan sebagainya.
”Saya pastikan anak yatim, piatu dan yatim piatu nanti akan kita bantu melalui Program ATENSI Anak. Dukungan yang kami berikan tidak hanya kebutuhan fisik, tetapi juga dukungan untuk psikososial anak, pengasuhan, dan keberlanjutan pendidikan mereka,” ujarnya.
Pada Selasa (23/8/2021) siang, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati juga mengundang jajaran Kementerian PPPA hingga Kepala-kepala Dinas PPPA tingkat provinsi/kabupaten/kota untuk berkoordinasi, mengambil langkah cepat untuk melindungi anak-anak yang kehilangan orangtua mereka karena Covid-19.
”Pendataan menjadi kunci agar kita segera mengetahui situasi dan kondisi anak-anak tersebut dan mengambil langkah-langkah sesuai tugas pokok dan fungsi kementerian,” ujarnya.
Anak-anak yatim atau piatu ini merupakan tanggung jawab kita bersama. ”Jangan anak-anak yang kehilangan orangtua ini, juga kehilangan dalam jangka panjang dengan memastikan masa depan yang lebih baik untuk mereka,” kata Alissa.