Kampus Merdeka Dorong Ekosistem Kewirausahaan di Kampus
Banyak usaha rintisan dari mahasiswa yang masih kuliah atau lulus sering kali mengorbankan kuliah. Karena itu, ekosistem kampus perlu mendukung mahasiswa dalam mengembangkan minat kewirausahaan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Minat menjadi wirausaha di kalangan mahasiswa terus meningkat. Sayangnya, banyak usaha rintisan dari mahasiswa yang masih kuliah atau lulus sering kali mengorbankan kuliah. Karena itu, ekosistem kampus untuk mendukung lahirnya wirausaha perlu didukung dalam kebijakan Kampus Merdeka.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nizam menyampaikan hal itu dalam webinar bertajuk ”Kewirausahaan Orang Muda di Perguruan Tinggi dan Peluncuran Modul Pembelajaran Daring Kuliah Kerja Nyata Tematik Kewirausahaan (KKN TKWU)”, di Jakarta, Selasa (24/8/2021).
Sebelum ada kebijakan Kampus Merdeka, kegiatan untuk menjadi wirausaha sambil kuliah sering kali membutuhkan pengorbanan mahasiswa. Ada dua hal yang lazim dialami mahasiswa, yakni usaha rintisan berhasil tapi kuliah berantakan atau terancam putus sekolah karena ketinggalan kegiatan kuliah atau usaha rintisan gagal dan kuliah gagal.
”Dulu, mengembangkan usaha rintisan paruh waktu, kalau fokus di start up, tidak sempat kuliah dan mengikuti tugas. Dengan Kampus Merdeka, mahasiswa bisa fokus selama 1-2 semester untuk mempelajari dan mengembangkan start up (usaha rintisan) tanpa mengorbankan waktu kuliah karena ini bisa menjadi bagian proyek kuliah yang sesuai passion (minat) mahasiswa,” ujar Nizam.
Sejauh ini jumlah usaha rintisan di Indonesia urutan kelima di dunia. Karena itu, ekosistem riset di kampus yang menyiapkan mahasiswa memilih kewirausahaan harus dibangun. ”Jadin penting membekali mahasiswa know how berwirausaha. Untuk bisa sukses harus ada mentor dan pendampingan sehingga keberhasilan lebih tinggi,” tuturnya.
Dengan Kampus Merdeka, mahasiswa bisa fokus selama 1-2 semester untuk mempelajari dan mengembangkan start up (usaha rintisan) tanpa mengorbankan waktu kuliah.
Terkait hal itu, Nizam mengapresiasi kolaborasi USAID dengan beberapa perguruan tinggi melalui USAID Mitra Kunci untuk mengembangkan modul KKN TKWU yang digitalisasi. Modul digital KKN TKWU ini dimasukkan ke jaringan Sistem Pembelajaran Daring Indonesia (Spada) berisi konten-konten pembelajaran di perguruan tinggi yang didukung Kemendikbudristek.
Modul KKN TKWU di Spada disiapkan untuk bisa diakses satu juta mahasiswa sebagai bekal mempelajari kewirausahaan di kampus. Sifat belajarnya luar jaringan atau luring, sesuai dengan waktu mahasiswa atau dosen. Spada bisa mengakomodasi hingga 8 juta mahasiswa.
Terkait ekosistem kewirausahaan dalam rangka mendukung Kampus Merdeka, Nizam mengatakan ada platform Kedaireka. Platform itu mempertemukan perguruan tinggi dan mitra dari dunia usaha/industri, organisasi internasional, pemerintah pusat dan daerah, serta pihak lain agar menjadi inkubasi bagi pengembangan karya di kampus untuk dihilirisasi. Selain itu, perlu mengembangkan jaringan kampus dengan angel investor untuk membantu permodalan.
”Kampus Merdeka saat ini sudah mengakomodasi lebih dari 80.000 mahasiswa untuk berbagai macam program mulai magang, microcredential, pertukaran mahasiswa, KKN tematik, hingga kewirausahaan,” kata Nizam.
Sementara itu, Lensi Mursida dari USAID Mitra Kunci mengatakan, program tematik kewirausahaan dimulai pada 2018. USAID Mitra Kunci dengan dukungan pemerintah menggelar lokakarya yang diikuti perwakilan dari 50 perguruan tinggi di Pulau Jawa. Pembentukan tim penyusun untuk melahirkan empat buku untuk mendukung KKN program tematik kewirausahaan serta mata kuliah kewirausahaa dalam bentuk buku ataupun digital.
”Ada tujuh submodul di modul KKN TKWU yang diunggah ke Spada. Modul ini dikerjakan secara kolaborasi sejak merancang modul awal dan transformasi ke digital. Program ini sudah menjangkau sekitar 30.000 mahasiswa,” kata Lensi.
Menurut Direktur Program USAID Indonesia Elizabeth Mendenhall, USAID atau Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat membantu pembangunan pendidikan tinggi dan pengembangan tenaga kerja di Indonesia. Salah satunya, kewirausahaan untuk kaum muda melalui program KKN TKWU.
”Kami ingin bersama-sama mengembangkan dan memajukan pendidikan dan tenaga kerja dari kaum muda di Indonesia agar menjadi sumber daya manusia yang dibutuhkan pasar kerja sehingga berkontribusi dalam memperkuat perekonomian Indonesia,” papar Elizabeth.
Pengalaman kampus
Diana Sari dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, menjelaskan, sudah tiga tahun ini KKN TKWU dijalankan meski saat ini KKN secara daring. Mahasiswa cepat beradaptasi dan antusias dengan modul yang diberikan USAID. Antusiasme kewirausahaan para mahasiswa cukup tinggi.
”Kalau soal isi, yang bisa didapatkan, ya, yang dibutuhkan ketika pembelajaran kewirausahan. Yang beda dari modul, penyampaian dibuat untuk orang muda. Pembelajaran untuk pengenalan tentang prinsip kewirausahana dengan Canva. Anak muda bisa terlibat aktif dengan modul-modul pelatihan,” kata Diana.
Diana menjelaskan, KKN mahasiswa Unpad difokuskan untuk membantu masyarakat di sekitar Unpad di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Salah satu desa penghasil ubi cilembu, yakni Desa Cilembu, didampingi sehingga kesejahteraan bisa meningkat. ”Belum semua warga mendapat manfaat dari kepopuleran ubi cilembu,” kata Diana.
Sementara itu, Yayan Suryana dari Universitas Kuningan menuturkan, KKN TKWU digelar sejak 2016. Hal ini terkait dengan adanya mata kuliah wajib kewirausahaan untuk mahasiswa. Mata kuliah diberikan untuk membekali mahasiswa yang masih cenderung berpikir jadi pekerja atau pegawai negeri sipil.
Dengan modul KKN TKWU di program USAID Mitra Kunci, kegiatan KKN tematik kewirausahaan terus ditingkatkan kualitasnya. Ada alumni yang bisa mengembangkan bisnis cireng dan pemasarannya sampai ke luar negeri.
Universitas Kuningan berencana menampung produk hasil KKN TKWU mahasiswa yang dipamerkan di ruang pamer yang sedang dibangun. Kelak, meluas ke produk usaha usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) desa.
Ali Badrudin dari Universitas Jember menjelaskan, untuk KKN ada delapan tema yang ditawarkan ke mahasiswa terkait Kampus Merdeka. Salah satunya KKN tematik stunting (tengkes atau gagal tumbuh kembang karena kurang gizi kronis) juga bisa disambungkan dengan kewirausahaan.
Trini Handayani dari Universitas Suryakencana, di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengatakan, mahasiswa dilengkapi modul KKN TKWU yang membekali kemampuan mendesain pemikiran, lebih peka menemukan permasalahan di lapangan, dan pendampingan untuk mencari solusi. Hal itu diterapkan di bidang kewirausahaan ataupun KKN tematik lainnya.