Jawa Tengah Siapkan Pendampingan bagi Ribuan Anak yang Kehilangan Orangtua
Pemerintah daerah, kepolisian, pengusaha, dan sejumlah organisasi mulai bergerak di Jawa Tengah untuk membantu ribuan anak-anak yang ditinggalkan orangtua karena Covid-19.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Hingga pertengahan Agustus 2021, dilaporkan ada 5.400 anak kehilangan orangtua selama pandemi Covid-19 dan 333 anak di antaranya menjadi yatim piatu. Namun, penilaian atau assessment terkait data itu masih terus berlangsung. Adapun semua pihak, lintas sektor, berupaya memberi pendampingan kepada mereka.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah Retno Sudewi, Kamis (19/8/2021), mengatakan, pihaknya akan terus mengecek dan menguji data tersebut. Termasuk di antaranya dengan berkoordinasi dengan 35 kabupaten/kota di Jateng.
”Tentu, untuk mencari data tersebut tidaklah mudah. Namun, sementara ini total ada 5.400, baik yatim, piatu, maupun yatim piatu. Khusus yatim piatu, seperti dalam program Aku Sedulurmu Polda Jateng, ada 333 anak. Yang jelas, data ini terus dinamis dan kami terus verifikasi data ini,” ujar Retno.
Ia menambahkan, nantinya pendampingan psikososial akan diberikan, terutama untuk jangka panjang. Hal tersebut tak hanya akan dilakukan pemerintah, tetapi juga melibatkan organisasi perlindungan anak berbasis masyarakat di tingkat kabupaten/kota, pusat pembelajaran keluarga (Puspaga), dan lainnya.
Nantinya, setiap anak akan mendapat pendampingan yang berbeda. ”Yang pasti, bagaimana anak terlindungi dan haknya terpenuhi, baik itu pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Ini lintas sektor. Tidak hanya organisasi perangkat daerah, tetapi juga dengan dunia usaha, akademisi, komunitas, dan lainnya,” ucap Retno.
Sementara terkait pengasuh, pihaknya akan selalu mengutamakan keluarga terdekat. ”Pendataan kami sampai ke hal-hal seperti itu. Jadi, didahulukan pada keluarga terdekat. Kalau memang tidak ada, maka ke panti asuhan. Selain itu, dinas sosial pun sudah siap,” lanjut Retno.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengajak warga Jateng untuk menjadi orangtua asuh bagi anak-anak yang ditinggal orangtuanya karena Covid-19. Ia sendiri merawat empat anak yang ditinggal meninggal orangtuanya karena Covid-19. Keempatnya berdomisili di Rembang, Jateng.
”Aslinya mereka (asal) Demak, sih. Karena ibunya meninggal dan orangtua belum mampu. Ada yang tingkat SD dua orang, SMP, dan satu lagi kuliah. Mereka butuh biaya. Ya sudah bantu semampunya,” ujarnya.
Taj Yasin menuturkan, Pemprov Jateng dan Kepolisian Daerah Jateng telah bergerak. Itu dilakukan dengan pemberian santunan hingga bantuan dari APBD dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Menurut dia, bantuan akan bermanfaat, terutama agar hak anak, salah satunya pendidikan, tetap terpenuhi.
”Pandemi belum selesai dan kita perlu waspada. Mari selamatkan anak bangsa karena kita butuh orang pintar. Kalau mereka tak mampu sekolah, bagaimana nasib bangsa kita?” kata Taj Yasin.
Pindahkan sekolah
Sementara itu, di Kota Semarang, hingga 11 Agustus 2021, tercatat ada 407 anak yang kehilangan orangtua selama pandemi Covid-19. Dari data tersebut, Pemerintah Kota Semarang akan memberi pendampingan dan sejumlah bantuan. Dengan demikian, diharapkan hak-hak pendidikan mereka tetap terjamin.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menjamin hal itu, antara lain, dengan berencana memindahkan anak yang sebelumnya bersekolah di sekolah swasta ke sekolah negeri. Namun, apabila anak tersebut tetap lebih nyaman di sekolah swasta, akan diupayakan ada beasiswa dari Dinas Pendidikan Kota Semarang.
Konsep-konsep bergerak bersama ini terus kami coba tumbuh kembangkan, terutama untuk bisa menangani persoalan-persoalan yang sulit.
”Perjalanan adik-adik mencapai waktu di dunia pendidikan masih panjang. Yang penting masih bisa untuk tetap berkontak dengan kami,” kata Hendrar.
Dalam program tersebut, Pemkot Semarang juga menggandeng para pengusaha yang kemudian menjamin 200 anak di Kota Semarang yang kehilangan orangtua. Sementara 207 anak dibantu sepenuhnya oleh Pemkot Semarang.
Lewat konsep gotong royong tersebut, ia berharap segala permasalahan, termasuk terkait dengan pandemi Covid-19, dapat seluruhnya tertangani. ”Konsep-konsep bergerak bersama ini terus kami coba tumbuh kembangkan, terutama untuk bisa menangani persoalan-persoalan yang sulit,” ucap Hendrar.
Perwakilan Komunitas Pengusaha Tionghoa Kota Semarang, Harjanto Halim, menuturkan, setelah mengetahui adanya bantuan 407 anak di Kota Semarang yang kehilangan orangtua, ia berkoordinasi dengan para pengusaha lain. Harjanto bersama mereka kemudian membantu 200 anak.
”Kami kemudian menghubungi tokoh-tokoh pengusaha Tionghoa di Kota Semarang serta Yayasan Kesehatan Tlogorejo, yang langsung menyatakan siap membantu. Karena itu, kami menghubungi Bapak Wali Kota untuk mengoordinasikan bantuan kepada 200 anak,” tutur CEO PT Marimas Putera Kencana itu.
Adapun Polda Jateng memberi bantuan dengan meluncurkan program Aku Sedulurmu. Dari pendataan, terdapat 333 anak yatim piatu di 35 kabupaten/kota di Jateng akibat terdampak pandemi Covid-19. Kepala Polda Jateng Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi memastikan biaya pendidikan mereka hingga lulus SMA akan dijamin.