Pelecehan Seksual di Ruang Publik Tetap Terjadi Saat Pandemi Covid-19
Pandemi tak menghentikan kekerasan seksual kepada perempuan. Tindakan tersebut dilakukan juga secara daring. Perlu pelatihan bagi tiap orang untuk memerangi hal ini.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembatasan mobilitas masyarakat selama masa pandemi Covid-19 tidak menghilangkan kemungkinan untuk dapat terjadinya pelecehan seksual di ruang publik. Hasil survei yang diadakan L’Oréal Paris bekerja sama dengan IPSOS pada Januari 2021 menunjukan bahwa 1 dari 3 perempuan masih mengalami pelecehan seksual di ruang publik selama masa pandemi.
Pelecehan pada perempuan di ruang publik ini berpotensi terjadi kepada para pekerja esensial, seperti petugas kasir serta masyarakat yang perlu keluar rumah untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Selain itu, berdasarkan Plan International 2020, terdapat 56 persen anak perempuan dan kaum muda perempuan pernah melihat atau mengalami pelecehan seksual di media sosial. Hal ini mengindikasikan bahwa pelecehan seksual di ruang publik juga bisa terjadi secara daring karena terbatasnya aktivitas masyarakat di luar rumah selama masa pandemi.
Maria Adina, Brand General Manager L\'Oréal Paris, di diskusi virtual dengan tema ”Memberdayakan Perempuan Indonesia Melawan Pelecehan Seksual di Masa Pandemi, Karena Kita Begitu Berharga” yang digelar L’Oréal Paris, Hollaback Jakarta, Aktivis Pemberdayaan Perempuan, serta Alfamart, Senin (23/8/2021), memaparkan, L’Oréal Paris melalui kampanye Stand Up Against Street Harassment meneguhkan komitmennya dalam memberdayakan perempuan untuk melawan pelecehan seksual di ruang publik dengan metode pelatihan 5D.
Setelah kampanye ini diluncurkan pada Maret 2021, kini L’Oréal Paris kembali menggaungkan kampanye tersebut dengan membawa semangat kemerdekaan untuk tangguh dalam melawan pelecehan seksual di ruang publik.
”Sebagai bentuk nyata dari kampanye ini, L’Oréal Paris bekerja sama dengan Hollaback Jakarta dan mitra strategis Alfamart guna menjangkau lebih banyak masyarakat Indonesia, salah satu caranya dengan melatih 30.000 karyawan Alfamart di seluruh Indonesia,” jelas Adina.
Adina mengatakan, isu pelecehan perempuan di ruang publik di Indonesia masih dinormalisasi. Dari laporan ke Hollaback Jakarta, 8 dari 10 perempuan pernah mengalami pelecehan seksual selama hidup.
”Ini tidak bisa kita biarkan. Dari survei kami pada 14.000 responden dari delapan negara selama pandemi, 1 dari 3 orang mengalami pelecehan selama pandemi. Kesadaran untuk melawan pelecehan seksual di ruang publik ini akan terus kita gaungkan. Isu ini masih dipandang remeh, tetapi berdampak pada perempuan,” ujar Adina.
Komnas Perempuan, ujar Adina, juga menerima 1.900 kasus kekerasan seksual di masa pandemi. Padahal, pandemi membatasi mobilitas dan berjarak, tetapi pelecehan perempuan di ruang publik tetap terjadi.
President Director L’Oréal Indonesia Umesh Phadkemengatakan, L’Oréal menyadari bahwa saat ini dunia tengah menghadapi tantangan yang sangat besar di bidang lingkungan dan isu sosial. ”Kami ingin membantu mengalahkan tantangan tersebut. L’Oréal Paris ingin membantu masyarakat dan memenuhi komitmen kami melalui pemberdayaan perempuan untuk melawan isu sosial pelecehan seksual di ruang publik,” ujar Umesh.
Sementara itu, President Director PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) Hans Prawira mengatakan, Alfamart ingin semua gerai menjadi tempat bekerja dan berbelanja yang aman dan nyaman bagi seluruh karyawan dan pelanggan. ”Kami menyadari bahwa gerai kami merupakan ruang publik dan menjadi titik temu bagi banyak masyarakat dari berbagai kalangan,” katanya.
Karena itu, pihaknya perlu membekali karyawan dengan pelatihan 5D khususnya para petugas kasir. Ini agar mereka dapat berdaya ketika dihadapkan pada situasi sebagai korban ataupun saksi pelecehan seksual di ruang publik.
Metode 5D
Menurut Adina, L’Oreal merasa perlu memberdayakan perempuan yang jadi korban dan orang di sekitar yang menyaksikan pelecehan untuk bertindak secara aman dan tepat. ”Kami perkenalkan metode 5D yang dikembangkan Hollaback Jakarta untuk memberdayakan semua perempuan dan semua orang untuk melawan pelecehan seksual di ruang publik,” kata Adina.
Co-Diretor Hollaback Jakarta Anindya Restuviani mengatakan kekerasan atau pelecehan seksual dianggap cuma terkait fisik. Secara umum menganggap jika tidak ada pelecehan atau kekerasan pada fisik, tidak terjadi kasus. Para lelaki juga banyak yang tidak paham jika kata-kata atau suitan pada perempuan di runag publik, merupakan pelecehan.
”Ketika kesadaran tentang pelecehan diberikan, lewat pelatihan dan pengertian, banyak yang baru paham, ternyata pernah melakukan atau mengalami. Dengan metode 5D, semua orang bisa berperan melawan pelecehan di runag publik yang terstandar dan aman,” kata Anindya.
Dari survei, selama pandemi masih banyak kekerasan yang terjadi di ruang publik. Ada 30 persen responden melihat, terbanyak di transportasi umum, sekolah, hingga di fasilitas kesehatan. ”Kami juga sudah mendefinisikan ruang publik lebih luas, ada trend di ruang publik jadi online,” kata Anindya.
Intervensi pelatihan 5D adalah dialihkan, dilaporkan, dokumentasikan, ditegur, dan ditenangkan. Pelatihan ini terbukti efektif, praktis, dan aman diterapkan baik untuk korban ataupun yang menyaksikan.
Dialihkan berarti mencari cara untuk mendistraksi korban atau pelaku. Saksi yang melihat perempuan yang diikuti seorang pria, misalnya, bisa mengalihkan perhatian dengan pura-pura bertanya suatu hal pada pria tersebut sehingga perhatian si pelaku teralihkan.
Dilaporkan, tidak harus ke pihak berwenang. Saksi yang melihat ada upaya pelecehan seksual, bisa melaporkan pada orang di sebelahnya sehingga bisa juga membantu.
Dokumentasikan memang perlu trik dan berhadapan langsung untuk mengambil video atau gambar sehingga ada bukti kuat. Namun, untuk melaporkan harus ada persetujuan dari korban.
Ditegur, bukan hanya tentang menegur pelaku dengan cara cepat dan tegas. Tetapi bisa juga menegur korban untuk sadar dengan peristiwa yang menimpanya. Lalu, ditenangkan berarti kita fokus pada korban untuk menunjukkan dukungan.
Melalui kampanye Stand Up Against Street Harassment ini, L’Oréal Paris berambisi untuk melatih satu juta orang secara global dengan metode 5D. Hingga saat ini, lebih dari 350.000 orang yang sudah mendapatkan pelatihan termasuk di Indonesia, dan berbagai upaya akan terus dilakukan untuk dapat meningkatkan angka pelatihan sehingga bersama kita menurunkan insiden pelecehan seksual di ruang publik.