Persatuan lahir dari perpecahan seperti mengingat kisah pembagian Kahuripan oleh Airlangga menjadi Janggala dan Panjalu yang tinggalannya dapat dilihat di perbukitan Walikukun, Tulungagung, Jawa Timur,
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
Jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, semangat persatuan dan kesatuan menjadi mimpi besar yang ingin diwujudkan semua suku bangsa di Nusantara. Kerajaan silih berganti ingin menguasai Nusantara dalam satu panji tetapi pada akhirnya mimpi persatuan terwujud dalam keindonesiaan.
Di sisi lain, persatuan cuma bisa lahir dari adanya perpecahan. Salah satu kisah sejarah klasik tentang perpecahan ialah pembagian Kerajaan Kahuripan menjadi Janggala dan Panjalu. Di abad ke-11, Raja Airlangga terpaksa membagi wilayahnya untuk menghindari konflik internal. Untuk pembagian itu, Airlangga menyerahkannya kepada guru terpercaya yakni Bharada.
Kisah pembagian itu nyata dan terdokumentasi antara lain dalam Prasasti Turun Hyang II, Prasasti Wurare, serat Calon Arang, dan kitab Nagarakrtagama. Keempat catatan itu berangkat dari masa berbeda yakni Kahuripan abad ke-11 sampai Majapahit abad ke-14.
Pembagian Kahuripan menjadi Janggala dan Panjalu nyata tetapi sulit untuk menemukan "bukti-bukti" tinggalan purbakala. Padahal, jika dapat menemukan bukti-bukti itu, amat mungkin memberi sumbangan besar terhadap narasi klasik yang sementara ini masih gelap. Misalnya, di mana saja tinggalan Airlangga? Di manakah Kahuripan sebagai kota raja Janggala dan Dhaha sebagai kota raja Panjalu?
Untuk menemukan kunci jawaban tadi, Kompas diajak oleh arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho mengunjungi tinggalan purbakala di perbukitan Walikukun di Tulungagung bagian selatan, Jawa Timur, Minggu (15/8/2021). Lokasi yang dikunjungi adalah Goa Pasir dan Goa Selomangleng. Beberapa tinggalan lain, masih di kawasan yang sama, pernah didatangi sebelumnya yakni Candi Dadi dan Candi Gayatri.
Selama ini, informasi tentang Goa Pasir, Candi Dadi, dan Goa Selomangleng yang diduga merupakan tinggalan Airlangga masih kabur. Apa narasi dari tinggalan itu? Candi Gayatri yang berasal dari masa Majapahit juga didirikan di suatu megakawasan mencakup Goa Pasir, Candi Dadi, Goa Selomangleng. Apa kemungkinan narasinya?
Dalam Nagarakrtagama disebutkan Bharada membagi wilayah Kahuripan di Kamal Pandak. Pembagian itu memang amat fantastis, Bharada terbang dengan menuangkan air dari kendi. Khazanah sejarah menyepakati bahwa Sungai Brantas merupakan batas geografis dari Janggala dan Panjalu. Brantas dikaitkan dengan tetesan air ajaib dari kendi Bharada.
Namun, di manakah Kamal Pandak? Lagi-lagi Nagarakrtagama menyebut Hayam Wuruk mendirikan candi pendarmaan bagi Gayatri (nenek) di Kamal Pandak. Jika Candi Gayatri ada di Tulungagung, maka Kamal Pandak bisa diyakini ada di kawasan terdekat.
Wicaksono menguraikan, Airlangga terpaksa membagi wilayah kerajaan untuk menghindari konflik internal. Putri sulung Airlangga menolak estafet kepemimpinan karena memilih menjadi pendeta sesuai isi Prasasti Cane bertarikh 1021. Amat mungkin bentuk penghormatan terhadap sang putri ini adalah Candi Dadi yang jika dilihat dari langit berada di antara Goa Pasir di timur dan Goa Selomangleng di barat.
Goa Pasir berada di Dusun Pasir, Junjung, Sumbergempol, Tulungagung. Tinggalannya beragam yakni relief-relief pada dinding batu dan goa yang tersebar, arca-arca, dan struktur bata kuno. Pembacaan singkat pada Minggu itu, ada relief yang memperlihatkan sosok perempuan dalam posisi mati, sosok pengawal yang digoda bidadari, dan garuda bertubuh manusia.
"Pembagian wilayah Kahuripan ini mengingatkan pada kisah Bharatayudha antara Kurawa dan Pandawa yang juga memperebutkan kerajaan
Wicaksono meyakini Goa Pasir adalah tinggalan Airlangga yang menceritakan kisah adanya pihak yang menuntut kerajaannya tetapi sebenarnya tidak berhak. "Goa Pasir merepresentasikan Panjalu yang dalam interpretasi saya bukan dari trah Airlangga," ujarnya.
Dinasti yang memimpin Panjalu dimulai dari Sri Samarawijaya itu diduga berasal dari trah Dharmawangsa Teguh, raja terakhir Medang, yang kemudian dipelihara sebagai bagian dari keluarga Airlangga.
Goa Selomangleng berada di Dusun Sanggrahan Kidul, Sanggrahan, Boyolangu, Tulungagung. Tinggalannya juga beram yakni Candi Meja, relief penggalan kisah Arjunawiwaha, dan relief arca lelaki yang telah diperdewa. Arjunawiwaha adalah karya sastra gubahan Kanwa untuk Airlangga.
Wicaksono menginterpretasi bahwa Goa Selomangleng untuk trah Airlangga yang memimpin Janggala dimulai dari Mapanji Garasakan. "Pembagian wilayah Kahuripan ini mengingatkan pada kisah Bharatayudha antara Kurawa dan Pandawa yang juga memperebutkan kerajaan," katanya.
Prasasti Wurare pada Arca Joko Dolog di Surabaya melambangkan penghormatan terhadap Kertanegara, Raja Singhasari sebelum keruntuhan. Singhasari atau sebelumnya adalah Tumapel dianggap menyatukan Janggala dan Panjalu dalam wilayahnya. Pada masa Singhasari inilah juga dikenal visi Kertanegara yang berambisi menyatukan nusantara.
Wicaksono melanjutkan, Gayatri adalah bungsu dari empat putri Kertanegara. Semua putri Kertanegara, disebutkan dalam Nagarakrtagama dinikahi oleh Wijaya yang kemudian mendirikan Majapahit. Dalam masa Majapahit, kerajaan vasal atau bawahan dipimpin oleh bhre. Di masa Majapahit diketahui ada Bhre Kahuripan dan Bhre Dhaha. Kahuripan merepresentasikan wilayah Janggala sedangkan Dhaha merepresentasikan wilayah Panjalu.
"Raja Majapahit juga menyebut diri sebagai penguasa Janggala, Panjalu, dan Wilwatikta (Majapahit) sehingga visi persatuan yang dicita-citakan di zaman Singhasari diteruskan oleh Majapahit," kata Wicaksono.
Tampaknya, keberadaan Candi Gayatri yang didirikan di masa Hayam Wuruk yang dianggap sebagai raja termasyur Majapahit, di Kamal Pandak, bukan di wilayah Trowulan sebagai pusat peradaban Majapahit, seolah ingin memberikan suatu narasi. Gayatri mungkin ingin mengingatkan keturunannya yakni raja-raja Majapahit agar mengambil hikmah dari pembagian wilayah Kahuripan atau perpecahan Jawa beberapa abad sebelumnya. Tidak ada yang indah dari perpecahan atau pembagian. Yang indah adalah persatuan.