Indonesia memiliki banyak kain Nusantara yang berpotensi menembus pasar dunia. Selain strategi, upaya memasarkan kain Nusantara kepada dunia perlu memperhatikan selera pasar.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kain Nusantara atau wastra diharapkan dapat dikembangkan hingga menembus pasar global. Untuk mencapainya, perlu dukungan semua pihak termasuk pelaku usaha, pemerintah, hingga generasi muda untuk melestarikan wastra.
Ketua Indonesian Fashion Chamber Ali Charisma mengatakan, Indonesia memiliki banyak kain Nusantara dan potensi pengembangannya besar. Pengembangan bisa dimulai dengan pendekatan kebudayaan. Kesadaran dan minat masyarakat terhadap kain Nusantara ditanamkan terlebih dulu. Pengetahuan publik juga perlu ditingkatkan, utamanya anak muda.
”Keberlanjutan (kain Nusantara) itu tergantung juga pada kemampuan masyarakat mengindentifikasi wastra,” kata Ali pada dikusi daring, Jumat (13/8/2021).
Ia mengatakan, peran akademisi dan pengajar penting untuk memberi fondasi pengetahuan tentang wastra kepada generasi muda. Pengetahuan nantinya menjadi dasar dalam pengembangan wastra, bahkan industri mode. Adapun Indonesia menjajaki kemungkinan menjadi salah satu pusat mode dunia.
Pengembangan kain Nusantara juga bisa dilakukan dengan mengidentifikasi kain, seperti jenis, cara pembuatan, motif, hingga konteks penggunaannya. Menurut Ali, identitas merupakan salah satu elemen penting untuk bersaing di industri mode.
”Memajukan wastra hingga menembus pasar global tentu perlu strategi. Kita dapat menunjukan orisinalitas budaya Indonesia, tetapi disesuaikan juga dengan minat pasar. Misalnya, kita ajarkan cara berkain secara androgini sesuai musim (untuk pasar luar negeri),” kata Ali.
Di sisi lain, gerakan kembali ke kain Nusantara mulai dilakukan anak muda. Paguyuban pemuda dan pemudi Indonesia, Swara Gembira, kerap membagikan konten tentang kain Nusantara di media sosial dan kanal Youtube mereka.
Konten itu, antara lain, mengajarkan cara-cara menggunakan kain Nusantara hingga cara memadukan kain dengan pakaian sehari-hari. Mereka juga memberi edukasi seputar wastra.
Memajukan wastra hingga menembus pasar global tentu perlu strategi. Kita dapat menunjukan orisinalitas budaya Indonesia, namun disesuaikan juga dengan minat pasar.
Pegiat media sosial Gracea Yonkarowi Gladena juga kerap membagikan konten tentang wastra. Wastra itu dipadukan dengan pakaian sehari-hari yang sesuai dengan anak muda. Menurut dia, anak muda tidak perlu ragu menggunakan kain tradisional.
”Tidak perlu kain yang mahal. Pakai yang ada saja atau pakai kain dari orangtua. Kain itu bisa disesuaikan dengan tren saat ini,” kata Gracea. ”Kain Nusantara bukan hal yang kuno. Banyak desainer memasukkan kain untuk koleksinya,” tambahnya.
Dukungan bersama
Menurut Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, pengembangan wastra butuh dukungan semua pihak. Masyarakat berperan menumbuhkan kecintaan dan minat pasar dalam negeri, sementara pelaku usaha atau perajin kain belajar siasat memperluas cakupan pasar.
”Kami ada lembaga pelatihan ekspor (bagi pelaku usaha). Lembaga ini melakukan pendampingan secara kontinu, seperti mengajarkan cara administrasi, identifikasi negara tujuan ekspor, hingga melakukan pemetaan,” kata Jerry.
Pihaknya juga menyediakan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) yang bertugas menghubungkan dan mempertemukan pelaku usaha dengan klien atau pembeli di luar negeri. ITPC kini tersebar di sekitar 40 negara.