Merapi Erupsi, Stupa Candi Borobudur Belum Akan Ditutup Terpal
Candi Borobudur tertutup abu dari erupsi Gunung Merapi pada Kamis (12/8/2021). Setelah dibersihkan, bangunan candi akan tetap dibiarkan terbuka dan belum akan ditutup terpal seperti erupsi pada 2020.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Meskipun sempat tertutup abu dari erupsi Gunung Merapi pada Kamis (12/8/2021), Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk sementara belum direncanakan ditutup dengan terpal seperti sebelumnya. Aktivitas vulkanik dan perubahan daerah rawan bahaya erupsi untuk sementara ini dinilai tidak berdampak signifikan pada kawasan candi.
”Karena arah letusan berubah dan karakter letusan yang tidak eksplosif, maka untuk sementara, bangunan Candi Borobudur belum perlu ditutup kembali,” ujar Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Wiwit Kasiyati, Jumat (13/8/2021).
Perubahan arah dan karakter letusan tersebut didapatkan dari keterangan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang dipublikasikan pada pertengahan Januari 2021. Didasari keterangan itu pula, terpal pelindung Candi Mendut dibuka pada April 2021 dan terpal Candi Borobudur dibuka pada Juni lalu.
Sebelumnya, seiring peningkatan status Gunung Merapi dari Waspada menjadi Siaga, pada November 2020, sebanyak 56 stupa bagian atas Candi Borobudur dan seluruh bangunan Candi Mendut ditutup terpal. Upaya penutupan dilakukan sebagai antisipasi dampak hujan abu saat Gunung Merapi erupsi. Pada bangunan Candi Borobudur, stupa dianggap sebagai bagian yang paling mendesak dilindungi karena dengan bentuknya yang memiliki banyak lubang, pembersihan abu di bagian dalam stupa sulit dilakukan.
Erupsi Gunung Merapi, Kamis, menurut Wiwit, juga tidak berdampak signifikan karena hanya meninggalkan jejak abu yang sangat tipis pada bangunan candi. ”Karena tidak ada ancaman yang membahayakan dan sementara ini dampak erupsi tidak terlalu signifikan, maka lebih baik jika candi kita biarkan ‘bernapas’ terlebih dahulu,” ujarnya.
Penutupan candi dalam jangka waktu lama, kata Wiwit, juga berdampak negatif, yakni sempat menimbulkan jamur pada batuan. Selain itu, membuka penutup stupa candi juga dilakukan demi aspek estetika dan memenuhi keinginan masyarakat yang masih ingin berfoto dengan latar belakang candi meski dari kejauhan.
Penutupan candi dalam jangka waktu lama juga berdampak negatif, yakni sempat menimbulkan jamur pada batuan. (Wiwit Kasiyati)
Desakan membuka candi terutama terjadi pada pengunjung Candi Mendut karena lokasinya yang persis di tepi jalan raya di Kelurahan Mendut, Kecamatan Mungkid. Sejumlah warga, meski di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, masih banyak yang mampir berfoto dengan latar belakang Candi Mendut.
Pamong Budaya Ahli Madya BKB, Yudi Suhartono, mengatakan, abu dari erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Kamis jatuh merata menutupi bangunan Candi Mendut, Candi Borobudur, dan Candi Pawon. Kendati demikian, abu yang menutupi batuan relatif sangat tipis. Rata-rata volume hanya mencapai 4,7 gram abu per meter persegi.
Pembersihan abu di tiga candi tersebut dimulai pada Kamis dan diperkirakan tuntas dalam jangka waktu tiga hari. Karena lapisannya tipis, pembersihan hanya menggunakan alat-alat seperti sekop, sapu lidi, dan sikat ijuk.
Kendati tipis, menurut Yudi, sampel abu dari candi tetap diambil untuk diteliti tingkat keasaman dan pengaruhnya terhadap batuan. Abu yang cenderung bersifat asam berpotensi mempercepat pelapukan batuan. ”Dengan mempertimbangkan sifat keasamannya, maka setipis apa pun, abu dari erupsi gunung harus segera dibersihkan,” ujarnya.
Tiga candi tersebut pernah tertutup abu erupsi Gunung Merapi pada 2010 dengan kadar keasaman 4. Selain itu, ketiga candi juga pernah tertutup abu erupsi Gunung Kelud tahun 2014 yang memiliki kadar keasaman berkisar 5-6.