Mahasiswa Kembali Diterjunkan Jadi Relawan Mengajar di Masa Pandemi Covid-19
Sebanyak 22.000 mahasiswa kembali diperbantukan untuk mengajar anak-anak di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Ini akan bermanfaat bagi sekolah, siswa, serta mahasiswa itu sendiri.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mahasiswa kembali diterjunkan untuk membantu peningkatan pembelajaran bagi siswa SD dan SMP di berbagai daerah pada masa pandemi Covid-19. Sebanyak 22.000 mahasiswa yang terpilih di program Kampus Mengajar Angkatan Kedua yang merupakan bagian dari program Kampus Merdeka di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mulai membantu pembelajaran, Senin (2/8/2021).
Dalam acara puncak pembekalan Kampus Mengajar Angkatan 2 secara daring, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim menjelaskan tujuan program Kampus Mengajar untuk membantu pembelajaran bagi siswa, khususnya di daerah tertinggal, agar tidak terjadi learning loss (kehilangan pengalaman belajar). Pada masa pandemi ini, banyak tantangan yang dihadapi, terutama di daerah-daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T) yang sebagian besar dari mereka mengalami kesulitan melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Sebelum diterjunkan ke sekolah, mahasiswa program Kampus Mengajar mendapat pelatihan untuk memperkuat literasi dan numerasi serta pendidikan karakter secara intensif selama delapan hari. Mereka akan disebar ke 3.593 SD dan SMP di 491 kabupaten dan kota. ”Ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk membantu anak-anak yang akan menjadi tempat mengajar nantinya,” kata Nadiem.
Para mahasiswa bisa melihat secara nyata kondisi pendidikan di tingkat SD dengan akreditasi rendah.
Nadiem berpesan agar para mahasiswa dapat memberikan yang terbaik bagi murid-murid di SD dan SMP, dengan program yang telah dibuat. Mahasiswa didorong untuk tidak takut mengambil risiko dan berani mencoba hal-hal baru di dalam pekerjaan, baik sekolah maupun di luar sekolah.
Beri inspirasi
Program Kampus Mengajar Angkatan Satu telah dilalui mahasiswa selama tiga bulan. Sebanyak 14.621 mahasiswa dan 2.080 dosen pendamping lapangan dari 360 perguruan tinggi disebar ke 4.010 SD di 458 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia.
Kampus Mengajar Angkatan Satu menyasar SD yang terdampak pandemi dengan memberdayakan mahasiswa yang berdomisili di sekitar wilayah sekolah. Mereka membantu guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, adaptasi teknologi, dan administrasi manajerial di tengah masa pandemi Covid-19.
Selama tiga bulan di lapangan, para mahasiswa telah berhasil membawa teknologi, membangun literasi, membangun numerasi, dan menginspirasi siswa-siswi sekolah dasar untuk dapat berkuliah seperti kakak pengajar. Inspirasi untuk membangun mimpi anak-anak di pelosok negeri sangat dibutuhkan.
”Dengan adanya program Kampus Mengajar, para mahasiswa bisa melihat secara nyata kondisi pendidikan di tingkat SD dengan akreditasi rendah sehingga mempunyai pemahaman serta wawasan tentang bagaimana pendidikan kita dilaksanakan di wilayah 3T untuk kemudian memberikan support kepada sekolah dan meningkatkan kualitasnya,” tutur Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemdikbudristek Jumeri.
Tidak hanya itu, bagi mahasiswa yang sudah mengikuti program Kampus Mengajar ini, menurut Jumeri akan mendapatkan pengalaman berharga yang dapat dimanfaatkan untuk perjalanan berikutnya saat bekerja. Ini karena mereka telah memiliki bekal keterampilan, seperti cara pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kolaborasi, dan mengeksekusi program.
Menurut Jumeri, 90 persen kabupaten/ kota di Indonesia telah menikmati kehadiran mahasiswa program Kampus Mengajar. Pihak sekolah mengaku sangat senang dan terbantu, terutama pada pembelajaran bidang teknologi komunikasi dan informasi yang membantu memperluas cakrawala pengalaman dan keilmuan anak-anak SD.
Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek Sri Wahyuningsih juga menyampaikan betapa besar peran mahasiswa yang membantu memberikan dampak positif bagi siswa-siswi SD dan guru dalam segi pembelajaran, adaptasi teknologi, ataupun manajerial administrasi. Para mahasiswa terlibat telah memberikan dampak dan menginspirasi adik-adik sekolah dasar dalam menimba ilmu. Mahasiswa juga telah menjadi partner baik bersama guru-guru yang secara efektif melakukan tugas pembelajaran di sekolah di masa pandemi ini.
”Banyak hal-hal bermanfaat yang didapatkan. Di jenjang SD, guru-guru bisa meningkat kreativitasnya dalam proses pembelajaran, penugasan, dan program Kampus Mengajar kepada angkatan satu ini. Begitupun bagi peserta didik SD terkesan dengan kehadiran kakak-kakaknya dalam kurun 3 bulan,” ujar Sri.