Muktamar ITHLA atau Persatuan Mahasiswa Bahasa Arab Se-Indonesia IX digelar via daring di Cirebon, Jawa Barat, Kamis-Jumat (29-30/7/2021). Kegiatan ini turut mengampanyekan bahasa Arab sebagai bahasa perdamaian.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Muktamar Ittihadu Thalabati al Lughah al Arabiyah bi Indonesia atau Persatuan Mahasiswa Bahasa Arab Se-Indonesia IX menjadi ajang mengampanyekan bahasa Arab sebagai bahasa perdamaian. Selain studi bahasa Arab terus berkembang, jumlah penuturnya juga termasuk kelima terbesar di dunia.
Muktamar Ittihadu Thalabati al Lughah al Arabiyah bi Indonesia (ITHLA) IX digelar di Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati, Kota Cirebon, Jawa Barat, Kamis-Jumat (29-30/7/2021). Pertemuan bertema ”Transformasi Organisasi Menuju ITHLA Berdikari” itu berlangsung via luar jaringan dan dalam jaringan. Perwakilan mahasiswa Bahasa Arab di Indonesia turut serta dalam kegiatan tersebut.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Muhammad Ali Ramdhani berharap, konferensi kali ini dapat mengampanyekan bahasa Arab sebagai bahasa perdamaian dan toleransi. ”Bahasa Arab juga instrumen dialog kebudayaan agar pesan damai antarpemeluk agama sampai,” katanya saat membuka muktamar, Kamis (29/7/2021).
Menurut Ali, peran bahasa Arab tidak hanya penting di Indonesia, tetapi juga global. Dalam dekade terakhir, penggunaan bahasa ini mengalami peningkatan drastis. Mengutip data Organisasi Islam untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (ISESCO), ia mengatakan, penutur bahasa Arab saat ini mencapai 467 juta orang di sejumlah negara.
”(Penutur bahasa Arab) ini urutan kelima di dunia, setelah China, Spanyol, Inggris, dan Urdu,” ungkapnya. Tidak hanya itu, studi Islam dan bahasa Arab juga mengalami perkembangan pesat. Di Jerman, misalnya, dibuka kelas bahasa Arab. Bahkan, di beberapa negara di Asia Timur, bahasa tersebut diajarkan di sekolah sebagai bahasa asing.
Ini menunjukkan, studi tersebut tidak hanya berhubungan dengan nahu atau shorof, tetapi juga terkait sosiologi, antropologi, bahkan teknologi informatika. Sebab, pada prinsipnya, bahasa merupakan medium manusia berinteraksi. ”Bahasa Arab bukan monopoli agama, tetapi juga bahasa pengetahuan,” ucapnya.
Membangun jaringan
Ali mendorong muktamar kali ini menjadi momentum membangun jaringan secara nasional dan internasional untuk bertukar budaya dan kearifan lokal. ”Bahasa Arab penting untuk agama Islam. Tapi, jangan lupakan konteks budaya dan sosial di Indonesia. Mari kita tetap wasatiah, moderat,” katanya.
Ketua Pelaksana Muktamar ITHLA IX Rohmawan mengatakan, meskipun pandemi Covid-19, mahasiswa bahasa Arab dari berbagai wilayah tetap antusias mengikuti kegiatan itu. ”Kurang lebih 1.500 peserta dari universitas di seluruh Indonesia ikut mendaftar. Kami juga membuat debat bahasa Arab dan konferensi bahasa Arab internasional,” paparnya.
Bahasa Arab penting untuk agama Islam. Tapi, jangan lupakan konteks budaya dan sosial di Indonesia. (Ali Ramdhani)
Pihaknya menggelar seminar daring bertema ”Memperkokoh Peran Mahasiswa dan Generasi Muda dalam Menangkal Radikalisme” pada Jumat ini. Diskusi akan menghadirkan Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid, Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan, dan Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Boy Rafli Amar.
Muktamar bahkan menjadikan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sebagai pembicara kunci dalam seminar lainnya. Diskusi dapat disaksikan melalui akun Youtube ITHLA Indonesia. Konferensi ini juga diisi aneka perlombaan, seperti debat hingga pidato bahasa Arab.